Dampak Ekspor dan Konflik Global, Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Diprediksi Melambat

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yunawa Hidayat -foto: tri yulianti-
BENGKULUEKSPRESS.COM – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yunawa Hidayat, menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada triwulan kedua tahun 2025 diperkirakan masih akan mencatatkan angka positif.
Namun, laju pertumbuhan ini diprediksi melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Menurut Wahyu, perlambatan tersebut terlihat dari sisi pengeluaran, khususnya sektor ekspor yang mengalami kendala.
Salah satu hambatan utama adalah aktivitas ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai yang belum optimal.
"Ekspor kita masih sedikit terkendala, terutama di Pelabuhan Pulau Baai. Meskipun begitu, secara angka, pertumbuhan ekonomi masih relatif tinggi di kisaran 4,2 hingga 5,0 persen," ujar Wahyu usai Sarasehan perekonomian Bengkulu, Rabu (18/6/2025) di Hotel Grage Horizon Bengkulu
BACA JUGA:Tinjau Program MBG di Bengkulu, Kepala Staf Kepresidenan Kunjungi Sekolah dan Dapur MBG
BACA JUGA:Usai Ditemui Gubernur Bengkulu, Kemensos RI Beri Bantuan Rp 200 M untuk Sekolah Rakyat
Ia menambahkan bahwa Provinsi Bengkulu memiliki modal pertumbuhan yang cukup baik.
Pada triwulan pertama, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,8 persen, yang menjadi bekal optimisme untuk mendorong perekonomian lebih kuat di tahun 2025. Namun demikian, kondisi global yang tidak stabil menjadi tantangan tersendiri.
Wahyu menjelaskan bahwa konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, ketegangan Iran-Israel, serta kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah Donald Trump turut memengaruhi aktivitas ekspor secara global.
"Ketegangan geopolitik berpotensi menaikkan harga minyak dunia, apalagi sekitar 30 persen pergerakan minyak global melewati kawasan dekat Iran. Jika harga minyak naik, biaya produksi tentu akan meningkat, yang akhirnya bisa mendorong inflasi," jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa lonjakan inflasi bisa berdampak ganda, baik terhadap daya beli masyarakat maupun ongkos produksi pelaku usaha.
" Harapannya gejolak global ini tidak terlalu berdampak signifikan terhadap perekonomian daerah," tutup Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: