Padahal Sudah Makan Vitamin Biar Gak Sakit…
Reporter:
Rajman Azhar|
Editor:
Rajman Azhar|
Selasa 16-04-2013,20:00 WIB
Curahan Hati Siswa Gagal UN
PENGUMUMAN penundaan pelaksanaan
Ujian Nasional (UN) terdengar seperti gelegar petir di siang bolong.
Perasaan terkejut dan kecewa tiba-tiba merontokkan
semangat sebahagian besar siswa.
Mereka tak siap.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Juli Ramadhani Rambe, Deliserdang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Persiapan penuh untuk ‘ujian keramat’ bagi banyak siswa ini ditunda karena soal tak cukup. Senin (15/4) kemarin menerbitkan kekecewaan tiada tara, tapi kenyataan harus diterima.
“Rasanya down sekali Kak. Seperti jatuh dari gedung yang tinggi tapi harus diterima,” ujar Desyafara Firanda (17).
Siswi jurusan IPS di Sekolah Harapan 3 yang terletak di jalan Karya Wisaya Ujung Kabupaten Deli Serdang ini bersama 30 temannya ‘dipaksa’ memahami kesalahan panitia ujian dan menunggu penyelesian masalah hingga waktu yang belum ditentukan.
Status menggantung di tengah gelora dan semangat menyelesaikan ujian terakhir ini merampas semangat mereka.
“Saya belajar bahkan sejak beberapa hari yang lalu. Saya sudah menanamkan sikap optimis untuk menghadapi ujian ini. Saya pingin lulus. Tapi, kenyataan ini benar-benar di luar dugaannya,” ungkapnya.
Gadis berkacamata ini mengisahkan, awalnya dirinya sudah merasakan keanehan saat memasuki sekolah, tetapi belum diperbolehkan masuk kelas. Malah, bersama teman-temannya yang lain, mereka dikumpulkan dalam musala. “Di musala itulah kita diberitahu, kenapa kita tidak bisa UN. Sedih sih, tapi mau gimana lagi?,” ungkapnya.
Desyafara sama sekali tidak menduga, mereka menjadi korban penundaan UN. “Sebenarnya sudah tahu akan ada penundaan (pelaksanaan UN). Tapi tidak menyangka saja, kalau kita kena. Karena kita benar-benar optimis menghadapi ujian,” lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan teman sekolahnya. Ovitiani (17). Meski semangatnya sempat mengendur, dia mencoba realistis memandang keadaan.
“Saya sudah mempersiapkan berbagai hal. Mulai dari peralatan untuk ujian, persiapan mental, dan makan vitamin biar gak sakit,” ujarnya. “Ya, mau gimana lagi? Protes juga tidak bisa. Katanya dari pusat,” katanya lagi.
Kepala Sekolah SMA Swasta Harapan 3, Abdul Jalil sudah berupaya bertindak arif. Menyadari akan ada masalah, dirinya berinisiatif memberitahukan penundaan ini dengan cara meminimalisir dampak mental pada siswa. Salah satu yang dilakukan oleh sekolah ini, adalah dengan mendampingi siswa dengan psikolog.
“Dengan harapan, semangat siswa dapat terjaga. Karena, saat ujian, mental siswa tertekan. Dampingan dari psikolog ini kita harapkan dapat mengembalikan kepercayaan diri mereka saat menghadapi ujian,” ujarnya.
Dijelaskannya, pihak sekolah tidak pernah berpikir megulur waktu untuk mengungkapkan penundaan ini. Masalahnya, dirinya baru dapat kabar pada Senin dini hari kemarin. Penyebabnya, jumlah soal yang mereka dapatkan kurang. “Dan kurangnya untuk seluruh siswa IPS,” ungkapnya.
Mengumpulkan siswa di musala untuk menyampaikan masalah ini juga salah satu antisipasi dalam mengembalikan mental siswa.
“Kalau saya sampaikan secara personal. Takutnya, rasa kecewa jadi lebih besar, karena sendiri. Kalau bersama kan, jadinya seperti bersama. Karena itu, setelah teman-temannya masuk untuk ujian, yang tidak ujian saya kumpulkan di musala sekolah,” ungkapnya.
Pihak sekolah juga berencana memberikan surat pemberitahuan kepada keluarga. Dengan harapan, orangtua juga mengerti dengan masalah yang sedang dihadapi.
Psikolog Irnami Nauli memuji langkah sekolah yang turut menyertakan psikolog ‘mengawal’ siswa saat menerima pengumuman pengunduran jadwal UN. Dampingan diperlukan untuk meminimalisir kemungkinan dampak tidak baik akibat penundaan UN ini. Menurutnya, dalam hukum kesiapan belajar atau law of readiness, siswa yang telah siap ujian.
“Pada saat anak sudah siap, dia percaya dan tidak lagi ragu dengan apa yang akan dilakukannya,” ungkapnya saat dihubungi Sumut Pos (Grup JPNN), kemarin.
Bila ternyata ujian tidak terlaksana sesuai jadwal, siswa berpotensi mengalami gangguan motivasi bila kegiatan gagal dilakukan pada waktunya.
“Peristiwa ini dapat mengakibatkan turunnya mental seorang anak. Nah, akan susah mencari dan mengumpulkan mental ini lagi apalagi jika jadwal pengganti UN juga belum dapat ditentukan,” ujarnya.
Selain dari psikolog, dampingan dari guru dan orangtua mutlak diperlukan agar siswa bisa kembali mengumpulkan semangatnya mengikuti UN susulan. Perlakuan berbeda dari panitia UN pun wajar diberikan pada para siswa.
”Kalau bisa, soalnya diubah agar tidak ada kesalahpahaman dari berbagai pihak. Berikan kisi-kisi soal UN. Segera beritahukan waktunya (jadwal UN susulan), jadi anak-anak bisa kembali menggumpulkan semangat dan mentalnya. Ini untuk (kebaikan) semuanya,” ujarnya.
Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho yang sempat menlihat para siswa yang tertunda ujian ini turut memberikan motivasi. Gatoto mengajak para siswa siswi yang masih remaja ini untuk berpikiran positif. “Setidaknya, dengan penundaan ini, para murid memiliki waktu lebih banyak lagi untuk belajar. Jadi, kemungkinan untuk lulus nya jadi lebih tinggi,” ujarnya.
“Kan masih muda, jadi tetap cool saja ya. Mau ujian, cool. Mau ditunda, cool. Tenang saja, Insya Allah, semua akan baik-baik saja,” lanjutnya.
Gatot juga sempat menceritakan masalah UN yang sedang dihadapi oleh Pemprovsu. Karena ini sudah menjadi perintah daerah, jadi tidak mudah untuk mengubahnya. “Semua dari pusat. Nah, kita di daerah hanya melaksanakan dan menyalurkan. Karena itu, saya harapkan para murid yang baik ini, tetap dapat berpikiran positif. Jangan takut dan ragu ya,” ungkapnya.
Gatot sempat mengajak para siswa ini untuk melakukan Salat Dhuha berjamaah. Dengan harapan, mereka tidak kehilangan semangat. “Berusaha dan berdoa itu yang penting. Sudah pada Dhuha? Biar tetap semangat,” ungkapnya. (dibantu Puput Julianti Damanik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: