Kemdikbud Akan Bangun Autis Center di 29 Lokasi

Kemdikbud Akan Bangun Autis Center di 29 Lokasi

\"\"Bandung --- Anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian dan pendidikan khusus pula. Salah satunya adalah pendidikan untuk anak autis. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki perhatian khusus untuk anak-anak tersebut dengan mulai membangun Autis Center tahun ini.

Menurut Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Mudjito, saat ini telah dibangun empat autis center, yaitu di Bali, Kalimantan Selatan, Riau, dan Jakarta. Rencana awal Autis Center ini akan dibangun di lima lokasi, namun hingga saat ini baru terealisasi di empat lokasi. Masih ada 24 lokasi lagi yang akan dibangun oleh Kemdikbud pada 2013 mendatang. Berdasarkan perencanaan yang dilakukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara perubahan (APBN-P), untuk mendirikan 24 Autis Center tersebut telah disiapkan dana Rp106 miliar. Masing-masing Autis Center dialokasikan sebesar Rp5-6 miliar. “Dananya itu sudah ada, hanya saja karena turunnya di APBNP, kita tidak mungkin melaksanakannya sekarang. Jadi direncanakan sekarang, tahun depan baru dibangun,” ujar Mudjito usai pembukaan Gebyar Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/11). Untuk pemenuhan sumber daya pembimbing dan pendidik anak autis, Kemdikbud akan bekerja sama dengan pemerintah daerah. “Kita ada MoU dengan mereka, menyiapkan tenaga pengajar maupun pembimbing dan terapi. Terapi wicara, terapi okupasi,” kata Mudjito. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Suyanto mengatakan, pembangunan autis center dilandasi oleh perkembangan jumlah anak autis yang semakin banyak. Dari tahun ke tahun, prevalensi kelahiran anak autis semakin menunjukkan angka yang dramatis. Kalau dulu diperkirakan anak autis ada diantara 10.000 anak normal, maka tahun ini jumlah tersebut meningkat dengan perbandingan 1:5000 hingga 1:1000. Suyanto mengakui, pendataan anak autis di Indonesia sulit untuk dilakukan. Karena budaya masyarakat Indonesia yang menyembunyikan keberadaan anaknya yang autis karena malu. “Kalau di negara lain, Amerika misalnya, orang tua akan bangga mengenalkan anak-anak mereka meski mereka autis,” tuturnya. Meningkatnya jumlah anak autis di Indonesia, kata Suyanto, disebabkan makin banyaknya anak-anak lahir di daerah yang stressornya banyak yang disebabkan kerusakan lingkungan makin parah. Meski anak autis memiliki IQ yang tinggi, mereka harus ditolong agar lebih berkembang dan mampu bersosialisasi di masyarakat. Di Autis center ini, tidak hanya anak autis saja yang diberi pendidikan. Orang tua anak-anak tersebut juga perlu mendapat pendidikan yang layak. Anak-anak autis di sekolah umum memiliki kendala penerimaan dengan orang tua anak-anak yang normal. Ada kekhawatiran anak-anak mereka lebih akan mengalami kemunduran juka bergaul dengan anak-anak autis. “Harus kita yakinkan anak-anak dan orang tua dari kalangan umum. Anak-anak mereka perlu diajarkan sikap toleransi, dan bersyukur,” tandasnya. (AR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: