Organda Ancam Demo Besar
BENGKULU, BE - Pengusaha angkutan darat dan nelayan resah akibat kebijakan pembatasan solar bersubsidi. Masyarakat terkait sejak kini memberi sinyal akan melakukan demonstrasi besar-besaran bilamana program tersebut menyebabkan stok solar di pasar menjadi kosong. \"Kekhawatiran terbesar kita bukan pada pembatasannya saja, tapi persediaannya yang tidak ada. Seperti yang terjadi dibeberapa tempat di Bengkulu. Kami para pengusaha angkutan darat sudah setuju kalau pasokan solar itu terhenti dalam waktu yang lama, kami akan menggalang demonstrasi besar,\" kata Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kota Bengkulu, Maharyadi Johar, kemarin. Maharyadi menjelaskan, sejumlah Organda di daerah lainnya seperti Jawa Timur telah mengeluarkan surat penolakan atas kebijakan pembatasan tersebut. Namun di Bengkulu, ia bersama para pengusaha angkutan darat lainnya lebih mengkhawatirkan habisnya stok solar itu sendiri. \"Kita minta pihak SPBU tetap harus melayani kami 1 X 24 jam. Jangan sampai ada antrian panjang yang menyebabkan supir kami harus menunggu lama untuk mengisi bensin dan menyebabkan ongkos produksi kami meningkat drastis,\" tegasnya. Maharyadi membeberkan, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi mengakibatkan sejumlah pengusaha angkutan darat merugi. Kerugian tersebut terutama sangat dirasakan oleh pengusaha ekspedisi pertambangan, bus antar provinsi serta angkutan desa yang mengangkut kebutuhan bahan-bahan makanan pokok. \"Rata-rata truk pengangkut hasil-hasil tambang kan bergerak pada malam hari, karena mereka tidak mau menganggu jalan raya kalau jalan pada siang hari sementara malam hari SPBU tidak melayani bersubsidi. Begitu juga angdes pengangkut sayur, mereka juga bergerak pada malam hari agar bisa sampai ke pasar sebelum pagi. Juga bus antar provinsi. Bisa jadi mereka isi pagi di sini, berangkat danĀ sampai Lampung kehabisan bensin pada malam hari. Jadi sebenarnya kebijakan pemerintah ini sama saja menaikkan harga bensin,\" ketusnya. Sementara itu, Safarudin, salah seorang nelayan tradisional di Tapak Padri Kelurahan Malabero, juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, keresahan nelayan bisa terobati selama persediaan stok bensin masih ada. Namun ketika habis, dia bersama nelayan lainnya akan menggalang demonstrasi besar untuk melawan kebijakan pembatasan pemerintah tersebut. \"Yang sering membuat kami gagal melaut itu karena SPBU selalu beralasan stok solar habis. Kalau kami tidak bisa melaut lantas kami makan apa? Kalau sampai kebijakan pembatasan itu membuat solar langka kami siap melawan,\" demikian Safarudin. (009)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: