Bengkulu Hadapi Kemarau Basah hingga Agustus 2025, Suhu Capai 36 Derajat Celcius

Bengkulu alami kemarau basah hingga Agustus 2025, suhu 36 derajat. Hujan terjadi karena MJO.-(ist)-
BENGKULUEKSPRESS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bengkulu mencatat bahwa musim kemarau sudah mulai berlangsung di Bengkulu sejak awal Juni dan diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir Agustus 2025.
Perkirawan cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Bengkulu, Rudi Wahyu Hidayat, menjelaskan bahwa meskipun ini adalah musim kemarau, Bengkulu akan menghadapi kondisi yang dikenal sebagai kemarau basah. Ini berarti, meskipun cuaca dominan panas, hujan tetap akan terjadi sesekali.
BMKG juga mencatat bahwa suhu selama musim kemarau ini dapat mencapai 35 hingga 36 derajat Celcius, terutama saat posisi matahari berada di sekitar wilayah Bengkulu. "Kisaran suhu untuk pada saat musim ini sekitar sampai maksimumnya kita mencapai 35-36 derajat Celcius. Yang itu utamanya pada tepat mataharinya berada di sekitar wilayah Bengkulu," jelas Rudi, Selasa (24/6/2025).
Meski musim kemarau, hujan akan tetap terjadi karena adanya beberapa faktor. Setelah musim kemarau ini, barulah pada awal September mendatang Bengkulu akan mulai memasuki musim penghujan.
BACA JUGA:Sidang Gratifikasi Rohidin Cs: Kepala Sekolah Akui Kumpulkan Dana Pilkada Berdasarkan Jumlah Siswa
BACA JUGA:Pemkot Bengkulu Kaji Pembayaran Zakat PPPK Melalui Baznas
"Bahwa selama musim kemarau ini akan ada hujan sesekali. Jadi tidak panas terus, ada beberapa komponen yang mengakibatkan terjadinya hujan di sekitaran musim kemarau itu karena ada faktor lain, utamanya yakni Madden Julian Oscillation (MJO), yaitu yang mempunyai siklus antara 45 sampai 65 hari. Jadi antara musim itu ada space juga intersession-nya gitu. Tiba-tiba menyebabkan di saat musim kemarau itu kenapa ada terjadi hujan lebat," jelas Rudi.
Kondisi "kemarau basah" ini terjadi akibat berbagai faktor, seperti pergerakan angin di atmosfer, fenomena cuaca global seperti MJO, gelombang Kelvin dan Rossby, serta dampak perubahan iklim. Salah satu faktor utama adalah peningkatan suhu permukaan laut, yang menyebabkan penguapan air lebih tinggi sehingga memperbesar potensi pembentukan awan hujan.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: