HONDA BANNER
BPBDBANNER

Bunga di Ujung Samudra

Bunga di Ujung Samudra

Tri Chamauliddah-(ist)-

Di bawah pohon besar di belakang rumah Inang Marni, Ayla dan Riko menggali tanah yang lembek. Mereka menemukan potongan kertas tua terbungkus kain. Kertas itu basah dan hampir hancur, namun sebagian tulisan masih bisa diselamatkan.

18 Juli 1942

Aku harus pergi malam ini. Bapak bilang, pesan ini lebih penting dari hidupku. Jika aku tak kembali, biarlah namaku hilang. Tapi ingatkan mereka, aku pernah menjadi bagian dari perlawanan. Bahkan jika cuma sebagai bayangan di antara pohon-pohon hutan Bengkulu.

Ayla gemetar membaca potongan itu. Ia menatap Riko yang juga terdiam.

“Ini ... pengakuan terakhirnya?” tanya Ayla pelan.

“Seperti semacam surat wasiat,” balas Riko.

Namun, misteri belum selesai. Siapa sebenarnya Sari? Siapa keluarganya? Di mana ia dikuburkan? Tak satu pun dari catatan sejarah resmi menyebutkannya.

Ketika Ayla dan Riko kembali ke Rumah Pengasingan Bung Karno untuk menyerahkan temuan kepada pihak museum, sebuah peristiwa tak terduga membuka tabir yang selama ini tersembunyi. Di sana, kedua anak muda itu bertemu seorang laki-laki tua yang diketahui sebagai petugas dokumen sejarah. Dengan ketajaman seorang yang telah lama bergelut dengan naskah sejarah, lelaki itu langsung mengenali gaya tulisan dalam jurnal dan potongan kertas lusuh, seolah membuka kembali cerita yang hampir terlupakan dalam sejarah bangsa.

“Saya pernah melihat tulisan tangan ini,” katanya sambil meneliti lekukan huruf. “Waktu muda dulu, saya membantu mendokumentasikan arsip Fatmawati Soekarno.”

Ayla dan Riko terbelalak.

“Fatmawati?” bisik Ayla.

Lelaki itu mengangguk pelan. “Ada surat-surat yang tidak pernah dipublikasikan, salah satunya menyebut nama ... Sari.”

Beberapa hari kemudian, Ayla dan Riko diundang ke ruang arsip pribadi milik keluarga Fatmawati. Di ruangan kecil berbau kertas tua dan kapur pengawet, Ayla diberikan salinan surat pribadi Soekarno kepada Fatmawati yang ditulis setelah beliau dipindahkan dari Bengkulu.

“Sari adalah bunga liar yang mekar di tanah ini. Ia tak tercatat, tapi tanpa dia, pesan-pesan perjuangan takkan sampai. Ia menyelamatkan kita lebih dari sekali. Suatu hari nanti, mungkin kau yang akan menjahit bendera, Fat, tapi ingatlah, ada tangan lain yang tak terlihat yang ikut menenunnya.”

Pada bagian paling bawah surat itu tertulis kalimat yang mengendap di dada Ayla.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait