Sultan B Najamuddin, Sang Penerus Pejuang Bengkulu

Sultan B Najamuddin, Sang Penerus Pejuang Bengkulu

\"2]bapak

BENGKULU, BE - Sesaat setelah dinyatakan sah menjadi provinsi  terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1968, Sultan Yakoeb Bachtiar, tokoh sentral terbentuknya Provinsi Bengkulu disodori satu pertanyaan oleh beberapa tokoh masyarakat Bengkulu.

“Apa selanjutnya  setelah Bengkulu menjadi Provinsi, apakah Anda ingin menjadi gubernurnya? Dengan mantap Yakoeb Bachtiar menjawab, ”Tidak perlu saya menjadi gubernur. Biarkan anak cucu kita nanti melanjutkan perjuangan membangunan Bengkulu ini”.

Peristiwa sejarah diatas ternyata dimaknai mendalam oleh Sultan Bachtiar Najmuddin yang tak lain adalah cucu pendiri Bengkulu tersebut yang kini menjadi Wakil Gubernur Bengkulu. “Bahwa menjadi Gubernur atau tidak bukanlah tujuan utama. Karena yang paling utama adalah berbuat yang terbaik bagi Bengkulu,\" ungkap Sultan.

Pekerja keras sejak kecil, Sultan memang sudah terlihat. Lahir di Desa Anggut, Bengkulu Selatan , 34 tahun silam dari pasangan Najamudin dan Nuraini yang berprofesi sebagai petani.  Sultan menyelesaikan bangku SD di desanya.  Sewaktu SMP, Sultan sekolah di Ulu Talo Seluma.

Semasa SMA, Sultan yang selalu berprestasi menjadi juara kelas ini sempat dua kali berpindah sekolah di SMA 1 Manna dan SMA 3 Manna Bengkulu Selatan. Selama SMA itulah dia sudah menunjukkan kepiawaiannya berorganisasi dengan menjadi 4 kali Ketua OSIS.  Selepas SMA, Sultan merantau ke Jakarta. Bersama sang kakak Agusrin M Najamudin dia berjuang, bertahan hidup sekaligus mengejar takdir.

Berbagai jenis usaha dia jalani. Tidur di masjid bukan hal baru lagi selama dia berjuang di Jakarta. Dia pernah menjadi penjual makanan dan tukang AC keliling. Berkat kegigihannya, Sultan akhirnya menjadi pengusaha sukses yang menangani usaha bertaraf nasional dan internasional.

Menjadi pengusaha muda dan sukses bukanlah hal asing bagi Sultan, karena darah sang kakek dan keluarganya memang pengusaha hebat dan sukses di zamannya. Siapa yang tidak kenal dengan pengusaha besar Wahab Affan, pemilik pabrik mobil Datsun dan pabrik perkapalan di bawah bendera Sang Saka. Dia  tak lain adalah terbilang kakek Sultan, saudara dekat  dari Sultan Yacob Bacthiar yang merupakan kakek kandung Sultan B Najamuddin.

Sambil bekerja, Sultan juga tidak lupa untuk melanjutkan pendidikannya hingga akhirnya mampu menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Indonesia (UI) dan melanjutkan program master di bidang social dan politik.

\"Sultan

Kiprah Nasional Belum genap 30 tahun Sultan menjadi anggota DPD, dan sempat berkompetisi  menjadi kandidat ketua lembaga tertinggi negara bersaing dengan nama-nama besar seperti AM. Fatwa, La Ode Ida dan Irman Gusman yang menjadi Ketua DPD RI saat ini. Walaupun takdir berpihak kepadanya, Sultan dipercaya sebagai Ketua Panitia Hubungan Antar Lembaga DPD RI. Posisi ini terbilang cukup prestisius karena mewakili Indonesia di dunia internasional, hampir separoh negara di dunia ini sudah didatanginya.

Tahun 2005, Sultan pulang kampung untuk menyukseskan kakaknya Agusrin M Najamudin menjadi Gubernur Bengkulu. Berperan sebagai jenderal lapangan, dia berhasil mengantarkan  Agusrin menjadi Gubernur Bengkulu bahkan hingga dua periode.

Bibit Komplit pada diri Sultan mengalir darah dari berbagai suku. Ada darah Rejang, Padang dan Selatan.  Sang kakek adalah keturunan langsung kerajaan Pagaruyung Padang. Sementara saudara kakeknya banyak yang berdarah Rejang. Meskipun asli putra daerah, Sultan tidak canggung berkomunikasi dan bertindak layaknya masyarakat Jawa. Bahkan banyak orang dari suku Jawa menilai Sultan lebih Jawa dari orang Jawa.  Maklum saja karena sejak kecil dia bergaul dengan masyarakat Jawa. Anak angkat ayahnya semuanya warga tranmigrasi. Sementara kakaknya beristrikan orang Jawa bahkan dari golongan ningrat Jawa.

\"Sultan

Kegelisahan Dalam beberapa kesempatan, Sultan sering mengelus dada melihat keadaan Provinsi Bengkulu sekarang yang seakan ketinggalan momentum untuk menggenjot pembangunan dan mengejar ketertinggalan.

Sejarah mencatat, dua sosok yang dianggap berpengaruh besar terhadap pembangunan di Bengkulu. Yaitu Mantan Gubernur Suprapto dan Agusrin.

Mereka mampu mempercepat pembangunan Bengkulu dengan menjebol isolasi Bengkulu. Ribuan handtraktor gratis dibagikan untuk petani, pembangunan pantai panjang, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, harga sawit dan karet yang sesuai bagi petani  dan ide besar pembangunan pariwisata, penerbangan udara yang ramai, sampai proyek sekala internasional yaitu pembangunan rel kereta Pulau Baai - Muara Enim. “Program yang jelas membuat rakyat maju adalah warisan dan wajib diperjuangkan kembali dan dilanjutkan,” ucapnya.

Kandidat Sultan belakangan ini disebut-sebut sebagai tokoh yang paling  layak dan berpeluang menang dalam Pilgub mendatang oleh berbagai survey. Alasannya,  Sultan masih relatif bersih, muda, berpengalaman dan mempunyai banyak jaringan nasional dan internasional.  ”Jika takdir menggariskan saya menjadi  gubernur, saya akan menjalaninya dengan sepenuh hati,” ujar Sultan yang dekat dengan semua media ini.

Sultan sendiri mengaku niatnya maju menjadi gubernur pada Pilkada 2015 ini adalah atas desakan berbagai elemen masyarakat. Mereka berharap Sultan dapat meneruskan pembangunan yang sudah digagas oleh mantan gubernur Agusrin M Najamudin yang tidak lain adalah kakak Sultan.  Sekaligus menyempurnakan kelemahan-kelemahan Agusrin. Di matanya, masih banyak potensi, peluang dan harapan yang harus dimaksimalkan.

Ketika ditanya mengapa sampai sekarang Wagub masih membujang? Dengan santai dia menjawab banyak alasan yang membuat dirinya masih membujang. Pertama, karena dia telanjur jatuh cinta dengan Bengkulu sehingga hampir semua waktu dia abadikan untuk masyarakat.  Selain itu, dia juga pernah bersumpah, belum menikah sebelum Bengkulu maju.

“Karena saya masih membujang, masyarakat mau ketemu saya  jam berapapun, saya siap. Saya siap bekerja 24 jam,” terangnya.

Beberapa fenomena menarik soal pemimpin yang masih membujang juga terjadi di beberapa Negara maju seperti Korea dan Filipina yang dipimpin bahkan oleh seorang perempuan. Korea bahkan sekarang menjadi Negara dengan laju perekonomian tertinggi di Asia.

Selain itu, kata Sultan, karena bujangan, segala keputusan ada di tangannya. Tidak ada yang bisa mempengaruhi. Sambil bercanda dia berseloroh \"Sendiri itu lebih irit. He..he..”

Namun terlepas dari alasan  itu semua, Sultan menyatakan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah takdir Tuhan. “Saya hanya bisa menjalani. Saya tidak pernah tahu rencana Tuhan. Mumpung kita masih sehat. Maka kita berikan yang terbaik kepada masyarakat,\" tandas Sultan.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: