Wajib Tahu! 6 Fakta Jembatan Ampera, Berubah Warna Tiga Kali dan Ada Aura Mistis

Wajib Tahu! 6 Fakta Jembatan Ampera, Berubah Warna Tiga Kali dan Ada Aura Mistis

Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat dan bertahan hingga sekarang.--

BENGKULUEKSPRESS.COM -Kalau pergi ke Palembang, ibukota Sumatera Selatan, tidak afdol rasanya kalau tidak melihat jembatan Ampera yang merupakan ikon kota tersebut. jembatan berwarna merah ini tidak kalah terkenalnya dengan empek-empek Palembang, makanan khas setempat. Karena itu wajar kalau turis pegi ke Palembang pasti ingin datang ke jembatan Ampera.

BACA JUGA:Ini Dia 8 Keunggulan Mobil SUV Hyundai Creta dari Honda HR-V, Fitur Ini yang Paling Menonjol

Lokasinya juga cukup nyaman karena di kanan kiri jembatan trotoarnya cukup lebar. Enak buat foto-foto. Kalau mau foto-foto lebih pas di pagi hari atau sore hari. Kalau di tengah hari, Palembang lumayan panas udaranya.  Nah, inilah fakta tentang jembatan Ampera yang sangat terkenal tersebut.


1. Semula Dinamai Jembatan Soekarno
Pada awalnya Jembatan Musi itu diebri nama Djemabtan Soekarno atau Jembatan Soekarno. Pemberian nama Bung Karno terhadap jembatan tersebut sebagai simbol terima kasih rakyat Sumatera Selatan kepada Soekarno dalam merealisasikan cita-cita masyarakat lokal Palembang dan Sumsel.

BACA JUGA:Ini Dia 11 Motor Masih Bersaudara dengan Yamaha RX King, Nomor 7 Tidak Masuk Indonesia

Dalam kunjungan di Palembang, Soekarno menyempatkan berlayar di Sungai Musi sekaligus melihat bakal lokasi pembangunan proyek Jembatan Musi. Setelah kunjungan pertama pada tahun 1960, Presiden Soekarno kembali ke Palembang pada tahun 1962 dalam rangka peresmian pemancangan tiang pertama Jembatan Musi.

Kenapa diganti menjadi Jembatan Ampera? Saat masa pergantian nama, situasi politik mulai didominasi oleh sikap anti-Soekarno dalam pemerintahan. Maka berubahlah nama menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat dan bertahan hingga sekarang.

BACA JUGA: Apa Sih Perbedaan Leo Juli dan Leo Agustus?

2. Ide Pembangunan Sejak Zaman Belanda
Ide untuk membangun jembatan sebenarnya telah muncul sejak 1906 pada zaman Gemeente Palembang.  Pada 1924, ide tersebut kembali ada saat Le Cocq de Ville menjabat sebagai Wali Kota Palembang. Masih belum terealisasi hingga masa kemerdekaan, DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengajukan pembangunan jembatan melalui sidang pleno pada 29 Oktober 1956 silam.

Hingga akhirnya, modal awal pembangunan berasal dari anggaran Kota Palembang senilai Rp30.000. Panitia pembangunan lalu dibentuk pada 1957 dengan beranggotakan Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari.  Kemudian, Wali Kota Palembang, M. Ali Amin, beserta Wakil Wali Kota, Indra Caya, meminta bantuan Presiden Sukarno. Bantuan pemerintah Jepang kemudian menyempurnakan hingga jembatan sukses dirampungkan pembangunannya.


3. Bagian Tengah Jembatan Bisa Naik-Turun
Uniknya, jembatan Wong Kito Galo ini punya kelebihan karena bagian tengahnya bisa naik-turun. Fungsi tersebut untuk memudahkan transportasi kapal pengangkut barang dengan ukuran besar. Sungai Musi masih kerap dijadikan arus transportasi antar daerah.

Kemampuan naik-turun bagian tengah jembatan didukung oleh peralatan mekanis berupa dua bandul pemberat berukuran 500 ton di kedua menaranya. Kecepatan naiknya selama 10 meter per menit, sehingga dibutuhkan sekitar 30 menit untuk mengangkat jembatan secara penuh.

BACA JUGA:Purnama pertama di tahun 2024! Pemilik Zodiak Leo, Scorpio, Taurus, dan Aquarius harus Waspada

Sayangnya, aktivitas tersebut tidak lagi terlihat saat era 1970-an. Hal tersebut dikarenakan waktu bagian tengah jembatan untuk naik-turun terbilang begitu lama dan mengganggu arus lalu lintas darat. Bandul pemberatnya pun sudah diturunkan pada 1990 demi menghindari jatuhnya yang dapat membahayakan pengguna jembatan.

4. Telah Berubah Warna Sebanyak Tiga Kali
Jembatan ini telah mengalami perubahan warna sebanyak tiga kali, lho. Saat pertama kali berdiri, jembatan ini masih berwarna abu-abu pada 1962. Jembatan ini kemudian dicat ulang dengan menggunakan warna kuning pada 1992. Terakhir, jembatan dengan warna merah mencolok baru mulai pada 2002 hingga saat ini.

BACA JUGA:Suka Solo Traveling? Ini Dia Tips Aman dan Nyaman Untukmu

5. Terkenal Mistis
Banyak masyarakat setempat yang percaya dengan mitos-mitos mistis. Jembatan ini juga kerap menjadi lokasi bunuh diri. Di antaranya, kebakaran besar di bawah jembatan pada 2010 lalu, sosok dua orang tergambar dari kobaran si jago merah yang melalap sisi jembatan.


6. Memiliki Jam Analog Raksasa
Saat Asian Games 2018, Jembatan Ampera dipasangi dua jam analog dengan ukuran besar di kedua menaranya. Pemasangan jam tersebut menjadikan jembatan ini tampak semakin modern. (**)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: