Oei Tiong Ham! Raja Gula dan Konglomerat Pertama Asia Tenggara asal Semarang

Oei Tiong Ham! Raja Gula dan Konglomerat Pertama Asia Tenggara asal Semarang

Sebagai orang kaya di Semarang, Oei Tiong Ham dikenal sangat pemberani, dekat dengan pejabat, dan berpenampilan berbeda dari orang Tionghoa pada umumnya.--

BENGKULUEKSPRESS.COM -  Dahulu, Kota Semarang ada sosok pengusaha nan kaya raya bernama Oei Tiong Ham. Dengan jumlah kekayaan yang fantastis, Oei Tiong Ham bahkan dikenal sebagai konglomerat pertama di Asia Tenggara dengan sebutan “Si Raja Gula”.

Pria kelahiran Semarang, 19 November 1866 itu adalah salah satu orang terkaya di Semarang, dan pernah mendapat julukan sebagai “Manusia 200 Juta Gulden”, karena kekayaan yang dimillikinya. Oei Tiong Ham mewarisi bakat usaha dan kekayaan dari ayahnya, Oei Tjie Sien, pengusaha asal Fujian, China. Ia mengelola usahanya di bawah kongsi dagang Kian Gwan.  Tiong Ham meneruskan kendali bisnis sang ayah pada 1890 ketika dirinya masih berusia 24 tahun. Selama hidupnya, kemudian Tiong Ham dikenal sebagai Si Raja Gula, karena usahanya di perdagangan gula.

BACA JUGA:Ini Sejarah Asal Usul Soto, Makanan yang Populer di Indonesia

Awal Mula Menjadi Raja Gula: Berawal dari Krisis
Sebelum terjun sebagai pengusaha gula, Oei Tiong Ham memulai bisnisnya dengan perdagangan hasil bumi seperti karet, gambir, kapas, tapioka, dan kopi. Usahanya semakin menggurita hingga merambah ke bisnis ekspedisi, kayu, property, hingga opium.

Pada 1880, Ketika terjadi krisis gula, Oei Tiong Ham mulai terjun ke industry gula. Saat iu banyak pabrik gula di Jawa Timur yang berutang dan tidak mampu membayar. Saat ituah, Tiong Ham mulai menguasai pabraik-pabrik gula yang bangkrut.

Ia menerapkan kontrak bisnis dan sukses menguasai asset pengutang yang gagal bayar. Saat itu, ia berhasil mendapatkan aset dari lima pabrik gula seluas 7.082 hektar. Sejak itulah, ia dikenal sebagai “Raja Gula dari Jawa”.

BACA JUGA:Pengalaman Jadi Modal Penting Delvintor Alfarizi di MXGP Jerman

Usaha Tiong Ham semakin berkembang dan mulai memiliki berbagai macam aset. Pada 1910, di Bawah bendera Oei Tiong Ham Concern atau OTHC, ia mulai membuka cabang dan merambah hingga Singapura, Bangkok, Hong Kong, Shanghai, Londong, Meksiko, Karachi, New York, dan beberapa kota di dunia lainnya. Tak puas dengan capaiannya akan pabrik gula, usaha Oei Tiong Ham mulai meluas hingga bisnis perbankan, properti, dan pelayaran.

Dengan sejumlah bisnis yang ia miliki pada awal abad ke-20, Tiong Ham dijuluki “Rockefeller dari Asia”, yang menyamakan dirinya dengan John D. Rockefeller, konglomerat minyak bumi pemilik Standart Oil and Company New York atau Socony dari Amerika Serikat.

Punya Istana Seluas 81 Hektar!
Karena kekayaan yang dimiliki, Oei Tiong Ham bisa memiliki sejumlah rumah mewah, bahkan istana. Bahkan di Beijing, Tiong Ham memiliki bekas istana dari abad ke-17 dengan ratusan kamar. Sedangkan di Semarang, ia juga memiliki istana yang luasnya mencapai 81 hektar!

BACA JUGA:Manfaatnya Sampai 7 Turunan, Salah Satunya Masuk Surga, Gus Baha: Baca Surah Ini 100 Kali

Kompleks istana seluar 81 hektar tersebut membentang sepanjang Jalan Pahlawan hingga Pandanaran dan Randusari. Bangunan istana Oei Tiong Ham terdiri dari rumah induk dan dua pavilion yang saling berhubungan. Istana ini kabarnya memiliki total 200 ruangan ditambah dapur, villa pribadi, dan dua pavilion besar.

Ia bahkan memiliki ruangan yang dibuat sebagai ruang dansa. Saat Oei Tiong Ham masih menempati istana megahnya tersebut, ia melapisi lantainya dengan marmer dari Italia. Dahulunya, istananya tersebut juga memiliki beberapa bangunan rumah yang mengelilingi kolam. Selain itu, di belakang rumah terdapat kolam renang serta kebun binatang pribadi.

Untuk mengurus rumah, Oei Tiong Ham memperkejakan 40 asisten rumah tangga, 50 orang tukang kebun, serta dua koki khusus yang didatangkan langsung dari China dan Eropa. Namun pada 1961, setelah Oei Tiong Ham meninggal dunia, seluruh asetnya disita negara. Secara perlahan, istana itu pun berubah menjadi pemukiman warga dan hanya menyisakan sebuah bangunan yang disebut dengan istana Balekambang, Gedung Gula atau Istana gergaji. Bangunan utama tersebut juga pernah disewa sebagai kantor.

BACA JUGA:Rezeki Hadir Kapan Saja dan Mengikuti Posisi Kita, Syekh Ali Jaber: Amalkan 4 Amalan Ini

Memiliki 1 Istri, tapi dengan 18 Selir
Sebagai orang kaya di Semarang, Oei Tiong Ham dikenal sangat pemberani, dekat dengan pejabat, dan berpenampilan berbeda dari orang Tionghoa pada umumnya. Jika biasanya orang Tionghoa di zaman itu memiliki Taochang alias kuncir rambut seperti pemain Kungfu China. Namun, Tiong Ham justru memotong Taochang itu dan memilih berpenampilan seperti orang Eropa dengan memakai jas.

Juga tidak seperti orang kaya pada umumnya, Oei Tiong Ham justru memiliki penampilan yang berbeda. Ia tidak memiliki pengawal pribadi, tapi justru memanfaatkan bandit lokal untuk mengamankan dirinya dan keluarga. Dan berbeda dengan orang China pada umumnya, Tiong Ham lebih suka memakai jas dan tampil seperti orang Eropa.

Dengan penampilannya yang necis, banyak perempuan yang jatuh hati padanya. Namun demikian, Tiong Ham hanya memiliki satu orang istri yaitu Geo Bing Nio. Tapi, ia memiliki 18 selir. Oei Tiong Ham memiliki satu anak kesayangan yaitu putri keduanya yang Bernama Oei Hui Lan. Apapun yang diinginkan oleh Hui Lan, Tiong Ham pasti akan langsung mengabulkannya.

BACA JUGA:Ini Dia Fakta di Balik Mitos Seputar Pemutih Kulit

Pindah ke Singapura dan Seluruh Aset diambil Negara
Pada 1938, saat kondisi Kota Semarang kurang kondusif, Oei Tiong Ham memutuskan untuk pindah ke Singapura. Kepindahannya juga disebabkan karena ia tak tahan dengan beban pajak yang dikenakan oleh pemerintah Belanda.  Saat pindah ke Singapura, Oei Tiong Ham berhasil menguasai seperempat bagian luas wilayah di sana. Namun empat tahun setelah kepindahannya, tepatnya pada 1942, Oei Tiong Ham meninggal dunia karena serangan jantung.

Oei Tiong Ham meninggalkan seorang istri dan 18 selir serta kurang lebih 50 orang anak. Harta yang ia tinggalkan kabarnya sekitar 200 juta gulden Belanda. Bisnisnya kemudian dilanjutkan oleh sejumlah putra serta istrinya. Hingga pada 1961, pemerintah Indonesia mengambil alih OTHC karena adanya nasionalisasi. Pada 1964, pengelolaan seluruh aset Oei Tiong Ham diserahkan ke perusahaan negara. Dan pada 2001 lalu nama OTHC berubah menjadi PT Rajawali Nusantara Indonesia.

BACA JUGA:Tips Cara Memilih Krim Pemutih dan Kandungan yang Aman untuk Digunakan

Selain di luar negeri, aset dan properti Tiong Ham tersebar di seantero Semarang. Kini, seluruh Kawasan tersebut telah padat oleh pemukiman penduduk dan bangunan baru. Sebagian besar peninggalan Tiong Ham telah dihancurkan. Karena sejarah yang dimilikinya, nama Oei Tiong Ham sempat diabadikan menjadi nama salah satu jalan besar di Semarang yaitu Oei Tiong Ham Weg. Namun saat ini jalan tersebut berubah menjadi Jalan Pahlawan. Sementara nama Oei Tiong Ham diabadikan sebagai nama satu ruas jalan di Singapura dengan nama Oei Tiang Ham Park.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: