Rachmat Gobel: Lebih Prioritas Subsidi Petani atau Mobil Listrik?

Rachmat Gobel: Lebih Prioritas Subsidi Petani atau Mobil Listrik?

Rahmat Gobel menilai subsidi sekitar Rp 7 juta untuk motor listrik dan sekitar Rp 25 juta hingga Rp 80 juta untuk mobil listrik kurang tepat-Bengkulu Ekspress-Istimewa

Gobel mengungkapkan berdasarkan data anggaran untuk subsidi pupuk mengalami penurunan terus dalam lima tahun terakhir. Pada 2019 Rp 34,3 triliun, pada 2020 Rp 31 triliun, pada 2021 Rp 29,1 triliun, pada 2022 Rp 25,3 triliun, dan pada 2023 Rp 24 triliun. Sehingga dalam lima tahun ini, subsidi pupuk berkurang hampir Rp 10 triliun. “Ini angka yang sangat besar,” ujar Gobel.

BACA JUGA:Ini Dia T-Mad, Mobil Listrik Buatan China yang Jadi Saingan Tesla Cybertruck!

Gobel mengaku sebagai wakil rakyat selalu menerima pengaduan dari para petani, khususnya saat masa tanam terkait pupuk, bibit, hingga modal. Namun, saat tiba masa panen, harga gabah jatuh dan hasil produksinya tidak diserap Bulog.

"Pada pasca panen ini ada masalah pengeringan dan penyimpanan, sehingga jika gabahnya digiling maka beras menjadi pecah atau warna beras buram. Jadi pemerintah harus membantu juga penanganan pasca panen melalui mesin pengering dan alat panen yang modern. Kita harus perbanyak pengadaan alsintan. Ekosistem pertanian yang baik belum tercipta dan belum sesuai perkembangan zaman. Di sini negara harus hadir,” kata Gobel.

Gobel mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah di sektor pertanian ini. “Selain ada hal-hal teknis dan edukasi, yang tak kalah pentingnya adalah pemanfaatan instrumen fiskal dan APBN,” katanya. 

Menurutnya, APBN adalah instrumen sangat penting dalam melakukan perubahan suatu bangsa. “APBN didistribusikan ke mana dan untuk siapa. Ini yang harus dilihat mengapa Indonesia tak maju-maju,” ungkap Gobel.

Gobel menegaskan pertanian adalah sektor yang sangat strategis. Pertama, sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Kedua, sektor pertanian memberikan pangan pada bangsa. Nasib bangsa besar akan sangat rawan jika pangan pokoknya bergantung bangsa lain. Ketiga, sektor pertanian berada di desa sehingga ia menjadi kunci ketahanan masyarakat desa dan menjadi penggerak ekonomi desa.

BACA JUGA:Buka GIIAS 2022, Airlangga: Insentif Pemerintah Disambut Positif Lewat Mobil Listrik

Selain pertanian, kata Gobel, pemerintah juga harus memprioritaskan sektor perikanan dan perkebunan. “Intinya soal pangan. Dunia sedang menghadapi ancaman krisis pangan. Sektor pangan juga menyerap lapangan kerja yang sangat besar,” katanya.

Selain itu, kata Gobel, masalah kemiskinan harus ditanggulangi secara organik. “Tidak bisa dengan cara instan. Bansos dan BLT itu untuk kondisi darurat, bukan solusi sejati dalam penanggulangan kemiskinan. Ibarat aspirin, itu tak mengobati penyakitnya, hanya menghilangkan simtomnya saja. Jadi jangan bangga dengan turunya angka kemiskinan jika faktornya karena Bansos dan BLT,” tutur Gobel. 

Penyelesaian secara organik, katanya, adalah dengan memberdayakan orang miskin melalui ekosistem usaha yang membantu mereka bangkit dan berdiri di atas kakinya sendiri.

Gobel mengingatkan, ada dua hal yang mengganggu pertanian dan pangan dunia saat ini. Pertama, perang Rusia-Ukraina. Negara-negara eks Uni Soviet merupakan penghasil utama kalium yang menjadi bahan utama pupuk. Karena itu, perang tersebut berdampak terhadap pasokan dan harga pupuk dunia. Hal ini, katanya, makin membebani petani dan memiliki dampak terhadap kualitas dan produktivitas pertanian. 

BACA JUGA:Yamaha RX King 2023 Dirilis dengan Spek Mesin 4 Tak, Harganya Sangat Murah Seharga Skuter Matik

Kedua adalah perubahan iklim memiliki pengaruh terhadap sektor pertanian. Akibat cuaca yang berubah-ubah maka kualitas dan produktivitas pertanian terganggu. Karena itu ia berpendapat Indonesia harus memperkuat kedaulatan pangannya. 

“Jumlah penduduk kita sangat besar. Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pangan ini. Kita harus fokus pada pertanian dan industri pangan kita. Jadi anggaran negara harus ke pertanian, perikanan, dan pangan, bukan ke kendaraan listrik,” tutur Gobel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: