Menteri LH Temui Mahasiswa Papua di Unib
BENGKULU, BE- Sebelum bertolak kembali ke Jakarta usai melakukan sejumlah kegiatan terkait lingkungan hidup di Provinsi Bengkulu, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Republik Indonesia, Balthasar Kambuaya, Senin siang (24/3), berkunjung ke Universitas Bengkulu (Unib). Kedatangannya untuk bertemu dengan para mahasiswa asal Papua, yang kini tengah kuliah di perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Bengkulu tersebut. Setibanya di gedung rektorat Unib, Menteri LH langsung disambut Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc beserta para Wakil Rektor dan para dekan, serta sejumlah mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Unib berdasarkan program afirmasi yang menjadi konsen Unit Percepatan Pembanguan Papua dan Papua Barat (UP4B). Dalam pertemuan hanya berlangsung 30 menit di ruang rektor tersebut, Balthasar Kambuaya yang juga Menteri asal Papua itu, memberikan motivasi dan nasehat kepada para mahasiswa asal Papua program afirmasi. \"Program afirmasi yang dilakukan UP4B itu sangat bagus dalam rangka mempersiapkan SDM Papua dan Papua Barat yang handal, sehingga pembangunan Papua ke depan bisa mengejar ketertinggalan dan bisa sejajar dengan daerah lain,\" ujar Menteri. Balthasar menekankan agar para mahasiswa memanfaatkan kesempatan baik ini (program afirmasi ini, red) untuk menggali dan menimba ilmu sebanyaknya di Universitas Bengkulu, sehingga bisa berprestasi dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi. “Banyak-banyaklah belajar, menggali ilmu dan pengetahuan. Terutama, banyak belajar Bahasa Inggris. Jangan pernah berhenti berjuang, terus belajar dan kejar prestasi sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi lebih tinggi. Setelah itu, baru Anda pulang ke Papua untuk membangun daerah itu,” papar Menteri. Menteri LH sangat menyayangkan banyak mahasiswa asal Papua (program afirmasi UP4B), banyak yang pulang sebelum menamatkan studinya. Ini bukan hanya di Unib, tapi juga di universitas lainnya. \"Inilah yang sangat kita sayangkan. Padahal, masih banyak masyarakat di Papua sana yang berharap bisa mengikuti program ini,\"bebernya. Pada pertemuan itu, satu per satu dari tujuh orang mahasiswa asal Papua diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi langsung ke Menteri dan disaksikan oleh Rektor Unib. Ketujuh mahasiswa itu sangat berterimakasih kepada Balthasar Kambuaya yang telah mampir ke Unib untuk menemui mereka. Terkait adanya mahasiswa yang pulang ke Papua sebelum menyelesaikan studinya, menurut juru bicara mahasiswa, itu persoalan individunya, bukan masalah programnya. “Kalau program ini sangat bagus, pelayanan dan fasilitas, serta penerimaan masyarakat Bengkulu terhadap kami juga sangat bagus. Memang, dana beasiswa UP4B sering terlambat, tapi itu tidak terlalu jadi masalah bagi kami karena masih banyak solusinya,” ujarnya. Rektor Universitas Bengkulu Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc pada perbincangan dengan Menteri LH itu mengatakan, Unib secara institusi menyambut baik dan selalu berupaya semaksimal mungkin untuk mendukung dan menyukseskan program afirmasi mahasiswa asal Papua yang menjadi salah satu program UP4B. Dukungan juga disampaikan Kepala Biro Pendidikan, Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unib Dra. Proklampiati, MM. \"Kita berikan semua pelayanan, termasuk fasilitas yang dibutuhkan. Sejauh ini, program afirmasi ini telah berjalan baik,\"ujarnya. Terkait mahasiswa yang pulang ke Papua namun tidak kembali lagi, menurut Dra. Proklampiati, sejauh ini mahasiswa yang bersangkutan tidak mau menjelaskan apa penyebabnya. “Tapi, menurut teman-temannya yang masih di sini, penyebabnya persoalan idividu mahasiswa bersangkutan,” ujarnya. Seperti diketahui, jumlah mahasiswa yang diterima Universitas Bengkulu melalui program afirmasi UP4B pada tahun 2012 sebanyak 16 orang, kemudian tahun 2013 sebanyak 12 orang. Mereka tersebar diberbagai fakultas selingkung Unib, seperti Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik bahkan ada yang di Fakultas Kedokteran.\"Namun dari 16 orang yang diterima tahun 2012, lebih setengah sudah pulang sebelum menyelesaikan studi. Begitupun yang diterima tahun 2013 lalu, beberapa diantaranya juga sudah pulang ke Papua dan hingga kini belum ada keterangan,\" beber Dra. Proklampiati.(247/rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: