Sawit dan Sayur Anjlok Beras Merangkat Naik

Sawit dan Sayur Anjlok Beras Merangkat Naik

\"Ari,

Saat harga tandan buah segar (TBS) sawit dan sayuran turun, justru harga kebutuhan pokok seperti beras merangkak naik. Hal ini tentu saja membuat resah masyarakat, khususnya petani, karena mayoritas warga mengandalkan hasil dari pertanian mereka;

HARGA Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terus mengalami kemerosoan di beberapa daerah Bengkulu. Salah satunya di wilayah Kabupaten Mukomuko, petani sawit hanya menerima Rp 700/kg. “Kami bingung dengan harga TBS di daerah ini. Sejak sebulan ini harga buah sawit terus saja merosot, apa lagi sekarang merosot sampai harga di bawah Rp 1000/kg. Kondisi ini sangat membebani petani,” aku Petani Sawit Mukomuko, Narko kepada Bengkulu Ekspress.

Ia menilai pemerintah tidak memperhatikan nasib petani sawit. Karena harga buah sawit sudah di bawah Rp 1000/kg itu sangat menyengsarakan petani.

Ketua Ikatan Petani Sawit Mandiri Kabupaten, Edi menyampaikan Pemprov Bengkulu diharapkan segera merevisi Peraturan gubernur (Pergub) terkait penetapan harga TBS. Karena mayoritas pabrik yang membeli TBS petani tidak mengindahkan hasil penetapan harga tersebut. “Segera revisi Pergubnya. Dan cantumkan sanksi tegas bagi pabrik yang tidak mengindahkan hasil penetapan harga TBS oleh tim yang diketuai Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu tersebut,” pungkasnya.

Kepala Bidang Perkebunan Kabupaten Mukomuko, Wahyu Hidayat mengatakan, berdasarkan data yang diperoleh harga sawit di pabrik PT Sapta Sentosa Jaya Abadi (SSJA) dan PT Karya Sawitindo Mas (KSM) turun dari sebesar Rp 1.070 menjadi Rp 1.040/kg. PT Mukomuko Indah Lestari (MMIL) dari sebesar Rp 1.110 menjadi Rp 1.080 /kg. PT AMK dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.130/kg.

“Pabrik beli TBS lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh tim perumus sebesar Rp 1.309/kg. Pabrik diberikan toleransi sebesar lima persen dari harga ketetapan tersebut untuk membeli TBS kelapa sawit petani setempat dengan harga Rp1.244/kg,” bebernya.

Harga Sayur Hancur

Bila sebelum lebaran Idul Fitri 1437 Hijriah lalu harga sejumlah sayuran di Kabupaten Rejang Lebong mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun berbeda dengan yang terjadi usai lebaran ini. Dimana harga sayuran mulai mengalami penurunan yang cukup drastis.

\"Hampir semua harga sayuran usai lebaran ini turun,\" aku Selamet (50) petani Desa Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang.

Beberapa sayuran yang mengalami penurunan yang cukup drastis seperti tomat yang sebelumnya dihargai Rp 5 ribu per Kg setelah lebaran ini tinggal Rp 700 per Kg. Kemudian daun bawang yang sebelumnya Rp 8 ribu saat ini tinggal Rp 2 ribu per Kg. Bahkan Siledri mengalami penurunan yang cukup drastis dimana sebelumnya mencapai Rp 15 ribu per Kg saat ini hanya dihargai Rp 1000 per Kg.

Kemudian Sawi Pahit dari sebelumnya RP 1.500 saat ini tinggal Rp1.000 per Kg, Kol Bulat yang sebelumnya Rp 2 ribu saat ini tinggal Rp 1.000 per Kg dan Terong Ungu dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.000 per Kg.

\"Harga yang saya sampaikan tersebut, meru[akan harga jual ditingkat petani,\" papar Selamet.

Terkait dengan adanya penurunan harga sayur ini, menurut Selamet dikarenakan beberapa faktor yang memang selama ini kerap terjadi. Salah satunya karena stok sejumlah sayuran yang cukup banyak karena adanya panen serentak oleh petani di kawasan Selupu Rejang yang terkenal sebagai lokasi penghasil sayuran di Rejang Lebong.

Sedangkan untuk di kawasan Pasar Atas Kota Curup, berdasarkan pantauan Bengkulu Ekspress, harga sayuran masih terbilang normal meskipun sudah mengalami penurunan, namun penurunan ditingkat penjual tidak sedrastis yang dialami ditingkat petani. Seperti tomat saat iniharganya masih berkisar diangka RP 4 ribu per Kg, kemudian kol bulat Rp 2 ribu per Kg, daun bawang Rp 10 ribu.

\"Memang beberapa hari ini mengalami penurunan, namun tidak terlalu signifikan,\" terang Andi (35) pedagang sayur di Pasar Atas Kota Curup.

Harga Beras Naik

Sementara itu, harga beras justru merangkak mengalami kenaikan di daerah. Salah satu satu agen beras di Pasar Atas Kota Curup, Hj Ratna, mengatakan kenaikan disebabkan karena mulai berkurangnya pasokan beras seiring dengan selesainya musim panen di Kabupaten Rejang Lebong.

\"Beberapa hari terakhir harga beras memang mulai naik, hal tersebut karena saat ini musim panen telah selesai,\" aku Ratna.

Selain karena selesainya musim panen, kenaikan juga dipicu adanya serangan hama pada tanaman padi beberapa waktu lalu sehingga menyebabkan pasokan beras menjadi berkurang. Bahkan Ratna mengaku kenaikan harga beras ini merukapan siklus tahunan dan biasanya akan berlangsung hingga awal tahun 2017 mendatang.

\"Kenaikan harga beras ini selalu terjadi setiap pertengahan tahun dan biasanya akan kembali turun awal tahun nanti,\" terangnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kenaikan harga beras ini seperti pada beras kualitas premium yang sudah dikemas dengan merek tertentu.

Ia mencontohkan untuk beras merek Paten ukuran 20 Kg yang sebelumnya dihargai Rp 240 ribu saat ini menjadi Rp 250 ribu. Begitu juga dengan merek manggis ukuran 20 Kg saat ini menjadi Rp 240 ribu yang sebelumnya Rp 230. Beras kemasan yang masih terbilang rendah yaitu merek cap kol yaitu Rp 205 ribu meskipun mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 190 ribu.

Sementara itu, untuk beras lokas seperti beras Talang Benih dan Rimbo Recap juga mengalami kenaikan. Dimana saat ini untuk satu kaleng beras atau 16 Kg diharai Rp 170 ribu naik dari sebelumnya sebesar Rp 160 ribu. Sedangkan untuk berasl kualitas asalan saat ini per Kg Rp 9 ribu dari sebelumnya Rp 8.200.

\"Selain beras lokal, beras yang kita jual di Rejang Lebong ini banyak dari wilayah Sumatera Selatan dan Lampung,\" papar Ratna.

Ia berharap Pemerintahb bisa memberikan solusi terkait dengan adanya kenaikan harga beras ini. Mengingat kenaikan harga beras ini merupakan siklus tahunan atau terjadi setiap tahunnya.(251/900)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: