Pilgub Tensi Tinggi
BENGKULU, BE - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bengkulu resmi menutup pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur Bengkulu, tepat pada pukul 16.00 WIB sore kemarin (28/7). Hasilnya hanya ada kandidat yang mendaftar, yakni pasangan Ridwan Mukti berpasangan dengan Wakil Bupati Bengkulu Selatan Rohidin Mersyah dan Sultan B Najamudin yang berpasangan dengan Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Mujiono SP. \"Sesuai dengan ketentuan Peraturan KPU, pendaftaran kami tutup pukul 16.00 WIB hari ini dan berita acaranya sudah kami buat dengan jumlah pendaftar hanya 2 pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur,\" kata Anggota KPU Provinsi Bengkulu, Eko Sugianto SP MSi kepada BE, sore kemarin. Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Bengkulu Drs Azhar Marwan MSi memastikan bahwa pertarungan dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Bengkulu kali ini akan berlangsung seru dan panas. Pasalnya masyarakat tidak ada pilihan lain, kecuali salah satu diantara kedua pasangan tersebut. \"Tensi politik di Bengkulu akan memanas, karena calon hanya ada 2 pasang dan akan mengakibatkan gesekan-gesekan politik di tengah-tengah masyarakat akan semakin terasa,\" ungkapnya. Selain itu, kandidat pun akan bertarung habis-habisan, sebab, tidak ada putaran kedua dalam Pilgub ini. Jika berselisih hanya 1 suara maka langsung menentukan menang atau kalah. \"Artinya satu suara saja sangat menentukan. Biasanya kalau sudah head to head seperti ini, isu yang dimunculkan untuk menjatuhkan lawan lebih sensitif karena menyerang pribadi kandidat. Lainnya halnya kalau kandidatnya banyak, black campign tidak terlalu menonjol,\" terangnya. Untuk memanimalisir terjadinya pelanggaran di lapangan, penyelenggara bersama pengawas pemilu dan jajarannya diharapkan untuk meningkatkan pengawasannya agar proses Pilgub ini dapat berjalan sesuai dengan harapan yakni Pilkada yang berintegritas dan berkualitas. Selain akan bertarung habisan-habisan, lanjut mantan Wakil Rektor Unib ini, masing-masing kandidat akan memainkan peran merebutkan dukungan dari beberapa bakal calon yang gagal maju karena tidak mendapatkan partai, seperti Ichwan Yunus, Suherman, Bando Amin C Kader, Imron Rosyadi dan Junaidi Hamsyah. Hal ini dikarenakan beberapa kandidat bakal calon tersebut sudah lama mempersiapkan diri, bahkan tim sudah terbentuk dan posko pemenangan sudah disediakan. Namun karena tidak mendapatkan dukungan partai, maka mereka tersingkir dari gelanggang. \"Yang akan keluar sebagai pemenang nanti ada kandidat yang berhasil merebutkan dukungan dari beberapa bakal calon yang gagal mendaftar ini. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa para bakal calon tersebut sudah memiliki basis dukungan atau massa masing-masing, sehingga siapa yang bisa mendapatkan dukungannya, maka ia bisa mengarahkan massanya untuk mendukung calon gubernur dan wakil gubernur yang berhasil meraih simpatinya,\" paparnya. Untuk mendapatkan dukungan dari sejumlah bakal calon yang gagal ini juga bakal berjalan sengit, karena kemungkinan besar Sultan dan Ridwan sama-sama sudah membaca peluang tersebut. \"Ini dibutuhkan kepiawaian calon untuk mendekati kandidat yang gagal mendapatkan dukungan partai, kalau tidak berhasil, maka kemungkinan besar ia akan kalah, karena tidak menutup kemungkinan pendukung kandidat gagal itu akan memilih golput atau tidak memilih. Itu bisa terjadi karena mereka sudah terlanjut kecewa atas keputusan partai\" jelasnya lagi. Disisi lain, Azhar juga mengkritik keras kebijakan partai politik yang masih sentralistik dan segala sesuatu mengenai pengusung calon gubernur ini diputuskan oleh DPP. Padahal menurutnya, ini sangat tidak fair, karena proses sudah berjalan di DPD atau pengurus daerah seperti fit and proper test dan mekanisme lainnya seakan tak ada gunanya. Tidak hanya itu, Cost politik yang dikeluarkan kandidat saat mengikuti mekanisme pencalonan di daerah akan terbuang percuma, karena hasil akhirnya tetap ditentukan oleh DPP. \"Seharusnya prosedur sentralistik seperti itu tidak bisa diterapkan lagi, terlebih sebelumnya orang partai politik sendiri yang menggaungkan sentralisasi harus berubah ke desentralisasi otonomi daerah. Tapi kenyataannya partai politik sendiri masih seperti yang lama. Kalau dikaji lebih dalam, pengurus daerah yang berhak memutuskan siapa calon yang akan diusungnya, karena yang lebih mengerti tokoh-tokoh di daerah adalah mereka pengurus daerah, bukan pengurus pusat,\" kritiknya. Tidak hanya itu, lamanya partai politik memainkan mesin politiknya dinilainya juga membuat tidak lagi tertarik untuk mengikutinya. \"Kalau hanya menghasilkan 2 pasang calon seperti ini, kenapa harus berlama-lama hingga detik-detik terakhir pendaftaran. Kenapa tidak dari dulu-dulu? Kalau seperti ini polanya, maka akan merugikan kandidat itu sendiri, karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap tahapan ada biayanya,\" demikian Azhar. Sultan-Mujiono Daftar Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu, Sultan B Najamudin dan Mujiono SP resmi mendaftarkan diri ke KPU Provinsi Bengkulu di hari pendaftaran, kemarin (28/7). Pasangan bakal Cagub yang berusia 34 tahun ini diantar ratusan massa pendukung ke KPU dengan berjalan kaki atau longmarch dari kediaman orang tua Sultan di Jalan Mahakam, Lingkar Barat, Kota Bengkulu dengan menggunakan blangkon. Saat mendaftar, Sultan-Mujiono menyerahkan dokumen partai pengusungnya yakni PDIP dan Demokrat. Selain mengusung, kedua pengurus partai itu juga hadir mendampingi Sultan-Mujiono, seperti Ketua DPD PDIP Provinsi Bengkulu, Hj Elva Hartati Murman SIP MM bersama sejumlah pengurus PDIP, dan Ketua DPD Demokrat H Edison Simbolon bersama pengurus DPD Demokrat lainnya. \"Setelah dilakukan pemeriksanaan, dokumen pendaftaran Pak Sultan B Najamudin dan Pak Mujiono ini dinyatakan lengkap dan sudah memenuhi syarat yang diusung oleh gabungan partai politik minimal 9 kursi di DPRD Provinsi Bengkulu. Dengan diusung oleh PDIP dan Demokrat, pasangan ini mengantongi 13 kursi di DPRD Provinsi Bengkulu,\" ungkap Ketua KPU Provinsi Bengkulu, Irwan Saputra SAg MM saat menerima pendaftaran Sultan-Mujiono. Sementara itu, saat memberikan keterangan pers, Sultan menjelaskan bahwa pasangannya juga mendapatkan dukungan dari PPP versi Djanfaridz dan DPW diketuai oleh Diah Nurwiyanti Agusrin. Selain itu juga didukung oleh Partai Bulan Bintang. Namun statusnya hanya sebagai pendukung karena tidak memiliki kursi di DPRD Provinsi Bengkulu. \"Seyogya memang ada PKS, namun setelah kami tunggu-tunggu tapi SK rekomendasinya belum diserahkan kepada kami. Harapan kami dalam waktu dekat ini akan menyusulkan,\" aku Sultan. Ia menegaskan bahwa SK rekomendasi PKS sudah dikeluarkan DPP PKS hanya tinggal diserahkan kepada dirinya dan Mujiono, namun hingga mendaftar belum juga diserahkan.
Rangkul Kandidat Gagal Dalam kesempatan itu, Sultan juga menguraikan bahwa sebelum mendaftar ke KPU proses panjang dan penuh dinamika. Namun ia berhasil melaluinya karena mendapatkan dukungan dari masyarakat Bengkulu. \"Harus diakui bahwa kebijaksanaan, kedewasaan dan kenegarawan dalam berpolitik dialami oleh para tokoh bakal calon gubernur. Dan mereka juga ikhlas memberikan kesempatan kepada saya dan Mujiono. Ini takdir kami, kami yakin dan percaya bahwa bersama kami, partai pengusung dan pendukung bisa membangun Bengkulu untuk menjadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya,\" bebernya. Sultan juga langsung mengajak bakal calon gubernur yang gagal untuk bersama-bersama dengan dirinya dan Mujiono untuk memenangkan pertarungan tersebut sehingga bisa sama-sama membangun Bengkulu kedepan. \"Saya yakin Pak Bando, Suherman, Imron dan kandidat lainnya memiliki niat yang sama dengan kami ingin memberikan yang terbaik untuk Bengkulu, cuma kami kebetulan diloloskan sebagai calon. Karena itu saya mengajak para bakal calon itu untuk sama-sama berjuang,\" ajaknya. (400)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: