Wajib Dipahami, Mitos dan Fakta Epilepsi yang Sebaiknya Diketahui

Wajib Dipahami, Mitos dan Fakta Epilepsi yang Sebaiknya Diketahui

Wajib dipahami, mitos dan fakta epilepsi yang sebaiknya diketahui -(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Penderita epilepsi terkadang mengeluarkan busa dari mulut saat gejala kejangnya sedang kambuh. 

Sayangnya, banyak yang beranggapan bahwa busa tersebut dapat menularkan epilepsi, sehingga masyarakat tidak berani memberikan pertolongan.

Padahal, busa di mulut penderita epilepsi muncul dari air liur di dalam mulut. Apabila penderita mengalami kejang ketika air liur sedang penuh atau berkumpul di rongga mulut, maka kejang tersebut akan mendorong air liur keluar dari mulut. 

Lantas, apakah epilepsi menular? Anggapan bahwa epilepsi menular adalah salah. Pasalnya, epilepsi bukan disebabkan oleh penyebaran virus atau bakteri, melainkan karena adanya gangguan di sistem saraf pusat.

4. Hubungan Epilepsi Dan Kopi

Ada pula yang beranggapan bahwa orang yang mengalami kejang harus diberikan kopi agar kejang berhenti dan tidak kambuh lagi. 

Anggapan mengenai manfaat kopi untuk menghentikan kejang epilepsi tersebut tidaklah benar. Ketika sedang terjadi kejang, sebaiknya miringkan tubuhnya dan hindari memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.

5. Penderita Epilepsi Tidak Bisa Bekerja, Menikah Dan Hamil

Perlu diketahui bahwa epilepsi tidak berpengaruh pada kecerdasan dan intelegensi penderitanya. Sehingga, penderita epilepsi tetap bisa bekerja dengan normal seperti orang pada umumnya. 

Hanya saja, beberapa orang dengan kondisi epilepsi yang parah mungkin akan mengalami kesulitan dalam bekerja.

Muncul pula pertanyaan di tengah-tengah masyarakat mengenai apakah penderita epilepsi bisa hamil? 

Perlu diketahui bahwa epilepsi tidak memengaruhi kemampuan wanita untuk hamil dan memiliki anak, sehingga penderita epilepsi masih bisa menikah dan hamil.

Namun, perlu diingat bahwa ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan antiepilepsi memiliki risiko melahirkan bayi dengan cacat lahir seperti neural tube defects lebih tinggi hingga 2–3 kali lipat. 

Jadi, apabila penderita epilepsi merencanakan kehamilan, sebaiknya diskusikan dengan dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis saraf terlebih dahulu mengenai langkah-langkah penanganan selama kehamilan apa yang harus dijalani.

Itulah informasi seputar mitos dan fakta epilepsi yang penting untuk dipahami. Segera berikan pertolongan pertama dan hubungi dokter terdekat apabila kerabat terdekat mengalami kejang akibat epilepsi agar mendapatkan penanganan secara tepat dari dokter. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: