Peralihan Musim, Kasus DBD di Kota Bengkulu Kembali Tinggi

Peralihan Musim, Kasus DBD di Kota Bengkulu Kembali Tinggi

- Plt Kadis Kesehatan kota, Sri Martiana-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bengkulu tergolong tinggi per September ini.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, per Januari hingga September 2022 tercatat sudah terjadi 110 kasus DBD. Terbanyak kasus DBD terjadi di Bulan April dan September yang disinyalir dikarenakan adanya peralihan musim.

Plt Kepala Dinas Kesehatan kota, Sri Martiana mengatakan bahwa kasus DBD mengalami peningkatan karena terjadi peralihan antara musim panas dengan musim penghujan. Musim peralihan ini biasanya populasi nyamuk pun bertambah, sehingga membuat kasus mengalami peningkatan. Apalagi kesadaran masyarakat yang melemah membuat nyamuk dengan bebas menularkan penyakit.

"Total sudah ada 110 kasus tahun ini, paling banyak di bulan April dan September dengan 30-an kasus. Kasus DBD banyak terjadi di wilayah yang lingkungannya kurang terjaga kebersihannya. Satu cara mencegahnya dengan rutin menggelar gotong royong di lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan," jelasnya, Rabu (05/10/2022).

BACA JUGA:Kendalikan Banjir, Dinas PUPR Kota Bengkulu Bakal Keruk 3 Aliran Sungai

Ia menambahkan, untuk di Kota Bengkulu ada beberapa wilayah yang dikategorikan terbanyak warganya yang terinfeksi DBD. Yakni Kelurahan Beringin Raya dan Kelurahan Rawa Makmur. Mengingat di daerah ini masih banyak rawa dan genangan air sebagai tempat nyamuk berkembang biak.

Mengatasi tingginya kasus DBD inj, Dinas Kesehatan pun tidak merekomendasi penggunaan fogging dengan alasan kesehatan. Salah satu cara pencegahan yang efektif yakni dengan menjaga kebersihan lingkungan serta rajin penerapan 3 M di sekitaran tempat pemukiman warga.

"Fogging ini tidak dianjurkan ya, karena terlalu banyak efek sampingnya. Pertama kalau jangka pendek kita bisa kena saluran pencernaan dan saluran pernapasan, bisa mencret, sakit perut, sesak nafas, pusing kepala, dan mata berkunang-kunang. Sedangkan untuk dampak jangka panjang bisa menyebabkan kanker karena racun dari cairan insektisida ini," tutup Sri. (Imn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: