Sejarah Asal Usul Kolak, Makanan Manis yang Syarat Filosofi Agama

Sejarah Asal Usul Kolak, Makanan Manis yang Syarat Filosofi Agama

--

BENGKULUEKSPRESS.COM -  Bicara tentang waktu berbuka puasa, salah satu sajian yang sangat identik adalah kolak.

Rasanya berbuka puasa belum lengkap jika belum makan sajian kolak yang legit dan manis ini. Kolak terbuat dari beberapa campuran buah seperti buah pisang, ubi, labu, atau biji salak.

Kolak ini memiliki sejarah panjang di Indonesia dan awalnya dikenal sebagai sajian untuk menyebarkan pengaruh agama Islam pada masyarakat nusantara.

Lalu, seperti apa sih sejarah dari menu khas Ramadan yang sering ditemukan sebagai takjil berbuka puasa ini? Simak uraian lengkapnya berikut ini, ya.

BACA JUGA:Resep Minuman Segar untuk Berbuka Puasa, Praktis dan Melepas Dahaga

BACA JUGA:7 Camilan Khusus Tahun Baru Imlek Identik Keberuntungan

Asal-Usul Kolak

Istilah kolak disebut berasal dari kosa kata khalik atau Tuhan yang maha pencipta alam semesta. Namun, kata kolak juga disebut berasal dari bahasa Arab, yaitu kul laka yang berarti makanlah, untukmu. Awalnya masyarakat nusantara khususnya di Pulau Jawa belum mengenal agama Islam dengan baik. Para ulama dan penyebar agama Islam lalu berdiskusi untuk menemukan cara menyebarkan agama pada masyarakat dengan cara yang mudah diterima.

Cara yang dipilih untuk menyebarluaskan agama Islam di nusantara, salah satunya adalah dengan media kuliner.

Pada masa lalu, kolak biasa disajikan pada bulan Ruwah atau bulan Sya'ban namun seiring perkembangannya kolak mulai disajikan pada bulan Ramadan. Sejak itulah kolak mulai jadi sajian berbuka favorit yang banyak dikonsumsi oleh umat Muslim di Indonesia.

BACA JUGA:Oleh-Oleh Makanan Khas Bengkulu yang Wajib Dicoba

BACA JUGA:Ini 14 Potensi Ekonomi Kreatif di Provinsi Bengkulu, BU Paling Banyak

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kolak memiliki filosofinya tersendiri. Misalnya pisang jenis kepok yang dipahami sebagai kosa kata kapok yang berarti rasa jera dan dorongan untuk bertaubat pada Tuhan. Sedangkan ubi dalam bahasa Jawa dikenal juga dengan istilah "telo pendem" yang diartikan sebagai upaya untuk mengubur kesalahan dalam-dalam.

Lalu, santan yang digunakan untuk membuat kuah kolak juga dikenal dengan istilah santen yang dianggap sebagai kependekan dari pangapunten yang berarti permohonan maaf.  Ternyata enggak hanya lezat, kolak juga merupakan sajian yang penuh dengan nilai-nilai filosofis. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: