Ini Dia Ramalan Jayabaya yang terbukti kebenarannya
dalam Kitab Jangka Jayabaya banyak mengeluarkan sindiran untuk kehidupan di masa depan seperti sekarang. --
No-To-No-Go-Ro
Salah satu ramalan Jayabaya yang paling tersohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.
BACA JUGA:Pinjaman KTA BRI, Briguna Karya Limit Pinjaman Tak Terbatas Tenor 15 Tahun, Ini Syarat Pengajuannya
Banyak yang percaya dan meyakini dengan ramalan tersebut. Hal ini karena pemimpin di negeri ini sesuai dengan apa yang ditulis Jayabaya, yakni Notonogoro. Namun selain Notonogoro, Raja Kediri ini juga memiliki beberapa ramalan lainnya. Ramalan itu pun diyakini dan benar-benar terjadi.
Akan ada kulit kuning lepaskan Indonesia dari kekejaman kulit putih
Sakari Ono takjub merasakan kesegaran air kelapa yang membasahi tenggorokannya. Inilah pertama kalinya anggota Batalyon 153 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang itu merasakan air kelapa muda. Ono muda begitu terkesan dengan keramahan penduduk di Cilacap, Jawa Tengah. Walau tak banyak interaksi dan terbatas kendala bahasa, Ono merasa disambut baik di Pulau Jawa.
Ono kemudian mengerti masyarakat begitu mempercayai ramalan Jayabaya. Akan ada orang-orang kate berkulit kuning yang akan melepaskan pendudukan Indonesia dari kekejaman bangsa kulit putih. Mereka percaya orang kate itulah para Tentara Jepang.
BACA JUGA:Klaim Saldo Gratis Rp200.000! Selesaikan Misi di Aplikasi Penghasil Uang ini
Ono pun mengubah namanya menjadi Shigeru. Sehingga para veteran Jepang mengenalnya sebagai Rahmat Shigeru Ono. Dia kemudian berjuang bersama para pemuda. Dia melatih mereka dan memimpin gerilyawan Indonesia berperang melawan Belanda.
Rahmat Ono adalah tentara Jepang terakhir yang memihak Republik IndonSesia. amurai terakhir ini tutup usia Senin (25/8) lalu di Malang. Di tengah keluarga dan tanah air yang dicintai.
BACA JUGA:Malaikat Rezeki Sering Bertamu ke Rumah, Ustadz Adi Hidayat Sarankan Lakukan ini
Selama bertugas di Indonesia, Ono lebih banyak kecewa melihat sikap para tentara Jepang lain. Apalagi masa 1943 sampai awal 1945 di mana tidak ada perang di Jawa. Kemudian, Ono melarikan diri dari militer Jepang dan bergabung dengan tentara Indonesia.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: