Masjid Raya Bandung, Destinasi Wisata Religius dengan Fasilitas dan Sarana Terlengkap di Bandung

Masjid Raya Bandung, Destinasi Wisata Religius dengan Fasilitas dan Sarana Terlengkap di Bandung

Masjid Raya Bandung-Sumber : Akun Instagram @dimasoktovahajara-

Berjalan selama 15 tahun, kubah bentuk bawang mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan diperbaiki. Pada tahun 1970, kubah bawang kemudian diganti dengan bentuk limas (joglo).

Tahun 1973, berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid diperluas dan ruangan-ruangan baru dibangun, seperti ruang basement untuk tempat wudhu, dan kantor sekretariat pengurus masjid.

Tak cukup sampai di situ, Masjid Agung Bandung kembali mengalami perubahan total pada tahun 2001. Dalam perencanaan pembangunannya, Masjid Agung Bandung dan Alun-Alun bandung merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Peletakan batu pertama pada tanggal 25 Februari 2001 menandai proses pembangunan Masjid Agung Bandung. Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari (2 tahun 99 hari) sejak peletakan batu pertama hingga diresmikan tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana.

Perubahan masjid kali ini juga dilengkapi dengan pembangunan menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid. Dengan tinggi 81 meter, menara kembar tersebut menjadi ciri khas Masjid Agung Bandung hingga kini.

Proses pembangunan serta penataan ulang kawasan Masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal 13 Januari 2004. Bersamaan dengan hal itu, nama Masjid Agung Bandung diubah menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat dengan menyandang predikat sebagai masjid provinsi.

Masjid Raya Bandung berdiri di atas lahan yang cukup luas, yakni sekitar 23.448 meter persegi. Untuk luas bangunan masjid sendiri sekitar 8.575 meter persegi dengan kapasitas daya tampung kurang lebih 13.000 jamaah.

BACA JUGA:Bangka Botanical Garden, Destinasi Agrowisata di Pangkal Pinang

Bentuk arsitektur Masjid Raya Bandung yang saat ini Anda temui adalah hasil empat arsitektur ternama dari Bandung, yakni Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man, dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.

Menurut rancangan, desain masjid tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung. Hal itu termasuk juga jembatan yang menghubungkan masjid dengan alun alun yang melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid.

Yang diubah dari bangunan lama hanya bentuk atap masjid. Semula, atap masjid berbentuk limas lalu diganti dengan kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter yang sekaligus menjadi kubah utama. Terdapat dua kubah lagi di atas bangunan tambahan yang bentuknya lebih kecil, yakni berdiameter 25 meter.

Selain itu, ada bangunan tambahan yang berdiri di atas lahan yang sebelumnya merupakan ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan tambahan ini dilengkapi dengan sepasang menara yang rencananya setinggi 99 meter, namun dengan alasan keselamatan penerbangan, maka dikurangi menjadi 81 meter.

Memasuki bangunan utama Masjid Raya Bandung, Anda akan mendapati ruangan besar yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang dalam bagian depan dan ruang ibadah utama.

Ruang dalam bagian depan masjid digunakan sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan, dan bisa untuk istirahat pengunjung. Di ruang ini, pengunjung pun bisa menggunakannya untuk salat jika tidak ingin masuk ke ruang ibadah utama.

Di antara aula dan ruang ibadah utama terhubung dengan jembatan yang di bawahnya terdapat tempat wudhu. Ruang ibadah utama ini tergolong luas dan memiliki dua lantai. Bagian dindingnya dilapisi dengan marmer sehingga nampak elegan dan menghadirkan hawa yang sejuk. Untaian kaligrafi di bagian mihrab kian menambah kecantikan ruang utama masjid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: