Gebyar Pasar Aman, Pasar jadi Aman
RATU SAMBAN, BE- Masih ditemukanya penyalahgunaan bahan berbahaya, seperti pangan industri rumah tangga dan pangan jajanan anak sekolah, menjadi perhatian serius Balai Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Untuk mengawasi peredaran bahan berbahaya tersebut BPOM RI bersama Pemerintah Kota Bengkulu menggelar Gebyar Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Acara itu dibuka Walikota Bengkulu yang diwakili Asisten II, Drs Fachrudin Siregar MM. Dihadiri Dian A Syahroza DPR RI, Dirjen Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI, Drs Mustofa Apt MKes, BPOM Bengkulu Zulkifli Apt, serta komunitas pedagang. Acara itu dipusatkan di lahan pembangunan Pasar Minggu Square, kemarin (14/11). Dikatakan Fachrudin, pasar tradisional merupakan pasokan utama bagi masyarakat, dari hasil observasi yang dilakukan pasar merupakan tempat mengedarkan bahan berbahaya, seperti boraks, metanil yellow, rhodamin B dan lain-lain. Diharapkannya, dengan Gebyar Pasar Aman itu pedangan industri rumah tangga di Kota bengkulu bisa mendapatkan pemahaman tentang dampak dari bahan yang berpengaruh terhadap bahan makanan, yang dijual di pasar maupun di sekolah-sekolah. Fachrudin juga mengajak pemangku kepentingan untuk berkomitmen, dan memberikan dukungan dalam menyelenggarakan kegiatan pasar aman tersebut. Sementara itu, Dirjen Pengawas Obat dan Makanan, Drs Mustofa Apt MKes menuturkan tujuan dilaksanakan gebyar pasar aman untuk mewujudkan pasar yang bersih, aman, nyaman dan sehat. Terwujudnya pasar aman dari bahan berbahaya dengan melinaykan komunitas pasar untuk melakukan pengawasan mandiri bahan berbahaya Dengan begitu komunitas pasar tersebut dapat membangun kemandirian komunitas pasar untuk mengamankan pasar dari peredaran bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan dan pangan yang berpotensi mengandung bahan berbahaya. \"Gebyar aman ini direncanakan akan menjangkau seluruh pasar tradisional di Indonesia, dan direncanakan dalam kurun waktu 3 tahun,\" katanya. Dijelaskanya, penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan saat ini disinyalir karena kepedulian dari masyarakat yang masih terbatas terhadap keamanan pangan, khususnya masyarakat golongan ekonomi lemah, tandasnya. (247)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: