Harga BBM Turun, SBPU Diserbu
BENGKULU, BE - Sejak harga BBM diturunkan menjadi Rp 6.600 untuk premium dan Rp 6.400 untuk solar per liternya terhitung 19 Januari kemarin, sejumlah SPBU dalam Kota Bengkulu seperti SBPU KM 6,5, SPBU Tanah Patah dan SPBU Tebeng sejak kemarin pagi dipadati kendaraan. Kondisi ini berbeda dengan sebelumnya, disejumlah SPBU dalam Kota Bengkulu terlihat sepi.
Seperti di SPBU di Km 6,5, sejak pagi hingga siang kemarin masih dipadati masyarakat yang ingin membeli BBM. Halaman SBPU pada hari sebelumnya terlihat sepi, tiba-tiba dipenuhi kendaraan sepeda motor dan mobil.
Sales Refresentatif (SR) PT Pertamina Cabang Bengkulu, Sigit Wicaksono tak menampik tingginya permintaan dihari pertama harga BBM tersebut. Kenaikan pun cukup signifikan, yakni mencapai 40-hingga 50 persen dibandingkan beberapa hari menjelang penurunan harga BBM diberlakukan.
\"Sejak H-3 sebelum diturunkan, permintaan ikut menurun, bahkan satu hari menjelang diturunkan harga BBM permintaan dari SPBU secara keseluruhan di Provinsi Bengkulu hanya 650 kiloliter untuk premium dan 260 kiloliter untuk solar. Setelah harga baru diberlakukan permintaan melonjak drastis,\" ungkap Sigit kepada BE, kemarin.
Menurutnya, kemungkinan besar menurunnya permintaan sebelum harga baru diberlakukan adalah sebagian masyarat menunda membeli BBM, karena sudah mengetahui harga BBM diturunkan dan penurunannya baru diberlakukan mulai pukul 00.00 WIB Senin kemarin.
\"Kemungkinan besar penyebab dikarenakan pemerintah terlalu cepat mengumumkannya. Akibatnya, di hari pertama pemberlakukan harga BBM baru, maka masyarakat menyerbu SPBU,\" ungkapnya.
Namun demikian, ia meminta masyarakat tidak perlu panik akan kehabisan stok, karena stok yang tersedia cukup banyak dan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bengkulu 1 minggu ke depan.
\"Hingga sekarang kita masih mendistrubusikan ke SPBU di seluruh Bengkulu. Untuk stok, diperkirakan cukup untuk 1 minggu kedepan, tapi sebelum stok ini habis biasanya sudah masuk lagi stok untuk hari berikutnya,\" terangnya.
Terkait dengan harga eceran masih tergolong tinggi, yakni berkitar antara Rp 7500 hingga Rp 8000 dalam wilayah Kota Bengkulu, Sigit mengaku pihaknya tidak berwenang untuk menertibkan harga tersebut, karena penertiban harga tersebut adalah kewenangan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
\"Kalau harha eceran masih tinggi, silahkan pemerintah daerah menertibkannya, karena itu bukan kewenangan kami. Kami hanya bisa mengimbau agar masyarakat pengecer bisa menyesuaikan harga dengan di SPBU, jika harga eceran masih tinggi juga berdampak pada perekomian masyarakat.
Dibagian lain, Anggota Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, Ir Muharamin juga mendesak Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar harga-harga barang dapat distabilkan. Jika tidak, maka masyarakat kecil yang akan merasakan dampaknya.
\"Saya dapat dapat laporan, sampai sore ini harga-harga, baik harga BBM maupun sembako lainnya belum juga turun, padahal harga BBM sudah diturunkan. Untuk itu kami minta kepada Pemprov untuk segera berkoordinasi dengan Pemerintah kabupaten/kota agar harga-harga bisa ditekan,\" pintanya.
Selain menurunkan harga, Politisi Demokrat ini juga meminta pemerintah menurunkan ongkos angkutan, baik angkutan barang maupun ongkos orang. Hal ini sangat penting, karena harga di pasaran belum bisa ditutunkan karena ongkos angkutan masih cukup tinggi.
\"Persoalan utamanya adalah ongkos angkutan, jika ongkos sudah turun secara otomastis harga barang juga akan ikut turun,\" imbuhnya.
Tarif Angkot Mengikuti penetapan turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang mulai berlaku kemarin (19/1), Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Bengkulu langsung menetapkan pemberlakuan penurunan sementara tarif angkutan kota (angkot). Penurunan tarif sementara ini diputuskan usai rapat terbatas antara Dishubkominfo Kota dengan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota, Kepolisian Resort Bengkulu, dan perwakilan angkot 5 warna se Kota Bengkulu.
Kepala Dishubkominfo Kota, Selupati SH, menyebutkan, rapat telah menyepakati penurunan sementara ini denga rincian, untuk penumpang umum yang sebelumnya Rp 4.000 menjadi Rp 3.500, Mahasiswa Rp 3.000 menjadi Rp 2.500, pelajar Rp 2.000 menjadi Rp 1.500. Usai ditetapkan, tarif ini akan disosialisasikan kepada seluruh angkot 5 warna se Kota Bengkulu. \"Tapi harus dicatat bahwa tarif ini bersifat sementara. Perwakilan angkot 5 warna akan mensosialisasikan kebijakan ini. Keputusan finalnya nanti akan diputuskan setelah rapat kembali yang akan digelar bersama perwakilan mahasiswa dan masyarakat,\" kata Selupati.
Pria yang khas dengan kumis tebalnya ini menjelaskan, perubahan kembali besar kemungkinan akan dilakukan sesuai dengan fluktuasi harga BBM. Namun selain harga BBM, komponen-komponen lainnya seperti biaya hidup supir angkot dan harga suku cadang kendaraan roda empat masuk dalam perhitungan.
\"Faktanya, meski BBM turun, biaya hidup dan harga spare part mobil tetap tidak turun. Naik turunnya ini tetap harus dengan dasar kesepakatan bersama yang melibatkan anggota masyarakat dan pelanggan angkot lainnya. Dan untuk turunnya tarif sementara ini sudah kami laporkan kepada Plt Sekkot,\" ungkapnya.
Lebih jauh disampaikan, upaya mengkaji ulang tarif angkutan kota bukan juga karena keluhan masyarakat, namun juga atas statmen Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang meminta pelaku usaha, termasuk yang bergerak dalam bidang transportasi dapat menyesuaikan tarif atau harga jual dengan harga bahan bakar minyak yang baru.
Ketua Organda Kota Bengkulu, Maharyadi Johar, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, turunnya tarif angkot masing-masing Rp 500 merupakan jalan tengah antara naiknya barang-barang kebutuhan hidup dengan turunnya harga BBM.
\"Angka idealnya dalam hitung-hitungan tadi semua tarif turun Rp 500. Kebijakan ini mulai berlaku hari ini (kemarin, red). Silahkan masyarakat mengajukan komplain kepada kami kalau seandainya ada supir angkot yang meminta tarif lebih dari ini,\" demikian Maharyadi. (009/400)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: