Sejarah Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia: Pernah Dilatih Badan Intelijen Amerika CIA

Sejarah Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia: Pernah Dilatih Badan Intelijen Amerika CIA

Badan Intelijen Negara (BIN)-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Zulkifli Lubis selaku mantan tentara Peta (Pembela Tanah Air) didaulat sebagai Komandan Intelijen yang memimpin BI. Ia membawahi sekitar 40 anggota, yang sebelumnya juga merupakan anggota Peta. 

Pada awal Mei 1946, BI melakukan pelatihan khusus intelijen di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 

Pada pelatihan tersebut pula, 30 pemuda lulusannya terpilih menjadi anggota Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI). Dua bulan kemudian pada Juli 1946, Menteri Pertahanan Amir Sjarifuffin membentuk Badan Pertahanan B. Menyusul pada April 1947, seluruh badan intelijen digabung di bawah Menhan termasuk BRANI yang menjadi bagian dari Badan Pertahanan B Bagian V. 

BACA JUGA:Minat Menjadi Polwan? Ini Syarat Umum & Fisik 2023

BACA JUGA:Telah Dibuka Penerimaan Calon Taruna/Taruni Akmil TNI AD 2023, Daftarkan Segera!

Menariknya, ketika Sri Sultan HB IX menjabat sebagai Menhan pada 1949, ia merasa tidak puas dengan kinerja badan intelijen yang kurang terkoordinasi. 

Sehingga beliau kemudian membentuk Dinas Chusus (DC) yang dilatih langsung oleh Centra Intellegence Agency (CIA) alias Badan Intelijen Amerika Serikat. Alumninya ditempatkan di berbagai operasi rahasia seperti Trikora, Dwikora, dan bahkan G30 S PKI. 

Nama samaran DC saat itu adalah Ksatria Graha. Meski telah menorehkan prestasi dalam sejarah intelijen Indonesia, Kepala Staf Angkatan Perang T.B. Simatupang menurunkan lembaga intelijen menjadi Badan Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP) pada 1952. 

Namun diakibatkan persaingan di tubuh militer selama tahun 1952-1958, semua angkatan TNI dan juga kepolisian memiliki badan intelijen sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang terintegrasi. Guna menyelesaikan masalah tersebut, Presiden Soekarno akhirnya mengambil tindakan pada 5 Desember 1958 dengan membentuk BKI atau Badan Koordinasi Intelijen. 

Kemudian pada 10 November 1959, BKI kembali berubah nama menjadi Badan Pusat Intelijen (BPI). Di era 1960-an sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama, Soebandrio yang ditunjuk sebagai kepala BPI punya pengaruh yang sangat kuat karena perang ideologi komunis dan non-komunis di tubuh militer, termasuk di badan intelijen. Sejarah BIN tak berhenti di sana. 

Berlanjut pada 22 Agustus 1966, Soeharto yang saat itu masih menjabat sebagai Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) mendirikan Komando Intelijen Negara (KIN). Tak mencapai satu tahun, pada 22 Mei 1967, Soeharto lalu mendesain KIN menjadi BAKIN atau Badan Koordinasi Intelijen Negara. Nama tersebut cukup bertahan lama sampai akhirnya Presiden Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur, mengubah BAKIN menjadi Badan Intelijen Negara (BIN) yang digunakan sampai hari ini. 

Tugas Badan Intelijen Negara (BIN) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 90 Pasal 3 Tahun 2012 tentang Badan Intelijen Negara, diuraikan sejumlah tugas BIN sebagai penjabaran dari fungsi-fungsinya, yakni sebagai berikut: 

1. Melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Intelijen; 

2. Menyampaikan produk Intelijen sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pemerintah; 

3. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas Intelijen; 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://tirto.id/apa-itu-bin-badan-intelijen-negara-sejarah-tugas-dan-wewenang-gv9b