HONDA BANNER
BPBDBANNER

Kampung Cina Kota Bengkulu Tempo Dulu Jaya Dimasa Lalu, Ditinggalkan Dimasa Kini

Kampung Cina Kota Bengkulu Tempo Dulu Jaya Dimasa Lalu, Ditinggalkan Dimasa Kini

Masa tahun 1970-an merupakan periode kejayaan kampung Cina. Dulu sebagian besar warga Bengkulu pergi kesini untuk berbelanja. Beragam jenis barang diperdagangkan mulai dari makanan, sembako, pakaian, peralatan elektronik dan rumah tangga.

\"Aktivitas perdagangan sangat ramai karena Di sekitar pecinan berdiri gudang-gudang dengan pintu yang besar-besar untuk menampung hasil bumi dari para petani di Bengkulu seperti kopi, cengkeh, sahang atau lada, dan karet. Bongkar muat kapal barang dan arus penumpang yang datang dan pergi dari pelabuhan menjadi pemandangan sehari-hari,\" jelasnya lagi.

Ia juga menambahkan, dulu ada sekitar 10 kapal kecil berkapasitas penumpang 20-30 orang yang melayani rute Padang- Bengkulu yang masih beroperasi.

\"Dulu ada kapal besar bernama Kuan Maru yang berlayar dari Padang-Bengkulu-Jakarta. Banyak anak-anak termasuk saya yang biasa berenang hingga ke bawah kapal tongkang yang membawa penumpang dari kapal Kuan Maru ke pelabuhan, karena kapal yang besar tidak bisa merapat ke pelabuhan Bengkulu karena dasar alur dipenuhi karang,\" ujar Darman.

Masa keemasan kampung Cina sebagai pusat perniagaan memudar pada tahun 1990-an. Pusat-pusat perekonomian baru bermunculan seiring perkembangan kota.

\"Dulu, kebanyakan perdagangan berpusat di sini. Banyak pedagang yang menjual aneka kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, minyak tanah, singkong, dan hasil bumi lainnya. Namun, Pusat perekonomian lain sudah banyak dibangun di kawasan kota, Selain itu kawasan kampung Cina beberapa kali ludes karena terbakar. Banyak penghuni akhirnya pindah dan meninggalkan rumahnya begitu saja. Beberapa rumah dijadikan sarang walet sementara yang lain dibiarkan saja,\" tuturnya.

Darman menuturkan, seiring perkembangan zaman, Kota Bengkulu terus mengalami perluasan. \"Pengembangan kota diarahkan ke jalan Lingkar Timur dan Barat yang dibangun oleh Gubernur Bengkulu ke-3, Suprapto. Kedua jalan lingkar itu menjadi pusat perekonomian baru. Para pengusaha pun mengalihkan bisnisnya ke lokasi itu. Praktis, pecinan yang dulu ramai perlahan menjadi sepi. Hanya tinggal beberapa toko saja yang ada. Sudah tidak sebanyak dan seramai dulu\" ujarnya

Pada tahun 2008 pemerintah kota Bengkulu membangun sebuah gapura naga berarsitektur Cina di kawasan ini.

\"Lampion-lampion berwarna merah menyala dipasang di penjuru kampung. Nyatanya hal ini tidak mampu membangkitkan kehidupan kampung Cina. Kampung ini masih saja mati. Seperti lampion-lampion di malam hari dan semakin pudar serta usang ditelan zaman. Kampung Cina hanya ramai menjelang Imlek tiba, itupun hanya tampak di sebuah vihara Buddha di tengah-tengah kampung. Umat Tridharma akan beribadah untuk memperingati tahun baru \" sambungnya.

Lampion yang mengiasi sepanjang jalan kawasan Kampung Cina terlihat lusuh. Lampion lusuh yang menggelantung di sepanjang jalan seolah mewakili wajah kawasan Kampung China di Kota Bengkulu.

\"Roda ekonomi yang dulunya pesat sekali di daerah ini sama sekali tidak terlihat lagi. Padahal, keberadaan Kampung Cina itu tak lepas dari sejarah terbentuknya Kota Bengkulu. Kami hanya berharap semoga kedepannya ada perbaikan dan program dai pemerintah Kota Bengkulu untuk mengelola kawasan ini menjadi kawasan wisata yang menarik,\" ujarnya.

Sementara Buyung (51), warga Malabro, mengatakan, pecinan Bengkulu bisa dijadikan sebagai tujuan wisata sejarah. Apalagi lokasinya yang berdekatan dengan Benteng Marlborough dan peninggalan Inggris lainnya.

\"Pemerintah lebih cenderung membangun pariwisata yang berorientasi proyek daripada berpikir kreatif memberdayakan potensi yang ada. Bisa ditebak, itu karena pada pariwisata berorientasi proyek itulah dimungkinkan pengambilan keuntungan pribadi pada lapisan elite pemerintahan,\" katanya.

Akhirnya, sekarang Kampung China di Kota Bengkulu pun seakan hidup segan mati tak mau. \"Semoga pergantian menuju tahun depan akan membawa perubahan ke arah yang positif bagi keberadaan kampung Cina ini. Sebab seperti kata Bung Karno, \'Jasmerah\' jangan suka melupakan sejarah. Kita tentunya harus ingat, Kampung Cina pernah menjadi saksi kejayaan dari kegiatan perdagangan di Bengkulu,\" ujarnya mengakhiri cerita panjangnya.(***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: