Sunan Kudus Larang Masyarakat Sembelih Sapi Saat Hari Raya Idul Adha, Apa Alasannya?

Sunan Kudus Larang Masyarakat Sembelih Sapi Saat Hari Raya Idul Adha, Apa Alasannya?

Masyarakat Kudus hingga saat ini masih memegang ajaran sunan kudus untuk tidak menyembelih sapi saat Idul Adha dan menggantinya dengan kerbau-Bengkulu Ekspress-Istimewa

Tidak hanya sapi, bentuk masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pun tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang Hindu. Menara Kudus yang antik itu, membuat orang Hindu merasa akrab dan tidak segan untuk masuk ke masjid guna mendengarkan Sunan Kudus berceramah.

BACA JUGA:5 Tanggal Lahir Ini Disayang Khodam Rezeki, Pantes Rezekinya Mengalir Deras

Dengan cara ini Sunan Kudus berusaha meluaskan ajaran Islam tanpa menyinggung perasaan umat agama yang lain. Akhirnya secara bertahap masyarakat Kudus mulai banyak yang tertarik untuk mengikuti ajaran Islam.

Bentuk toleransi yang mengakar

Sunan Kudus adalah salah satu Wali Songo yang berusaha memelopori pentingnya kerukunan antar-umat beragama. Ini memang tercermin saat ia mengawali penyebaran ajaran Islam, di tengah masyarakat Kudus yang saat itu memeluk ajaran Hindu. Pendekatannya melalui seni dan budaya dianggap efektif untuk mendalami harapan dari masyarakat.

Strategi toleran yang dimaksud berupa pendekatan kepada masyarakat Hindu dengan menggunakan media sapi. Sapi dianggap hewan suci oleh umat Hindu sehingga tidak boleh disakiti atau dibunuh. Melalui sapi manusia hidup, melalui sapi manusia mendapatkan kesejahteraan, sapi membantu manusia dalam segi pertanian.

BACA JUGA:Apapun Keinginannya Selalu Tercapai, Inilah Weton Khodam Patih Gajah Mada

Penghormatan umat Hindu terhadap sapi sangat besar, Sunan Kudus menggunakan celah tersebut menjadi strategi dakwah dengan fatwanya melarang masyarakat menyembelih sapi dan menggantinya dengan kerbau. Bedasarkan latar belakang tersebut, masyarakat Kudus sampai saat ini tetap menggunakan daging kerbau pada acara tertentu.

"Sembelih kerbau ini kan bagian dari warisan dakwah yang santun, toleran, dan ramah dari Kanjeng Sunan Kudus, dan itu sudah dikenal dalam berbagai tutur tinular. Sehingga masyarakat Kudus mengikuti keteladanan Kanjeng Sunan yang berdakwah dengan toleran," kata Nur Said, Dosen Filsafat Budaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, 

Menurutnya, pada penyembelihan kerbau tersebut masyarakat Kudus memetik nilai-nilai luhur Islam, yakni dakwah yang merangkul dan bukan memukul.

BACA JUGA:Titisan Roro Jonggrang, Weton ini Punya Rupa Cantik Tetapi Sial Soal Asmara

Selain itu, bagi orang Jawa terkenal istilah tepa salira yaitu dapat merasakan perasaan orang lain sehingga tidak menyinggung atau melukai hati. Sunan Kudus memahami benar perasaan warga Kudus yang saat itu masih banyak penganut Hindu, bila hewan yang mereka muliakan disembelih oleh umat Islam.

Bentuk keteguhan masyarakat ini terlihat dari berbagai kuliner khas Kudus dengan bahan daging kerbau, seperti soto, pindang, dan masakan daging lainnya. Sampai sekarang, masyarakat Kudus masih tetap memegang teguh larangan Sunan Kudus untuk tidak menyembeli sapi, terutama pada perayaan Idul adha. (**)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: