BENGKULUEKSPRESS.COM- Penggunaan Paylater akhir-akhir ini dibilang cukup signifikan. Dengan Paylater orang bisa memiliki apa yang mereka mau tanpa harus merogoh kocek terlebih dahulu.
Dikutip dari Validnews.id, Pemulihan Ekonomi dan Tren Belanja Pascapandemi 2023 mencatat penggunaan paylater alias bayar nanti meningkat dan menjadi metode pembayaran harian.
Persentase pengguna layanan Paylater dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada tahun 2022 menjadi 45,9% pada tahun 2023.
Artinya penggunanya telah melampaui pemakai kartu kredit yang dikeluarkan oleh Bank. Awalnya layanan ini diinidiasi oleh perusahaan finansial berbasis teknologi atau fintech. Namun, belakangan bank menengah hingga besar juga ikut mencicipi manisnya segmen Paylater ini.
BACA JUGA:Dompet Digital Cair Saldo DANA Kaget Rp300.000 Gratis Tiap Hari, Cobain Game Berkebun ini
Sebut saja bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang tahun lalu mengumumkan akan meluncurkan Paylater BCA. Mengutip situs resmi BCA, layanan tersebut telah hadir di My BCA.
Dikutip juga dari CNBC Indonesia, bahwa selain BCA, PT Bank BPTN Tbk telah merambah bisnis paylater sejak Maret 2023.
Bank menghadirkan layanan tersebut secara mandiri, tanpa berkerja sama dengan perusahaan teknologi berbasis finansial (fintech). Bank BTPN menyediakan plafon maksimal Rp 2,5 juta bagi pengguna Jenius.
Selain itu, bank digital Allo Bank juga telah mengumumkan layanan paylater dengan plafon hingga Rp 100 juta. Kemudian tahun ini, ada dua bank besar yang akan segera meluncurkan fitur paylater, yakni bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).
BACA JUGA:Trik Ambil Saldo DANA Kaget Rp150.000 Langsung Masuk Dompet Digital, Klaim Segera Hari ini
Menurut pengamat, masuknya bank terhadap bisnis paylater tidak terlepas dari tren kartu kredit yang mulai tergantikan oleh layanan produk keuangan baru itu.
"Untuk itu wajar bila bank-bank besar mulai masuk ke bisnis paylater. Karena memang prospektif dan bisa menyesuaikan dengan tren transaksi keuangan milenial dan Gen Z," ujar SVP, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan.
Ia melihat kontribusi generasi milenial dan generasi z pada bisnis ritel bank sangat besar. Terutama, pada produk keuangan yang terdigitalisasi seperti paylater.
Maka dari itu, Trioksa memandang bisnis paylater tentunya akan menguntungkan bank. Belum lagi, bank memiliki modal dan sumber daya yang lebih dari memadai untuk masuk ke bisnis tersebut.
Menurut Dewan Pengawas Multiguna Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Dino Martin, bisnis paylater adalah 'volume game'. Ia menjelaskan biaya akuisisinya sangat besar, sementara potensi keuntungannya kecil bahkan berpotensi minus.