Guru Penggerak dan Transformasi Siswa Pasif Menjadi Aktif dan Kreatif

Guru Penggerak dan Transformasi Siswa Pasif Menjadi Aktif dan Kreatif

Sebanyak 46 orang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) yang akan mengabdi di Kabupaten Mappi, Provinsi Papua, mengikuti pelatihan semi militer di Markas Kodim 1707/Merauke, Kamis (7/12) (FOTO ANTARA/HO-Pendam XVII/Cenderawasih)--

Belajar mengajar tidak bisa hanya berlangsung begitu saja seumpama hanya melewati waktu, namun harus berkesan mendalam dalam kegiatan pembelajaran siswa, membuat siswa aktif serta mewadahi pengembangan potensi dan mengembangkan kemampuan siswa.

Pada satu titik, ia membaca informasi dalam jaringan mengenai guru penggerak, dan tertarik mengikutinya.

Melalui Program Guru Penggerak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) selama sembilan bulan, ia bisa banyak belajar baik dari proyek mandiri, pelatihan dari para pelatih/pengajar maupun dari rekan sejawat guru penggerak.

Trias mengikuti pelatihan dalam jaringan, lokakarya, konferensi, dan pendampingan. Selain mengembangkan kompetensi diri, ia juga memiliki pengalaman belajar mandiri dan kelompok terbimbing, terstruktur, dan menyenangkan, serta pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lainnya.

Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

"Harapannya setelah menjadi guru penggerak dapat tips, cara-cara membuat pembelajaran di kelas itu menarik," kata lulusan sarjana dari Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura itu saat menemui kunjungan wartawan bersama tim Kemdikbudristek beberapa waktu lalu.

Ketika mengikuti Program Guru Penggerak, ia mendapatkan pelatihan yang memadai yang bisa mengakselerasi kemampuan mengajarnya dan memiliki komunitas untuk saling belajar, mengingatkan dan bertukar informasi tentang cara mengajar yang menciptakan antusiasme dan membangkitkan keaktifan siswa.

Guru honorer yang mengajar di SMA YPK Diaspora Kotaraja sejak 2015 itu berupaya menjadi guru yang bisa memberikan keleluasan bagi siswa berkarya dan mengembangkan potensi diri lewat aktivitas dan materi pembelajaran yang menarik.

Salah satu materi dalam Program Guru Penggerak yang berkesan bagi Trias adalah terkait pembelajaran sosial emosional. Trias menyukai materi tersebut karena bisa mengetahui bagaimana guru dapat membantu anak kembali tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran.

Mengajar dengan metode ceramah sejak awal membuka kegiatan pembelajaran tidaklah ampuh membangkitkan antusiasme belajar. Menurut Trias, tantangannya sekarang adalah bagaimana mendapat minat anak dulu untuk lebih jauh terlibat dalam proses pembelajaran, sebelum memberikan materi pelajaran.

Dalam praktiknya, ketika masuk kelas untuk mengajar, ia terlebih dulu menanyakan perasaan anak, dan tidak langsung "berceramah" menyampaikan materi pelajaran.

Dirinya juga rutin mempersiapkan dan melakukan permainan menarik untuk membangkitkan antusiasme dan semangat anak didik sebelum kelas dimulai.

"Bagaimana perasaan kamu sekarang?" merupakan salah satu kalimat pembuka kelas yang menarik perhatian siswa yang disampaikan Trias.

Kemudian, para siswa diajak bermain seperti berbicara dalam Bahasa Inggris yang dikemas sederhana namun menyenangkan.

Dalam permainan itu, siswa diminta untuk membuat kepanjangan dari awalan huruf dari tiap huruf di nama panggilan mereka. Kepanjangan nama tersebut harus menggambarkan karakter yang dimiliki siswa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: