Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Lebih Tinggi Lewat Optimalisasi Potensi Daerah

Sarasehan Perekonomian Bengkulu, sekaligus diseminasi Laporan Perekonomian Bengkulu (LPP) edisi Agustus dan Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan III 2025.-foto: indri-
BENGKULUEKSPRESS.COM – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Bengkulu menggelar Sarasehan Perekonomian Bengkulu, sekaligus diseminasi Laporan Perekonomian Bengkulu (LPP) edisi Agustus dan Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan III 2025. Acara yang mengangkat tema Sinergi Moneter dan Fiskal: Optimalisasi Potensi Daerah dalam Upaya Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi ini menjadi momentum evaluasi kondisi ekonomi daerah sekaligus perumusan langkah strategis ke depan.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Wahyu Yunawa Hidayat, menyampaikan bahwa perekonomian Bengkulu secara umum masih berada dalam kondisi kondusif.
Pada triwulan II 2025, ekonomi Bengkulu tumbuh di angka 4,99 persen. Angka ini memang lebih rendah dibanding rata-rata nasional, namun menurutnya tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat.
"Inflasi sangat terjaga, kondisi rumah tangga juga stabil. Cuma memang pertanyaannya apakah kita puas dengan angka 4,99? Kalau kita ingin mendorong pendapatan per kapita yang lebih tinggi, pertumbuhan harus lebih tinggi lagi. Target pemerintah kan 8 persen di 2029, itu butuh effort besar," ujar Wahyu.
BACA JUGA:Terapkan E-Ijazah, Pemkot Bengkulu Gelar Bimtek Tanda Tangan Elektronik
BACA JUGA:DPRD Kota Bengkulu Dukung Raperda P-APBD 2025, Beri Catatan Khusus untuk Kenaikan PAD
Ia menjelaskan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, Bengkulu masih memiliki banyak potensi yang bisa didorong. Menurutnya, kapasitas terpasang di daerah ini masih belum optimal. Penguatan sektor-sektor strategis dinilai menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan yang lebih signifikan.
Sementara itu, jika dikaitkan dengan kondisi geopolitik global, Wahyu mengakui hal tersebut memiliki pengaruh terhadap perekonomian nasional, termasuk Bengkulu. Namun, karena Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbuka (open economy country), dampaknya masih relatif terkendali.
"Pasti ada pengaruhnya, tapi tidak terlalu signifikan karena ekonomi domestik kita lebih dominan. Bengkulu juga mengekspor batubara, tapi pasarnya banyak ke negara ASEAN, tidak semuanya ke Amerika. Jadi relatif tidak terlalu berpengaruh," jelasnya.
Meski demikian, Wahyu menilai bahwa infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan masih perlu ditingkatkan untuk mendukung peningkatan produksi dan memperluas pasar ekspor.
Melalui sarasehan ini sambung Wahyu, diharapkan menjadi wadah sinergi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan pemangku kepentingan lain dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Bengkulu di masa mendatang.
"Kalau bandara dan pelabuhan kita bagus, produk-produk bisa lebih mudah dibawa keluar sehingga produksi meningkat. Kalau sektor ini belum optimal, memang sulit. Tapi kita tetap optimis, minimal ekonomi Bengkulu bisa stabil dulu, dan dengan dukungan seluruh komponen, pertumbuhan bisa lebih baik," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: