Kuliah Umum FP UNIB: Peran Ombudsman dan Generasi Muda dalam Masa Depan Pertanian Indonesia

Kuliah umum dalam rangka penyambutan mahasiswa baru Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu-foto: istimewa-
BENGKULUEKSPRESS.COM - Pada tahun 2050, populasi dunia diperkirakan mencapai hampir 10 miliar jiwa, dengan Indonesia menyumbang sekitar 320 juta. Kebutuhan pangan pun diprediksi melonjak 70% dibanding tahun 2010. Pertanyaan besarnya: siapa yang akan memberi makan Indonesia di masa depan?
Pertanyaan ini menjadi inti dalam kuliah umum Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (UNIB), dibuka oleh Dekan sekaligus calon Rektor UNIB, Indra Cahyadinata. Di hadapan 853 mahasiswa baru, Indra menyampaikan bahwa hari pertama kuliah adalah awal dari misi besar mempersiapkan petani masa depan yang cerdas, berintegritas, dan berani. Generasi muda diharapkan tidak hanya jadi penonton, tetapi pelaku aktif dalam membangun sistem pertanian berkelanjutan.
Dikatakan Indra, ini bukan sekadar sambutan untuk mahasiswa baru, tapi ini adalah panggilan untuk bangkit. Panggilan bagi generasi muda agar tidak hanya menjadi penonton, tapi menjadi pelaku aktif dalam membangun sistem pertanian yang adil, cerdas, dan berkelanjutan.
Calon Rektor dari Fakultas Pertanian ini menekankan bahwa hari ini bukan sekadar awal kuliah, tapi juga awal dari sebuah misi, menjadi petani masa depan yang cerdas, berintegritas, dan berani.
"Mahasiswa Fakultas Pertanian adalah harapan agar Indonesia tidak hanya mampu memberi makan dirinya sendiri, tapi juga menjadi bagian dari solusi pangan global," kata Indra, Rabu (6/8/2025)
Pimpinan Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, sebagai pembicara utama turut menyampaikan bahwa masa depan pangan tidak hanya ditentukan oleh petani di lapangan, tetapi juga oleh mahasiswa yang duduk di bangku kuliah hari ini. Ia menyoroti tantangan besar sektor pertanian: alih fungsi lahan, perubahan iklim, menurunnya jumlah petani, serta rendahnya produktivitas akibat keterbatasan teknologi, akses pupuk, dan pasar.
Yeka juga menggarisbawahi pentingnya pengawasan publik dan keadilan dalam kebijakan, terutama dalam distribusi pupuk bersubsidi yang sering kali tidak berpihak pada petani kecil.
"Kecerdasan mahasiswa tidak hanya soal akademik, tapi juga kemampuan membaca peluang, memanfaatkan teknologi, dan memperjuangkan keadilan sosial," ujarnya dihadapan ratusan mahasiswa baru Fakultas Pertanian UNIB
Menariknya, Yeka mendorong mahasiswa untuk juga menjadi pengawas layanan publik di lingkungan kampus, seperti layanan administrasi, legalisir, atau peminjaman fasilitas. Setiap bentuk pelayanan yang lambat atau tidak adil bisa dilaporkan ke Ombudsman sebagai bentuk pengawasan nyata dari mahasiswa terhadap sistem.
Sebagai bukti peran nyatanya, Ombudsman RI berhasil mendorong perbaikan regulasi pupuk subsidi di tahun 2024, menyelamatkan dana Rp5,06 miliar. Sejak 2021 hingga 2025, total potensi kerugian masyarakat yang berhasil dicegah mencapai Rp3,073 triliun, dengan realisasi penyelamatan sebesar Rp517 miliar.
"Di sinilah peran Ombudsman RI hadir sebagai penjaga keadilan. Melalui penanganan laporan masyarakat, Ombudsman berhasil mendorong perbaikan kebijakan, termasuk dalam sektor pertanian," sambungnya.
Sementara itu, Achmad Muchtasyar, Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, turut memberikan motivasi kepada mahasiswa agar menyelesaikan pendidikan tepat waktu dan berkontribusi nyata dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.
"Kuliah umum ini bukan sekadar pembukaan PKK, tetapi panggilan untuk bertindak. Mahasiswa baru diajak memahami peran penting mereka dalam memperjuangkan sistem pertanian yang adil dan berkelanjutan. Karena di tangan mereka, masa depan pangan Indonesia digantungkan," menutup kuliah umum di FP UNIB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: