Bubur Suro Sajian Menjelang Malam 1 Muharram, Hidangan Sakral Maaya Jawa

BENGKULUEKSPRESS.COM - Bubur Suro merupakan makanan yang sering dihidangkan di bulan Muharam.

Bubur suro biasanya dihidangkan menjelang malam 1 Muharram namun ada pula yang menghidangkannya pada tanggal 10 Muharram. 

Jika mendengar sekilas nama Bubur Suro terkesan berbau mistis, yang dimana malam 1 Suro adalah awal tahun baru Hijriah yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. 

Pada malam ini, masyarakat Jawa di Indonesia biasanya melakukan berbagai macam ritual sesuai dengan tradisi masing-masing daerah.

BACA JUGA:Tidak Banyak yang Tahu! Begini Asal Usul Semur Jengkol di Indonesia

Penamaan Bubur Suro sendiri bukan sembarang nama. Arti Bubur Suro diambil dari kata "Asyura" dalam bahasa Arab berarti "sepuluh", yakni tanggal 10 bulan Muharam.  

Bubur Suro kini masih bisa dijumpai di beberapa wilayah Jawa Timur, salah satunya Madura, dan sebagian wilayah Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Solo, hingga Semarang.

Nah, komposisi dan cara membuat bubur suro ini pun berbeda tergantung tradisi yang ada di wilayahnya. Misalnya, komposisi bubur suro yang ada di Sumenep, Jawa Timur berbeda dengan di Jawa Barat. 

BACA JUGA:Anantari Cafe, Cafe Hits Semarang Tawarkan Konsep Kafe dengan Pemandangan Alam Mempesona

Bubur Suro biasanya dibuat dari beberapa pelengkap, seperti bubur beras putih, opor ayam, sambal goreng labu siam, jeruk bali, bulir-bulir buah delima, tujuh jenis kacang, dan irisan timur serta beberapa lembar daun kemangi.

Di balik keberadaannnya yang masih di jaga hingga saat ini, banyak yang bilang jika Bubur Suro memiliki sejarah dan makna filosofis mendalam. Lantas, seperti apa sejarah dan filosofi bubur suro? 

Artikel ini akan memberikan pemaparan seputar sejarah dan makna filosofis dari Bubur Suro ini. Yuk, simak ulasan berikut sampai habis! 

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Bika Ambon dan Proses Pembuatannya

Sejarah Bubur Suro 

Sumber: