Mencicipi Lezatnya Ilabulo Makanan Khas yang Menjadi Simbol Perdamaian Kerajaan Hulonthalangi di Gorontalo

Mencicipi Lezatnya Ilabulo Makanan Khas yang Menjadi Simbol Perdamaian Kerajaan Hulonthalangi di Gorontalo

Ilabulo Makanan khas Manado yang terbuat dari ati ampela dan sagu-Akun Instagram @cenjkt-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Makanan memiliki peran penting dalam identitas budaya suatu daerah terutama sebagai simbol perdamaian.

Selain Binte Biluhuta, Gorontalo memiliki salah satu makanan yang turut menjadi simbol perdamaian kerajaan Gorontalo yakni Ilabulo. 

Ilabulo merupakan makanan favorit masyarakat Gorontalo yang terbuat dari ati ampela atau jeroan ayam.

Ilabulo  sering disajikan  dalam  berbagai  perayaan seperti hari lebaran. Tahukah kamu, setiap potongan daging yang berbeda dapat merubah rasa pada ilabulo.

BACA JUGA:Kisah Binte Biluhuta, Kuliner yang Bisa Mendamaikan 2 Kerajaan yang Berseteru Pada Abad ke-15

Makanan  ini  memiliki  cita  rasa  gurih  dan unik serta memiliki aroma  yang  khas. Ilabulo telah  menjadi  bagian  dari  warisan  budaya bahkan saat ini Ilabulo dijadikan sebagai oleh-oleh khas Gorontalo.  

Dulunya, makanan ini sering para raja di Gorontalo konsumsi sebagai simbol perdamaian “Totombowata” atau yang artinya “bersatu padu”. Makanan ini sukses menjadi sarana perdamaian antara dua kerajaan di Gorontalo yang berselisih.

Dikisahkan dahulu ada konflik antara Kerajaan Hulonthalangi dan Limutu. Kemudian seorang juru masak Kerajaan Hulonthalangi menyajikan makanan ini ke sang raja.

BACA JUGA:Mengenal Sate Tulang Khas Banjar dan Cara Memasaknya

Berkat keistimewaan rasa dari Ilabulo, sang raja pun melarang rakyat hingga pengikutnya untuk mencicipi makanan ini selain dirinya.

Informasi keberadaan makanan khas tersebut di dengar oleh Raja Limutu dan memerintahkan pengikutnya untuk menghentikan serangan kepada pihak Hulonthalangi.

Tujuannya tentu agar Raja Limutu bisa mencicipi Ilabulo yang hanya ada di Kerajaan Hulonthalangi sehingga terciptanya kerja sama antara dua kerajaan tersebut.

Makanan yang satu ini terbuat dari tepung sagu yang berisi hati atau ampela ayam dipadukan dengan bumbu rempah dan dibungkus dengan daun pisang. Teksturnya sedikit kenyal dengan sedikit rasa pedas.

Sekilas makanan ini mirip dengan pepes yang ada di Pulau hanya saja bahan utama dan isinya berbeda. Daun pisang tidak hanya sebagai pembungkus saja, tetapi juga sebagai penambah citarasa pada kuliner satu ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: