Kasuami, Makanan Pokok Warisan Nenek Moyang Khas Sulawesi Tenggara

Kasuami, Makanan Pokok Warisan Nenek Moyang Khas Sulawesi Tenggara

Kasuami yang memecahkan rekor MURI sebagai kasuami tertinggi-Akun Instagram @kotakendari-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke Sulawesi Tenggara kamu tidak mencoba berbagai kuliner khasnya yang bikin ketagihan.

Ada berbagai macam makanan yang bisa kamu jadikan referensi pilihan kuliner bersama keluarga dan teman-teman. 

Salah satu kuliner yang wajib kamu coba adalah Soami atau dikenal dengan Kasuami. Kasuami adalah makanan pokok Orang Wakatobi, yang kini menjadi makanan khas daerah Sulawesi Tenggara khususnya di daerah Wakatobi, Muna dan Kabupaten Buton. 

Kasuami terbuat dari ubi kayu yang diolah dengan uap panas yang dikenal dengan soa. Orang Wakatobi menyebutnya Kasuami, sementara orang Buton dan Muna menyebutnya Soami, namun ada pula yang menyebutnya sangkola. 

Kasuami umumnya memiliki bentuk yang sama, yaitu menyerupai tumpeng dan berwarna putih kekuning-kuningan. Menurut warga setempat, Kasuami menyimbolkan persaudaran dan keakraban. 

Oleh sebab itu, Kasuami biasanya dihidangkan saat acara besar seperti hajatan maupun penyambutan sanak saudara yang pulang ke kampung halaman. Hingga kini, Kasuami masih menjadi makanan pokok dan umumnya disajikan bersama ikan parende (sop ikan khas Wakatobi).

BACA JUGA:Mencoba Aunu Senebre, Makanan Tradisional yang Hanya Dapat Ditemukan di Papua

Tahukah kamu, dulu pada Kendari Food Festival 2018, Komunitas Kuliner Kendari (Tripelka) menghidangkan Kasuami yang memecahkan rekor MURI sebagai kasuami tertinggi dengan tinggi 250 cm dan diameter 180 cm. Kasuami tersebut menghabiskan 1,2 ton tepung tapioka dan dimasak oleh 40 juru masak yang dibantu 20 asisten dalam waktu lebih dari 12 jam.

Sejarah Kasuami

Keberadaan kuliner yang satu ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu di Sulawesi. Kasuami dikenal di Sulawesi Tenggara sebagai hidangan nenek moyang suku Wakatobi yang menyebar ke pulau Buton. Kasuami diperkirakan menjadi konsumsi sehari-hari oleh warga nelayan dan petani sebab desanya tidak bisa ditumbuhi tanaman padi. 

Di dua wilayah tersebut, tanaman singkong yang menjadi bahan dasar Kasuami, tumbuh subur dan menjadi makanan pokok sehari-hari. Karena Kasuami tidak mudah basi, para pelaut menjadikannya bekal dan makanan khas mereka. 

BACA JUGA:Tergeser Makanan Kekinian, Pais Jajanan Tradisional Khas Kalimantan Selatan yang Mulai Terlupakan

Kasuami dapat dikonsumsi hingga 14 sampai 20 hari, tapi jika singkong parut yang digunakan belum dikukus, kasuami bisa bertahan sampai 30 hari. Karena ketahanannya, pelaut-pelaut Wakatobi dapat membawa makanan ini sampai ke Singapura, pesisir Malaysia hingga Filipina.

Cara Membuat Kasuami 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: