Saat Dana Cukup untuk Haji Tapi Nafkah Keluarga Masih Kurang, Mana yang Didahulukan?

Mana yang Didahulukan antara Naik Haji atau Menafkahi Keluarga-(foto: kolase/bengkuluekspress.disway.id)-
BACA JUGA:Satu Jamaah Haji Asal Bengkulu Selatan Wafat di Madinah
Lebih dari itu, ia juga harus punya kelebihan harta untuk menjamin nafkah keluarga selama ia berada di Tanah Suci.
"Mampu (istitha’ah) adalah memiliki bekal dan kendaraan, dengan syarat harus lebih dari kebutuhan pokoknya (sandang pangan dan papan), dan juga harus lebih dari nafkah keluarganya, terhitung sejak berangkat hingga kembalinya," kata Syekh Abdurrahman.
Berdasarkan penjelasan para ulama, seseorang dianggap telah memenuhi syarat istitha’ah (kemampuan) untuk berhaji apabila semua tanggung jawab duniawinya telah tertunaikan dengan baik.
Ini mencakup memiliki bekal dan ongkos yang cukup selama perjalanan haji, kebutuhan pokok seperti pakaian dan tempat tinggal telah terpenuhi (terutama bagi yang sudah berkeluarga), serta utang-utang yang dimilikinya telah dilunasi.
Tak kalah penting, ia juga harus telah menyediakan nafkah yang mencukupi untuk keluarga yang ditinggalkan selama ia menunaikan ibadah di Tanah Suci.
Kebutuhan sehari-hari seperti makan, tempat tinggal, dan pendidikan anak harus dipastikan tetap berjalan tanpa kendala.
Dengan pemahaman ini, maka orang yang hanya memiliki dana pas-pasan untuk ongkos haji, namun tidak mampu menjamin kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan, belum dikategorikan sebagai orang yang wajib menunaikan haji.
BACA JUGA:Kenapa Orang yang Berangkat Haji Rindu Ingin Kembali Lagi, Berikut Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
BACA JUGA:Prioritaskan Keselamatan: Tips Aman Mendahului Pengendara Lain
Dalam syariat, mereka tergolong sebagai orang-orang yang belum mampu (tidak memenuhi istitha’ah).
Namun, realitas di masyarakat sering kali menunjukkan sebaliknya. Tak sedikit yang memaksakan diri untuk berhaji, meski kondisi keuangan belum stabil.
Bahkan ada anggapan bahwa kewajiban haji lebih utama dibanding tanggung jawab duniawi lainnya, seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi keluarga.
Padahal, dalam Islam, menunaikan kewajiban terhadap keluarga adalah amanah besar. Keseimbangan antara ibadah dan tanggung jawab sosial sangat ditekankan.
Oleh karena itu, berhaji tidak hanya tentang memiliki biaya perjalanan, tetapi juga tentang kesiapan menyeluruh—baik secara finansial, fisik, maupun tanggung jawab moral.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: