Kisah Inspiratif: Perjuangan Tolak Tambang Batubara dan PLTU di Film ‘Perlawanan Lintas Generasi'

Kisah Inspiratif: Perjuangan Tolak  Tambang Batubara dan PLTU  di Film ‘Perlawanan Lintas Generasi'

Ratusan orang menonton film perjuangan berjudul ‘Perlawanan Lintas Generasi ’-(istimewa)-

Yayasan Anak Padi akan membuktikan bagaimana PT. Kasih Karya Agung, PT. Bumi Merapi Energi, PT. Bara Alam Utama dan PT. Muara Alam Sejahtera menghancurkan Sungai Kungkilan. 

Selesai ekspedisi, ketika Ejak dan Anak Padi sedang kampanye, tiba-tiba banjir bandang sungai Kungkilan terjadi. Setidaknya 56 kepala keluarga di desa Muara Maung Lahat mengalami kerugian. 

‘"Kebun, sawah, kolam dan rumah terendam lumpur berbau. Langsat mati, padi mati, ikan hanyut dan rumah terendam lumpur," ungkap Ejak.

BACA JUGA: Jambi Jadi Pemasok Batubara PLTU, Tambang Bengkulu Tak Mau, Ini Alasannya

Bahkan ikan Lemuti yang hidup di sungai daerah setempat kini mulai langka dan terancam punah akibat pencemaran limbah batubara.

Ejak juga menerima cerita Sarpendi, warga yang menjadi korban dari aktivitas pertambangan batubara. Dulunya Sarpendi bekerja sebagai pengatur arus lalu lintas truk angkutan batubara dan setiap hari menghirup debu batubara yang kotor. Akibatnya, Sarpendi yang dulunya pernah bekerja sebagai Linmas,  kini menderita sakit paru-paru hitam dan menjadi penggangguran.

Jalalludin dan Reza Yuliana, dua aktivis lintas generasi. Mereka bertemu, berdiskusi dan saling bercerita. Mereka berdua adalah fakta bahwa umur bukanlah halangan untuk menjadi bagian agar berguna bagi orang banyak, tidak juga Jarak.

Kisah perjuangan Jalalludin dan Reza Yuliana tersebut divisualisasikan oleh Kanopi Hijau Indonesia ke dalam bentuk film berjudul Perlawanan Lintas Generasi.

Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan, kita bisa melihat bagaimana orang tua berada di sekitar pertambangan batubara dan PLTU. Saat mereka terkena penyakit pernapasan dan hal ini bisa dicari hubungannya antara beroperasinya tambang batubara dan beroperasinya PLTU batubara.

Ali menjelaskan, ketika pertambangan batubara melepaskan debu yang sangat banyak menghujani orang tua, sementara pada bagian hilir PLTU batubara melepaskan abu, sementara mereka juga melepaskan senyawa kimia seperti nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Itu semua merupakan biang dari penyakit pernapasan. 

"Kelompok rentan yakni anak-anak juga terkena penyakit kulit yang mewabah. Ini tidak hanya terjadi di Bengkulu dan  Sumatera Selatan, tapi juga terjadi di Sumatera Utara, Jambi, dan beberapa wilayah lain dimana orang-orang yang tinggal di sekitar area pembangkit.  Warga yang tinggal di sekitar pertambangan mengalami penderitaan atau mengalami kesakitan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan dan PLTU batubara," ungkap Ali. 

Tak hanya itu, pada sisi ekonomi, dengan beroperasinya tambang dan PLTU batubara itu membuat tercemarnya Sungai Lematang. Itu pasti akan berpengaruh terhadap nelayan-nelayan air tawar yang selama ini mengandalkan ekonomi dari keberadaan ikan maung dan beberapa ikan lainnya di wilayah Sungai Lematang. 

"Begitupun dengan di Teluk Sepang, pembuangan limbah air bahang yang melebihi dari 2 derajat dari suhu normal air laut itu juga akan memberikan pengaruh. Peningkatan 1,5 derajat, ikan akan menjauh, sementara peningkatan 2 derajat, terumbu karang akan mati. Hal-hal seperti ini yang selama ini tidak menjadi perhatian dari para pihak,," tegas Ali Akbar.

Sementara itu, launching film berjudul Perlawanan Lintas Generasi dihadiri ratusan orang dan berlangsung di Aula Ahmad Dahlan Kampus IV Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) Jalan Adam Malik Kota Bengkulu pada Jumat 31 Mei 2024.

Sebelum agenda menonton film, dilaksanakan diskusi yang dipandu Anom Prihantoro (Kepala LKBN Antara Bengkulu) menghadirkan Reza Yuliana (Posko Anak Padi), Harianto (Posko Lentera), Ahmad Ashov  Birry (Bersihkan Indonesia), Susilo Wulan (Akademisi), Rusman Tobyakta Siregar (Presiden BEM UMB), Robby Fachrul Rozi (Penggiat Film Bengkulu, Rafflesia Motions Films), dan Ali Akbar (Kanopi Hijau Indonesia).(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: