Gangguan Somatoform: Sakit Dikarenakan Stres

Gangguan Somatoform: Sakit Dikarenakan Stres

Ada pendapat yang mengatakan bahwa gangguan ini terjadi karena adanya masalah dengan impuls saraf yang mengirim sinyal rasa sakit, stres, dan sensasi tidak menyenangkan lainnya ke otak.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis pada seseorang yang ditandai dengan sekumpulan keluhan fisik yang tidak menentu, namun tidak tampak saat pemeriksaan fisik. Munculnya gangguan ini biasanya disebabkan oleh stres dan banyak pikiran.

Orang yang mengalami gangguan somatoform dapat merasakan beragam gejala, seperti sakit dada, sakit punggung, lelah, pusing, atau tidak enak badan di bagian tubuh tertentu. Namun, setelah diperiksakan ke dokter, tidak ditemukan kelainan secara fisik.

BACA JUGA:Memahami Hypomania dan Gejala yang Dialami

Untuk mendiagnosis gangguan somatoform, dokter perlu memastikan bahwa keluhan yang diutarakan oleh pasien benar-benar tidak ditemukan penyebabnya. Oleh karena itu, pemeriksaan yang lengkap dan teliti tetap perlu dilakukan.

Penyebab Gangguan Somatoform
Penyebab terjadinya gangguan somatoform hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa gangguan ini terjadi karena adanya masalah dengan impuls saraf yang mengirim sinyal rasa sakit, stres, dan sensasi tidak menyenangkan lainnya ke otak.

BACA JUGA:Tanda-Tanda Shopaholic dan Tips Cara Mengatasinya

Berikut ini adalah beberapa faktor yang membuat seseorang lebih berisiko terkena gangguan somatoform:
- Genetik
- Riwayat keluarga yang sering mengalami penyakit
- Kecenderungan berpikir negatif
- Lebih mudah merasakan nyeri secara fisik ataupun merasa terganggu secara emosi karena nyeri
- Penyalahgunaan NAPZA
- Pernah menjadi korban kekerasan fisik atau pelecehan seksual

Jenis-jenis gangguan somatoform
gangguan somatoform bisa dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

1. Gangguan somatisasi
Gangguan somatisasi adalah keluhan fisik di berbagai bagian tubuh yang disebabkan oleh stres atau beban mental yang berat. Keluhan yang bisa dirasakan mulai dari sakit perut, mual, sakit kepala, kelelahan, masalah seksual, hingga masalah seputar menstruasi. Orang yang mengalami gejala gangguan somatisasi biasanya akan lebih emosional terhadap keluhannya.

BACA JUGA:Tips Atasi Stres akibat Masalah Keuangan dengan 5 Cara Ini

2. Hipokondriasis
Hipokondriasis adalah kondisi ketika seseorang takut bahwa gejalaringan yang dialaminya disebabkan oleh penyakit serius. Misalnya, sakit kepala ringan yang disebabkan oleh kurang tidur dianggap sebagai gejala dari tumor otak atau rasa gatal di kulitnya dianggap sebagai gejala kanker kulit yang masih awal.

3. Gangguan konversi
Gangguan konversi adalah kondisi ketika penderitanya memiliki gejala yang menunjukkan adanya penyakit serius pada sistem saraf, namun tidak dapat ditelusuri penyebab medisnya. Berbagai gejala gangguan konversi di antaranya kejang, mati rasa, pendengaran terganggu, buta, atau lumpuh.

4. Gangguan dismorfik tubuh
Gangguan dismorfik tubuh merupakan kondisi ketika penderitanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk khawatir terkait penampilan tubuhnya. Misalnya, penderita merasa memiliki bentuk telinga yang aneh, padahal bentuk telinganya normal.

BACA JUGA:Apa Itu Avoidant Personality Disorder

5. Gangguan rasa sakit
Gangguan rasa sakit merupakan suatu kondisi ketika seseorang merasakan rasa sakit terus-menerus yang setelah diperiksa tidak bisa ditemukan penyebab fisiknya. Berbeda dengan gangguan somatisasi, keluhan pada gangguan rasa sakit hanya sebatas nyeri.

Pengobatan Gangguan Somatoform
Menjalin hubungan baik antara dokter dan pasien merupakan salah satu kunci utama dalam penanganan gangguan somatoform. Tujuan pengobatan pada gangguan somatoform adalah untuk membantu penderita agar mereka dapat menjalani hidup dengan normal dan membantu mengurangi gejala.

Untuk menangani gejala akibat gangguan somatoform, dianjurkan untuk mengatasi terlebih dahulu masalah kesehatan mental yang mendasarinya. Dokter bisa memberikan resep obat antidepresan, terutama bagi penderita yang mengalami kondisi psikologis tertentu, seperti depresi atau gangguan cemas

BACA JUGA:Uji Kompetensi Pengawas Pelaksanaan Pekerjaan Jalan, Peserta Diharapkan Lulus 100 Persen

Jika masalah dasar tersebut sudah teratasi, pasien bisa perlahan-lahan disadarkan bahwa sebenarnya ia tidak sakit. Dokter bisa menganjurkan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, agar pasien mengerti alasan utama timbulnya gejala penyakit yang dia rasakan. Gangguan somatoform memang harus diobati agar kondisinya tidak semakin memburuk. Meskipun penyebab fisiknya tidak ada, penderita gangguan somatoform bisa benar-benar terganggu dengan keadaan yang ia alami.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: