Pemuda di Bengkulu Peringati Hari Tani Nasional, Petani Jadi Buruh di Tanah Sendiri

Pemuda di Bengkulu Peringati Hari Tani Nasional, Petani Jadi Buruh di Tanah Sendiri

Pemuda di Bengkulu menggelar teaterikal di Simpang 5 Kota Bengkulu dalam rangka Peringati Hari Tani Nasional-(foto: tri yulianti/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Puluhan pemuda yang tergabung dalam Koalisi Bela Petani  menggelar aksi simpatik di bundaran Simpang Lima Ratu Samban Kota BENGKULU, Jumat (24/9/2022). 

Kegiatan ini sebagai peringatan Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September 2022 dan bentuk empati terhadap nasib ribuan petani akibat terabaikannya posisi mereka sebagai penjaga tatanan negeri Indonesia (PETANI). 

Diungkapkan Sopian, selaku perwakilan petani Bengkulu Utara, negara yang luas  tanah yang subur serta kelimpahan tenaga tidak menjadikan negara memperhatikan nasib petani. Mereka terperosok ke dalam jurang kemiskinan yang berkepanjangan, tanpa tanah, tanpa masa depan.

Ia menambahkan, situasi seperti ini sudah diketahui dan Indonesia adalah negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Namun semua itu sepertinya hanya untuk para pemodal. 

BACA JUGA:Pencuri Murai Batu Seharga Rp10 Juta Babak Belur Dihajar Warga

"Situasi petani hari ini jauh lebih miris dari hanya urusan pupuk bersubsidi, dimana kami menguasai tanah akan tetapi setiap hari dihadapkan dengan perusahaan yang dibekengi oleh oknum polisi. Perusahaan tersebut sudah habis masa aktif nya dan dalam kondisi terlantar. Sehingga kami manfaatkan tanah terlantar itu selama bertahun-tahun untuk menyambung hidup," kata Sopian, Jumat (23/9/2022).

Sementara itu, Meiko selaku Korlap Aksi menambahkan, aksi ini  merupakan aksi gabungan beberapa elemen yang menyatakan sikap untuk peduli dan bersolidaritas dengan nasib petani.

Selain BBM mengakibatkan munculnya masalah baru di petani, ternyata di Bengkulu terdapat permasalahan konflik agraria yang juga mesti segera diselesaikan oleh pemerintah. 

 “Saat ini, setidaknya 1.879 orang yang tersebar di Provinsi Bengkulu setiap harinya berjuang dan berhadap-hadapan dengan konflik agraria di Bengkulu. Dari jumlah tersebut, ada 105 orang petani di Bengkulu juga tidak jelas statusnya di kepolisian akibat dari perebutan ruang kelola tanah dengan korporasi. Apakah negara hari ini hanya membiarkan situasi petani demikian," ujar Meiko.

Meiko juga menyebutkan, pasca kenaikan BBM, kelompok yang juga paling berdampak adalah petani. Dimana seluruh bahan pangan naik, akan tetapi nilai jual hasil produksi  tidak naik, bahkan dibeli murah.

"Potensi Indonesia sebagai negara agraris harus diperuntukkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seharusnya pemerintah sadar dan peka atas hal itu. Namun, petani tragis di negeri agraris terbukti terjadi di Indonesia dengan berbagai masalah, seperti kesejahteraan petani yang tidak diperhatikan, krisis regenerasi petani konflik agraria, bahkan soal krisis pangan yang bisa saja terjadi dan masalah kompleks lainnya," tutup Meiko. 

Diketahui, aksi ini  menyuarakan beberapa tuntutan. Diantaranya, meminta kepada negara untuk tidak melakukan perpanjangan Hak guna usaha (HGU) perkebunan sawit, tidak mengeluarkan izin HGU baru, menurunkan harga BBM serta adanya kepastian harga hasil pertanian seperti sawit dan karet. (TRI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: