Masjid Raya Bandung, Destinasi Wisata Religius dengan Fasilitas dan Sarana Terlengkap di Bandung

Masjid Raya Bandung, Destinasi Wisata Religius dengan Fasilitas dan Sarana Terlengkap di Bandung

Masjid Raya Bandung-Sumber : Akun Instagram @dimasoktovahajara-

Dahulu bernama Masjid Agung Bandung, letaknya menyatu dengan alun-alun sebagai ciri khas dari pengaruh kerajaan di masa lampau. 


Spot foto yang sering diabadikan oleh para pengunjung. -Sumber: Akun Instagram @fitri.idamayanti-

Untuk mengetahui sejarah Masjid Raya Bandung, kami menghimpun informasi dari berbagai sumber. Ada yang mengatakan Masjid Agung Bandung mulai dibangun pada tahun 1810 dan ada pula yang menyatakan tahun 1812.

Mengutip pendapat versi tahun 1812, Masjid Agung Bandung didirikan seiring waktu dengan pemindahan pusat Kota Bandung. Semula pusat Kota Bandung terletak di Krapyak (Bandung Selatan) kemudian berpindah ke kawasan yang sekarang ini Anda dapati.

Awalnya, Masjid Agung Bandung memiliki bangunan berbentuk panggung tradisional yang sederhana dengan penyangga tiang kayu, dinding yang terbuat dari anyaman bambu, serta beratap rumbia.

Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhu. Ketika terjadi kebakaran di area Alun-Alun Bandung pada tahun 1825, air kolam tersebut turut berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan api yang berkobar.

BACA JUGA:Kawah Ijen, Destinasi Wisata Gunung Api Aktif Terindah di Jawa Timur

Sebagai masjid utama, Masjid Agung Bandung mengalami beberapa perbaikan atau renovasi. Setahun setelah kebakaran misalnya, dinding dan atap masjid diganti dengan material berbahan dasar kayu.

Pada tahun 1850, bersamaan dengan pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika), Masjid Agung Bandung kembali direnovasi dan diperluas atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV. Bagian atap masjid pun diganti dengan genteng, sedangkan dindingnya sudah mulai menggunakan bahan batu bata.

Masjid Agung Bandung makin tampak megah selepas perbaikan. Seorang pelukis berkebangsaan Inggris, W. Spreat, pada tahun 1852 bahkan sampai mengabadikan masjid ini dalam lukisannya.

Kehadiran Masjid Agung Bandung membawa angin segar bagi masyarakat Bandung. Pasalnya, masjid ini kemudian menjadi pusat kegiatan keagamaan, antara lain pengajian, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, ibadah selama bulan Ramadan, dan lain sebagainya.

Untuk mendukung kegiatan umat Islam yang semakin beragam, penambahan ruangan ataupun renovasi beberapa bagian masjid pun dilakukan. Sebut saja pembuatan mihrab, teras di samping kiri dan kakan (pawestren), pendopo, serta dua buah Menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid.

Menginjak tahun 1955, ketika itu menjelang Konferensi Asia Afrika, Masjid Agung Bandung dipugar nyaris secara total. Atas rancangan Presiden Soekarno, kubah masjid yang sebelumnya berbentuk “nyungcung” diganti menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah, mirip bentuk bawang.

BACA JUGA:Pantai Seribu Pohon Kelapa, Nikmati keindahan ala Venice Beach Ala Los Angeles di Sumatera Barat

Banyak bagian masjid yang dibongkar, termasuk menara, sehingga menyisakan ruangan ibadah yang besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Tamu-tamu yang merupakan delegasi Konferensi Asia Afrika memanfaatkan Masjid Agung Bandung untuk melaksanakan salat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: