Cerita Perjalanan Pengasingan Sang Proklamator Ir Soekarno Hingga Tiba di Bumi Rafflesia

Cerita Perjalanan Pengasingan Sang Proklamator Ir Soekarno Hingga Tiba di Bumi Rafflesia

Tampak Bung Karno beberapa orang berfoto dihalaman rumah pengasingannya di Bengkulu, dokumentasi dari situs Kemdibud.go.id -(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Perjuangan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda tidak dapat dilepaskan dari pengasingan-pengasingan yang pernah dialaminya salah satunya saat menjalani pengasingan di Bengkulu  dan rumah tempat dirnya diasingkan dari tahun 1938 hingga tahun 1942 yang sekarang menjadi salah satu situs sejarah di Bengkulu.

Dikutip dari laman resmi Kemdibud.go.id, Ir Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno bersama dengan Maskoen Soepriadinata dan Gatot Mangkoepradja pada tanggal 29 Desember 1929 ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke penjara Banceuy.

Setelah diadili dan dinyatakan bersalah karena melakukan tindakan yang meresahkan pemerintah Belanda akhirnya dipindahkan ke penjara Sukamiskin di Bandung.

Dari balik jeruji besi pun, Bung Karno dianggap masih sangat vokal dan berbahaya bagi pemerintahan Belanda, akhirnya setelah bebas pada tanggal 31 Desember 1931, Sang Proklamtor kembali diasingkan ke daerah-daerah yang sulit di akses pada masa itu.

BACA JUGA:Heboh, Tak Mau Bayar Hutang Wanita Ini Pura-pura Meninggal


Masjid Jamik Bengkulu pada masa lalu yang ikut direnovasi Bung Karno pada masa pengasingannya. Dokumen resmi dari situs Kemdibud.go.id.-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Sang penyambung lidah rakyat Indonesia ini pernah dikucilkan ke Ende, Nusa Tenggara Timur. Selama di Ende Bung Karno mengalami sakit keras akibat wabah malaria, akhirnya tekanan untuk memindahkan Bung Kanro dari Ende disuarakan oleh para tokoh di Batavia, salah satunya adalah Mohammad Husni Thamrin. 

Husni Thamrin pada masa itu merupakan anggota Volksraad (Dewan Rakyat) melayangkan protes kepada pemerintah Belanda. Aksi tersebut membuahkan hasil, Bung Karno dipindahkan dari Ende ke Bengkulu sebagai tempat pengasingan selanjutnya. 

Selama pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah yang awalnya adalah tempat tinggal pengusaha yang bernama Tan Eng Cian, yang merupakan pengusaha yang menyuplai bahan pokok untuk kebutuhan pemerintahan kolonial Belanda.


Tampak rumah pengasingan Bung Karno saat ini. Dokumentasi dari situs resmi Kemdibud.go.id -(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Rumah tersebut terletak di Pusat Kota Bengkulu, rumah tersebut saat ini berada di Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka ini adalah rumah pengasingan sang Bapak Proklamator tersebut. Beliau diasingkan seorang diri ke Bengkulu pada tahun 1938 dan beberapa minggu kemudian disusul oleh istrinya saat itu, Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami. Bung Karno menempati rumah ini dari tahun 1938 hingga tahun 1942.  

Awalnya masyarakat Bengkulu menganggap Bung Karno sebagai orang aneh, hal ini karena sikapnya yang sangat berapi-api dalam menjalin korespondensi. Banyak masyarakat yang takut dan menganggap Bung Karno akan memberikan pengaruh buruk. Meski diasingkan, gerak geriknya untuk membangkitkan semangat masyarakat merdeka dari penjajahan bangsa asing terus dilakukan. 

Bung Karno selalu mencari celah untuk memotivasi rakyat Bengkulu untuk merdeka, untuk  mengatasi persoalan tersebut akhirnya Bung Besar tersebut merenovasi ulang masjid yang terletak di Kelurahan Bajak. Tindakan tersebut menarik banyak perhatian masyarakat untuk bercakap-cakap dengannya. 

Untuk menarik pemuda, Bung Karno membuat sebuah krlompok pertunjukan bernama Monte Carlo. Di pertunjukan musik dan drama ini, Bung Karno menulis sendiri naskahnya, dia memasukkan nilai-nilai sosial dan nasionalisme dalam seni pertunjukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: