Telusuri Penyebab Kematian Bayi di RSUD, Ini yang Dilakukan Dinas Kesehatan
KEBERATAN : Warga Desa Rindu Hati, Sultan Mukhlis SH saat mengungkapkan kekecewaan dan keberatan terhadap layanan di RSUD Benteng hingga menyebabkan bayinya meninggal saat proses persalinan, Senin (9/1).-(foto: bakti setiawan/bengkuluekspress.disway.id)-
BACA JUGA:Beredar Kabar Siswa di Bengkulu Tengah Pecah Bola Mata Akibat Lato-lato, Begini Faktanya
BACA JUGA:Korupsi Dana Desa Rp 494 Juta di Bengkulu Tengah, Berpeluang Seret Tersangka Baru
Merasa panik, mantan Kades Rindu Hati ini segera meminta bantuan perawat yang bertugas untuk melakukan tindakan. Tak lama kemudian, 2 (dua) orang bidan datang dan mengajukan berbagai pertanyaan tentang riwayat kehamilan serta anak-anak yang telah dilahirkan.
Melihat sang istri terus berteriak, Sultan spontan menegur para bidan agar segera melakukan tindakan tanpa banyak bertanya. Sayangnya, para bidan yang seolah tak terima ditegur malah menjawab dengan cara yang tak sopan.
"Bidan yang ditegur seolah emosi. Mereka mengatakan 'Kalau memang tak mau ikut prosedur, bawa balik (pulang,red) istri bapak.' Mendengar ucapan bidan, emosi saya juga memuncak. Lalu, merekapun pergi dngan alasan mereka bertugas di ruang kebidanan," kata Sultan saat menceritakan apa yang dialaminya.
Sekitar pukul 04.00 WIB Sabtu pagi, kata Sultan, sang istri kembali berteriak histeris. Tak lama kemudian, dua orang pria tanpa mengenakan identitas yang mengaku dokter datang untuk menghampiri pasien.
BACA JUGA:Retribusi Parkir di Bengkulu Tengah Rp 52 Juta, Ini Respon Dishub
BACA JUGA:Hanya 35 Desa di Lebong Lunas Pajak, Selebihnya Nunggak, Faktornya ini?
Kehadiran dokter juga tanpa tindakan dengan alasan ingin konsultasi dahulu dengan dokter kandungan. Setelah 15 menit kemudian, datanglah 3 orang bidan untuk melakukan pemeriksaan dan membantu proses persalinan.
Namun, sangat disayangkan. Persalinan dilakukan di ruangan rawat inap dan menjadi tontotan pasien lainnya. Bukan dibawa ke ruangan bersalin yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang persalinan.
"Persalinan dibantu secara paksa. Perut istri saya ditekan secara paksa oleh bidan sehingga keluarlah anak (bayi) saya. Saya melihat semuanya dengan jelas. Dua orang dokter hanya berdiri dan melihat persalinan istri saya tanpa melakukan apa-apa," bebernya.
Lantaran tak dilengkapi dengan alat-alat persalinan dan kotak inkubator, bayi terletak di tempat tidur. Setelah 45 menit pasca lahiran, dokter menyampaikan bahwa bayi saya tak bisa diselamatkan.
"Saat diangkat, bayi terlihat gerakan bayi. Namun, memang tak menangis. 45 menit kemudian, dilaporkan ke saya bayi tak bisa diselamatkan," ungkap Sultan.
Atas apa yang menimpanya, Sultan mengaku akan melakukan konsultasi dengan pengacaranya dan mungkin akan melakukan tuntutan pidana sehubungan dengan keterlambatan tindakan, keteledoran atau mall praktik dokter ketika persalinan istri saya.
"Jangan sampai ada korban lagi dari kasus seperti ini. Khusus di Desa Rindu Hati, sudah ada 2 korban dengan kasus yang sama. Cukup saya yang menjadi korban, jangan sampai timbul banyak korban lagi," pungkas Sultan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: