Menelusuri Sosok Nyoman Rai Srimben, Ibunda Bung Karno

Lahir dari Keluarga Broken Home
Membahas sosok presiden pertama Indonesia, Soekarno, rasanya tak bisa dipisahkan dari sosok Nyoman Rai Srimben. Ibunda sang proklamator itu adalah wanita asal Lingkungan Bale Agung, Singaraja. Seperti apa kisah kehidupannya di masa lalu?
MUNGKIN selama ini tak banyak yang mengupas sosok Nyoman Rai Srimben. Padahal perempuan ini secara tak langsung memiliki andil dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ya, Srimben, yang merupakan perempuan kelahiran Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Buleleng itu, adalah ibu kandung dari Ir. Soekarno, sang proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.
Tak mudah melacak kisah kehidupan Rai Srimben di Bale Agung. Minimnya catatan sejarah, menyebabkan sosok Rai Srimben kurang begitu dikenal.
Namanya baru dikenal dan banyak muncul dalam catatan media-media di Indonesia, setelah Soekarno menduduki kursi kepresidenan. Sebelum itu praktis tak ada catatan yang muncul.
Jawa Pos Radar Bali dan baliexpressnews.com (JPNN Group) berusaha menelusuri kisah hidup Srimben pada masa belia di Lingkungan Bale Agung.
Saat ini ada dua orang penutur yang juga tokoh di Lingkungan Bale Agung, yang paham betul dengan kisah hidup Rai Srimben.
Mereka adalah Gede Pastika dan Made Hardika. Keduanya mempertahankan cerita yang berasal dari tutur pendahulunya. Keduanya mempertahankan cerita itu dan menuangkannya dalam bentuk tulisan-tulisan sederhana, termasuk dalam bentuk rekaman suara.
Tak ada data sahih soal kelahiran Nyoman Rai Srimben. Namun dia diperkirakan lahir pada tahun 1881 silam. Srimben berasal dari keluarga rohaniawan yang mengurus masalah keagamaan dan adat istiadat di Pura Bale Agung. Ayahnya, I Nyoman Pasek adalah pemangku di Pura Bale Agung.
Sementara ibunya, Ni Made Liran adalah wanita Bali yang mengurus masalah upakara dan upacara di Pura Bale Agung. Dari pasangan I Nyoman Pasek dan Ni Made Liran, lahirlah I Made Pasek dan Nyoman Rai Srimben. Tidak banyak yang tahu bahwa Srimben lahir dari keluarga yang bisa dikatakan broken home. Ayahnya menikah memiliki istri kedua yang bernama Ni Sukenyeri.
Ni Sukenyeri dan Ni Made Liran sebenarnya masih memiliki hubungan kekerabatan, karena memang pada saat itu perkawinan di perbekelan (istilah desa pada zaman tersebut, Red) Bale Agung hanya berlangsung antar kerabat saja. Karena ogah dimadu, Ni Made Liran memilih pulang ke rumahnya semasa gadis. Antara rumah Ni Made Liran semasa gadis dengan semasa menikah dengan I Nyoman Pasek, jaraknya tak sampai 40 meter.
“Terus terang masa kecil Nyoman Rai Srimben, kalau sekarang itu istilahnya broken home. Ibunya Srimben, Ni Made Liran, walaupun dimadu dengan saudara sendiri, sebenarnya dia tidak ikhlas juga dimadu. Akhirnya tinggal di rumah bajang (gadis, Red) sampai Ni Made Liran sakit dan meninggal dunia.
Waktu itu Rai Srimben masih kecil,” jelas Made Hardika yang ditemui di Pura Bale Agung, Kamis (7/4). Dari cerita turun temurun, menurut Hardika, Srimben tinggal bersama ayahnya I Nyoman Pasek, hingga usia lima tahun saja. Selebihnya ia tinggal bersama ibunya di rumah semasa gadis. Begitu ibunya mangkat, Srimben diasuh oleh Ni Ketut Nesa yang tak lain adik dari Ni Made Liran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: