Daftar Negara Mulai Gencar Dedolarisasi, Indonesia Termasuk!

Daftar Negara Mulai Gencar Dedolarisasi, Indonesia Termasuk!

--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Dolar Amerika Serikat mendominasi perdagangan global dan arus modal selama beberapa dekade. Namun, banyak negara kini mulai mencari cara mulai mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS atau dedolarisasi untuk mengurangi dampak rambatan kebijakan Amerika Serikat yang selama ini mempengaruhi perekonomian banyak negara.

Dominasi dolar AS dalam perdagangan global bukan hanya karena AS adalah ekonomi terbesar dunia, tetapikarena minyak dan sejumlah komoditas lainnya diperdagangkan dengan dolar AS. Namun demikian, kebijakan The Fed yang agresif menaikkan suku bunga memicu kekhawatiran dampak rambatan terhadap perekonomian negara jika terlalu bergantung terhadap dolar AS.

“Dengan mendiversifikasi cadangan kepemilikan mereka ke dalam portofolio yang lebih banyak jenis mata uang, mungkin mereka dapat mengurangi tekanan pada sektor eksternal mereka,” kata Cedric Chehab dari Fitch Solutions.

BACA JUGA:Bak Senjata Makan Tuan, AS Akui Sanksi ke Rusia Picu Dedolarisasi

Data IMF juga menunjukkan, pangsa pasar dolar AS sebagai mata uang global menurun menuju ke level terendah sejak 1994, yakni mencapai 58,4%.  Penggunaan dolar sebagai cadangan devisa global juga sempat jatuh sejak 1978 dari posisinya yang mencapai 85%.

Dolar AS bahkan mencapai titik terendahnya pada 1991 dengan pangsa hanya mencapai 46% dari total cadangan devisa global. Namun, dolar sempat memantul naik kembali sejak itu hingga tahun 2000, lalu mengalami tren penurunan.

Tak hanya sebagai cadangan devisa, banyak negara yang mulai mencari alternatif lain selain dolar AS untuk membiayai perdagangan dan investasi lintas negara. Berikut daftar negara yang berupaya mengurangi penggunaan dolar AS atau dedolarisasi
BACA JUGA:Fenomena Dunia Menuju Dedolarisasi, Ini 5 Calon Mata Uang Pengganti Dollar US

1. Cina
Cina yang sejak lama menjadi pemegang teresar surat berharga AS terus mengurangi kepemilikannya. Cina memiliki aset dala bentuk surat berharga AS mencapai YS$ 849 miliar hingga Februari 2o23, angka terendah sejak 12 tahun terakhir. Selain mengurangi kepemilikan dolar dalam cadangan devisanya, Cina mulai gencar meningkatkan perdagangan dengan negara lain menggunakan mata uangnya. Beberapa di antaranya dengan Rusia, Brasil, India, dan bahkan Indonesia menggunakan skema pertukaran mata uang lokal.

2.  Brasil
Presiden Brasil Lula saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing pada April dilaporkan menyerukan pengurangan ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan global. Perdagangan antara Brasil dan China mencapai US$150 miliar pada 2022.

3. Rusia
Yuan Cina telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia setelah serangkaian sanksi negara Barat terhadap Moskow akibat invasi di Ukraina. Yuan telah melampaui dolar dalam volume perdagangan sejak Februari 2023. Sebelum invasi, volume perdagangan yuan di Rusia sangat kecil.

4. India 
India mulai menjalin kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan dan investasi. Kerja sama telah dilakukan dengan Malaysia dan akan segera dilakukan dengan Indonesia.

5. Indonesia
Indonesia telah menerapkan kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan sejumlah negara, seperti Jepang, Cina, dan Thailand. Indonesia bahkan sudah meningkatkan kerjasama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi pembayaran ritel antar negara dengan Thailand.  Selain dengan keempat negara tersebut, Bank Indonesia juga tengah mendorong kerja sama pembayaran lintas negara di antara negara-negara ASEAN dan memperluas kerja sama penggunaan mata uang lokal dengan negara lain seperti Korea Selatan, India, dan Arab Saudi.

6. Negara-negara ASEAN
Pada pertemuan para menteri keuangan dan bank sentral ASEAN di Indonesia pada Maret, para pembuat kebijakan membahas gagasan untuk mengurangi ketergantungan negara-negara ASEAN terhadap dolar AS, yen Jepang, dan euro melalui kerja sama transaksi dengan menggunakan mata uang lokal. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: