Tradisi Jenang, Penyajian Makanan dalam Acara Adat Melayu di Bengkulu

Tradisi Jenang, Penyajian Makanan dalam Acara Adat Melayu di Bengkulu

Praktek tradisi jenang oleh perangkat adat Pasar Bengkulu, Amir Hamzah dan UPT Perpustakaan Universitas Bengkulu-(foto: tri yulianti)-

BENGKULUEKSPRESS.COMTradisi jenang merupakan salah satu warisan budaya yang penting dalam masyarakat melayu, khususnya di Bengkulu.

Tradisi ini tidak hanya mencakup pembuatan dan penyajian makanan yang disebut jenang, tetapi juga melibatkan peran seorang jenang yang bertanggung jawab mengatur jalannya makan dalam acara adat. 

Tradisi ini penting karena setiap acara adat seperti pernikahan di Bengkulu selalu diwarnai oleh penyajian makanan yang diatur dengan cermat dan penuh makna.

Amir Hamzah, seorang perangkat adat dari Pasar Bengkulu menjelaskan, seorang jenang memiliki peran dan tanggung jawab dalam sebuah acara adat atau sakral. Tugas jenang tidak hanya sebatas memastikan kelancaran penyajian makanan, tetapi juga menjaga agar semua aturan dan makna yang terkandung dalam tradisi ini harus dipatuhi dilakukan.


Praktek tradisi jenang diikuti oleh sejumlah mahasiswa Universitas Bengkulu-(foto: tri yulianti)-

BACA JUGA:Temui Gubernur Bengkulu, Dua Siswa Terpilih Paskibraka Tingkat Nasional Berpamitan

Amir juga mengungkapkan, mempelajari tentang jenang menjadi hal yang sangat penting. Apalagi di zaman sekarang ini, tak banyak muda-mudi yang tahu jenang itu apa dan tugasnya seperti apa.

"Mempelajari jenang ini adalah hal yang sangat penting, karena ini bagian dari melestarikan tradisi dan budaya melayu. Oleh sebab itu, mengajarkan tradisi ini kepada generasi muda saat ini menjadi sebuah tanggung jawab," ungkap Amir dalam pertemuan yang digelar di UPT Perpustakaan Universitas Bengkulu, Selasa (30/7/2024).

BACA JUGA:Bengkuluekspress.com dan Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unib Teken Mou MBKM

Amir menambahkan, tradisi jenang kaya akan simbolisme, makanan yang disajikan,  melambangkan berbagai nilai dan prinsip dalam budaya Melayu. Misalnya, 7 lembar daun sirih dalam tradisi ini melambangkan surat Al-Fatihah, sirih dengan lima lembar daunnya melambangkan rukun Islam.

Sementara gambir dan pinang melambangkan kekeluargaan. Pakaian jenang juga penuh makna. Seperti  harus mengenakan kain sarung dan kopiah, yang mencerminkan etika dan tradisi yang dijaga turun-temurun.

Bahkan pemakaian kain sarungnya pun berbeda antara laki-laki dan perempuan. Lalu untuk proses dan tata cara makan bejenang dilakukan dalam ruangan, terutama pada acara sakral seperti akad nikah. Ada aturan yang harus dipatuhi dalam penyajian makanan diantaranya sebagai berikut:

BACA JUGA:Weton yang Dijaga Khodam Sakral Makhluk Halus Kajiman

1. Kobokan atau wadah untuk mencuci tangan dikeluarkan terlebih dahulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: