Bisma Dewabrata, Leluhur Pandawa dan Kurawa

Bisma Dewabrata, Leluhur Pandawa dan Kurawa

Dalam perang Bharatayudha, Bhisma berpihak kepada Kaurava karena terikat sumpahnya untuk setia kepada tahta Hastinapura.--

BACA JUGA:Bagaspati! Raseksa Pinandita dari Kurawa

Dikisahkan, saat ia lahir, ibunya moksa ke alam baka meninggalkan Dewabrata yang masih bayi. Ayahnya prabu Santanu kemudian mencari wanita yang bersedia menyusui Dewabrata hingga ke negara Wirata bertemu dengan Dewi Durgandini atau Dewi Setyawati, istri Parasara yang telah berputra Wiyasa. Setelah Durgandini bercerai, ia dijadikan permaisuri Prabu Santanu dan melahirkan Citragada dan Wicitrawirya, yang menjadi saudara Bisma seayah lain ibu.

Setelah menikahkan Citragada dan Wicitrawirya, Prabu Santanu turun tahta menjadi pertapa, dan digantikan anaknya. Sayang kedua anaknya kemudian meninggal secara berurutan, sehingga tahta kerajaan Astina dan janda Citragada dan Wicitrawirya diserahkan pada Wiyasa, putra Durgandini dari suami pertama. Wiyasa lah yang kemudian menurunkan Pandu dan Destarata, orangtua Pandawa dan Kurawa.

Dalam perang Baratayuda, Bisma berpihak pada kurawa. Beliau pernah dikutuk oleh seseorang yang mencintainya dan tak sengaja dibunuhnya yaitu Dewi Amba. Putri ini lalu menitis pada Srikandi dan membunuhnya di perang Bharatayudha.

Bhisma memiliki kesaktian tertentu, yaitu ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. Maka ketika sudah sekarat terkena panah, ia minta sebuah tempat untuk berbaring. Kurawa memberinya tempat pembaringan mewah namun ditolaknya, akhirnya pandawa memberikan ujung panah sebagai alas tidurnya (kasur panah): sarpatala. Tetapi ia belum ingin meninggal, ingin melihat akhir daripada perang Bharatayudha.

BACA JUGA: Jabang Tetuka, Masa Kelahiran Bayi Gatotkaca

Bisma dalam Versi Pewayanangan Jawa
Dalam kisah wayang jawa, amba sangat mencintai bhisma, ketika sayembara cari jodoh itu berahir amba ngintilin bhisma kemanapun, bahkan amba gak mau jauh jauh dari kekasihnya itu. tapi bhisma yang juga mencintai amba ingat akan sumpahnya, dengan berat hati dia ketika malam tiba melarikan diri dari keraton dan bermaksud meninggalkan amba. ternyata amba tahu kalo kekasihnya yang tampan itu bermaksud meninggalkanya, dia pun menyusul ke perbatasan dan mencoba dengan kemanjaanya menggodeli bhisma.

Bhisma bermaksud menakut nakuti amba dengan mempersiapkan panah, eh malah amba nekat, dan ahirnya karena salah teknik akibat gemetaran antara menahan rasa cinta dan memenuhi sumpah, bhisma melontarkan panah itu, dan menembus tubuh amba. amba berjanji sebelum mati, bahwa dia akan menjemput kekasihnya ketika waktu matinya tiba, karena amba tahu bahwa dalam kehidupan mereka tak akan bisa bersatu, tapi setelah kematian, mereka akan menjadi suami istri.

Dalam kisah wayang jawa, srikandi juga ikut memanah dan bertarung melawan bhisma, bahkan saat itu srikandi tak bisa banyak berbuat, sampai di awang awang arwah amba melihat bahwa sudah waktunya menjemput suaminya bhisma. maka dia masuk ke raga srikandi.saat melihat amba masuk ke raga srikandi maka bhisma tahu hal ini dan tersenyum….sambil membuka dadanya dia berkata “adiku amba, sudah waktuku untuk kembali, ayo amba ambil nyawaku” sambil tersenyum dan berlari ke arah srikandi.

BACA JUGA:Agar Diberi Kekuatan untuk Beribadah, Amalkan Doa Berikut Ini

Lalu panah srikandi menembus dada bhisma disusul panah harjuna, dan arwahya di ambil oleh amba, kembang berjatuhan ketika arwahnya dibopong oleh istrinya yang setia amba. bhisma dan amba di dunia mungkin tak bersatu, tapi di sorga pengrantunan mereka ibarat pengantin baru, dan bebaslah bhisma dari sumpahnya.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: