UMP Bengkulu Tak Penuhi Kebutuhan Perbulan

UMP Bengkulu Tak Penuhi Kebutuhan Perbulan

HARGA sejumlah harga kebutuhan pokok masih mengalami kenaikan di pasaran Kota Bengkulu.-(foto: rio susanto/bengkuluekspress.disway.id)-

"Harga jual ini belum ada berubah dari sekitar 2 minggu yang lalu," terang salah satu pedagang sayur Pasar Barukoto Kota Bengkulu Ningsih kepada BE, kemarin (24/7).

Kenaikan harga kebutuhan pokok di pasar itu, menurut Ning belum diketahui secara pasti. Baginya dirinya menjual bahan sayur harga tinggi, karena ia membeli dengan modal yang tinggi juga. Pedagang hanya menaikkan Rp 2 ribu sampai Rp 3 ribu perkilogram, dari harga modal. 

"Tidak berani naikkan harga terlalu tinggi, takutnya tidak habis terjual. Namanya sayur, kalau tidak cepat dijual akan busuk dan tidak bisa mengembalikan modal untuk berjualan lagi," tambahnya. 

Senada, salah satu penjual Sembako Pasar Panorama Kota Bengkulu Ulfa mengatakan, harga kebutuhan pokok jenis Sembako sejauh ini justru mengalami penurunan harga, jika dibanding sebelum Hari Raya Idul Adha lalu. Seperti minyak goreng juga sudah mulai berangsur turun. Jika minyak goreng kemasan sederhana sebelumnya sampai Rp 23 ribu /liter, sekarang sudah Rp 17 ribu/liter. 

Termasuk tepung sudah turun dari harga Rp 17 ribu/kg, sekarang sudah Rp 13 ribu/kg. Begitupun dengan gula pasir, jika sebelumnya sampai Rp 15 ribu/kg, sekarang Rp 14 ribu/kg. 

"Kalau harga Sembako rata-rata ada penurunan harga. Tidak begitu besar turunnya. Hanya minyak goreng yang mengalami penurunan tajam," ujar Ulfa. 

Kenaikan harga Sembako itu, memang rata-rata menjelang hari-hari besar. Menurut Ulfa, pihaknya tidak bisa tetap menjual harga rendah, jika modal pembelian juga harga tinggi.  

"Lazimnya itu memang menjelang hari-hari besar, ada kenaikan harga," tuturnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Provinsi Bengkulu Ir Yenita Syaiful MSi mengatakan, harga kebutuhan pokok yang masih bertahan mahal itu ialah cabai. Baik itu cabai merah, kriting maupun cabai rawit. Kondisi harga cabai saat ini meski masih tinggi, namun sudah terjadi penurunan harga. Sebab sebelumnya harga cabai itu sampai Rp 100 ribu/kg. 

"Kalau sekarang itu sudah turun. Ada yang jual Rp 85 ribu, kalau sebelumnya sampai Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu," terang Yenita.

Tingginya harga cabai yang belum teratasi saat ini, menurut Yenita terjadi beberapa faktor. Seperti banyaknya masyarakat beralih kebun cabai ke pertanian lain. Lalu musim cabai yang belum masuk, termasuk cabai dari Bengkulu masih ada yang dari luar Provinsi Bengkulu. 

"Bengkulu ini penghasil cabai paling banyak itu ada di Curup Kabupaten Rejang Lebong. Banyak masyarakat belum menanam cabai. Kalau sudah nanam lagi dan hasil cabainya banyak, harga akan turun," ujarnya. 

Disamping itu, adanya kenaikan harga cabai dan sayuran lain itu juga dipengaruhi naiknya harga pupuk. Kondisi tersebut tentu tidak bisa elaknya untuk menjual hasil pertaniannya lebih mahal dibanding sebelum harga bubuk naik. 

"Pupuk juga berpengaruh naiknya harga sayur. Cuma kalau transportasi tidak bigitu mempengaruhi, jika gunakan mobil truk maka truk itu masih bisa beli BBM solar subsidi," ungkapnya. 

Untuk mengatasi lonjakan harga kebutuhan pokok terutama sayuran atau pangan segara itu, menurut Yenita akan diarahkan ke Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Bengkulu. Agar dinas tersebut bisa mendampingi petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: