Menelusuri Asal-usul Kue Nagasari yang Sudah Ada Sejak Abad ke-16

Menelusuri Asal-usul Kue Nagasari yang Sudah Ada Sejak Abad ke-16

Kue Nagasari-Akun Instagram @ding_80-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Indonesia memiliki beragam jenis kuliner khas di berbagai wilayah mulai dari Sabang hingga Marauke. Nah, kali ini kita akan membahas kulinernya Pulau Jawa. Kuliner yang satu ini merupakan makanan khas milik seluruh provinsi yang ada di Pulau Jawa. 

Keturunan Jawa mana yang tidak tahu panganan yang satu ini. Nagasari, Hayo siapa yang tidak tau? Salah satu kue basah yang paling populer dan banyak penggemarnya di hampir seluruh masyarakat Pulau Jawa. 

Kue basah ini terbuat dari tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula, dengan isian buah pisang raja yang dibalut dengan daun pisang lalu dikukus sampai matang. Selain menggunakan daun pisang, nagasari juga biasa dibungkus dengan balutan daun pandan supaya aromanya semakin harum.

Kue yang satu ini memiliki cita rasa yang manis legit, sedikit gurih karena campuran santan. Selain itu, kuliner yang satu ini memiliki tekstur yang sangat lembut. 

BACA JUGA:Kisah Binte Biluhuta, Kuliner yang Bisa Mendamaikan 2 Kerajaan yang Berseteru Pada Abad ke-15

Nagasari dipercaya berasal dari daerah Indramayu, Jawa Barat, karena Indramayu dikenal sebagai daerah penghasil beras. Sehingga masuk akal jika ada kuliner yang dikembangkan dari bahan-bahan yang banyak terdapat di daerah itu.

Kue Nagasari memiliki makna filosofisnya tersendiri, asal usul nama Nagasari berasal dari dua kata, yaitu naga dan sari. Kata "naga" diketahui sebagai hewan legenda yang terkenal dari Cina yang menjadi lambang kehormatan. Sedangkan kata "sari" berarti isi yang utama dari suatu benda.

Sehingga jika digabungkan nama Nagasari berarti isi utama dari sebuah benda yang dianggap terhormat, maksudnya kue ini melambangkan sebuah ketulusan hati dan martabat setiap manusia. Meski dipercaya berasal dari Indramayu, kue nagasari juga banyak dikonsumsi dan diproduksi di daerah-daerah lainnya di Pulau Jawa.

Kue ini sering disajikan dalam acara-acara adat penting di Jawa, misalnya upacara keagamaan atau rangkaian acara selamatan daur hidup masyarakat.

Tidak berhenti sampai disitu, ada pula kisah sejarah yang menceritakan tentang asal-mula kue nagasari yang berasal sebenarnya dari Kerajaan Pajang pada abad 16 M.

Dulunya ada seorang pendeta Buddha bernama Mahawiku Astapaka, yang sedang melakukan perjalanan untuk merayakan Waisak di Candi Borobudur, beliau berlabuh di pelabuhan Nusupan atau Bandar Semangi (pelabuhan kuno di Solo).

BACA JUGA:Mengenal Sate Tulang Khas Banjar dan Cara Memasaknya

Sang pendeta disambut oleh Adipati Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang memintanya untuk mampir dan bermalam di ibukota Pajang sebelum melanjutkan perjalanannya.

Sang pendeta buddha yang setuju untuk mampir disuguhi hidangan tanpa daging dan ikan, melainkan sebuah panganan yang terbuat dari tepung beras dengan irisan pisang di dalamnya (nagasari).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: