Kinerja Ekspor Bengkulu Anjlok, BPS: Optimis Pulih Jika Pelabuhan Pulau Baai Dibuka

Rilis BPS Provinsi Bengkulu -foto: tri yulianti-
BENGKULUEKSPRESS.COM – Total nilai ekspor Provinsi Bengkulu sepanjang Januari hingga Mei 2025 mengalami penurunan drastis sebesar 38,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini didominasi oleh sektor pertambangan dan beberapa sektor lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat, nilai ekspor pada Mei 2025 mencapai US\$4,57 juta.
Angka ini anjlok hingga 50,91 persen jika dibandingkan Mei 2024. Meski demikian, sepanjang Januari hingga Mei 2025, neraca perdagangan nonmigas Bengkulu masih mencatat surplus sebesar US\$51,03 juta. Bahkan, tercatat tidak ada aktivitas impor yang masuk ke Bengkulu selama periode tersebut.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama turunnya ekspor adalah permasalahan di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang mengalami pendangkalan alur.
Akibatnya, selama empat bulan terakhir, kapal-kapal besar kesulitan masuk ke pelabuhan utama Bengkulu tersebut.
“Malah turun ya ekspor kita di bulan Mei ini dan sebenarnya ekspor kita juga belum sepenuhnya tercatat di Bea Cukai," jelas Win Rizal, Selasa (2/7/2025).
BACA JUGA:Realisasi PKB Bengkulu Baru 40 Persen, Bapenda Optimis Capai Target Rp298 Miliar
Ia menambahkan, penurunan ekspor Bengkulu diperkirakan mencapai 30 persen jika dibandingkan bulan April lalu. Adapun komoditas ekspor Bengkulu selama ini masih didominasi produk seperti crude palm oil (CPO), kopi, teh, dan sejenisnya.
Meski demikian, Win Rizal optimistis, jika Pelabuhan Pulau Baai bisa kembali dibuka pada Juli ini, maka kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi Bengkulu akan lebih baik.
“Pastinya akan berdampak positif, cuma seberapa besar dampaknya itu kita belum bisa pastikan. Tapi kita harapkan ini jadi momentum pemulihan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Win Rizal mengingatkan, dibukanya kembali alur pelayaran saja belum cukup. Harus ada perbaikan dalam sistem pengelolaan pelabuhan, terutama terkait dwelling time atau waktu bongkar muat peti kemas di pelabuhan.
“Jangan sampai dwelling time-nya memakan waktu yang lama. Di pelabuhan lain, itu bisa satu hari selesai. Di Bengkulu jangan sampai tiga hari atau bahkan seminggu,” tegasnya.
Menurut Win Rizal, dwelling time yang terlalu lama sangat merugikan, terutama untuk barang-barang yang sifatnya mudah rusak dan harus segera dikirim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: