Dedolarisasi, Siapa yang Rugi dan Diuntungkan? Bagaimana Upaya Indonesia Mengurangi Dominasi Dolar AS
Dedolarisasi siapa yang rugi dan yang diuntungkan?-(istimewa)-
Tidak hanya BRICS, beberapa negara lain juga melakukan upaya dedolarisasi dalam bentuk diversifikasi cadangan devisa mereka. Hal ini dilakukan dengan membeli mata uang lain seperti yuan Cina, euro, atau yen Jepang.
Meskipun proses dedolarisasi bukanlah hal yang mudah, langkah-langkah ini nampaknya terus berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari penurunan pangsa dolar dalam cadangan devisa global, yang menunjukkan bahwa negara-negara semakin sadar akan pentingnya diversifikasi mata uang dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Namun, tetap harus diakui bahwa dolar AS masih menjadi mata uang dominan di pasar global. Meskipun demikian, upaya dedolarisasi tetap menjadi agenda penting bagi beberapa negara dalam menghadapi risiko dan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh dominasi dolar AS.
Upaya Indonesia Mengurangi Dominasi Dolar AS
Bukan hanya BRICS, Indoensia juga ingin mengurangi ketergantungan pada satu mata uang tertentu untuk menjaga stabilitas rupiah. Upaya yang dilakukan lewat kerja sama regional untuk penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi perdagangan, investasi hingga pembayaran lintas negara yang disebut Local Currency Transaction atau LCT yang digagas Bank Indonesia.
Indonesia memiliki kerja sama transaksi mata uang lokal dengan Thailand, Malaysia, Cina dan Jepang. Melalui kerja sama ini, transaksi dengan empat negara itu bisa diselesiakan tanpa perlu lagi konversi ke dolar AS.
BI mencatat, transaksi menggunakan skema LCT dengan Cina dan Jepang masing-masing sudah mendekati US$ 2 miliar dari total perdagangan ke negara itu pada tahun lalu. Sekitar 4% dari total perdagangan dengan Malaysia dan 3% dengan Thailand tahun lalu sudah memakai mata uang lokal.
Kerja sama serupa akan diperluas dengan negara lain, terutama Korea Selatan yang sedang tahap akhir dan menyusul India. Kerja sama LCT dengan Korsel dan India akan lebih dulu diterapkan untuk memfasilitasi transaksi berupa pembayaran lintas negara atau cross border payment.
Agenda perluasan LCT ini juga disisipkan dalam keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut diverisifikasi mata uang merupakan salah satu agenda penting.
Perry menyebut tantangan saat ini adalah ketergantungan yang besar terhadap mata uang utama seperti dolar AS menimbukkan risiko dan kerentanan terhadap stabilitas keuangan di ASEAN. Karena itu, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN pada pertemuan akhir Maret lalu sepakat membentuk kerangka kerja sama penguatan guideline LCT.
"Kita akan membentuk gugus tugas LCT untuk memperkuat dan fokus mendiskusikan terkait kerangka kerja sama LCT di ASEAN dan memperkuat guideline kerja sama LCT yang sudah ada saat ini," kata Perry dalam konferensi pers usai pertemuan pertama menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN di Bali, 31 Maret 2023 yang lalu. (AMX)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: