Lotus Birth: Inilah Fakta dan Risiko yang Dapat Terjadi
Istilah lotus birth mengacu pada metode persalinan dengan tidak memotong tali pusat dan membiarkan plasenta melekat pada bayi baru lahir sampai terlepas dengan sendirinya. --
BENGKULUEKSPRESS.COM - Lotus birth merupakan salah satu metode persalinan dengan membiarkan tali menempel pada pusar bayi hingga terlepas dengan sendirinya. Meski bermanfaat, Lotus birth tetap memiliki beberapa risiko, sehingga penting untuk mengetahui risikonya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menerapkan metode ini.
Pada umumnya, tali pusat akan dipotong sesaat setelah bayi dilahirkan dan saat plasenta masih ada di dalam tubuh ibu. Hal ini dilakukan untuk mencegah perdarahan hebat yang dapat dialami setelah melahirkan. Namun, tidak demikian dengan metode Lotus birth.
BACA JUGA:Makanan Tinggi Purin Ini Perlu Dihindari oleh Penderita Asam Urat
Mengenal Metode Lotus Birth
Istilah lotus birth mengacu pada metode persalinan dengan tidak memotong tali pusat dan membiarkan plasenta melekat pada bayi baru lahir sampai terlepas dengan sendirinya. Umumnya, tali pusat akan terlepas dalam waktu 3–10 hari setelah bayi dilahirkan.
Metode ini pun didukung oleh rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa pemotongan tali pusat sebaiknya ditunda dan tidak disarankan untuk memotong tali pusat terlalu awal, kecuali dalam kondisi darurat di mana bayi tidak dapat bernapas dan memerlukan tindakan resusitasi bayi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa bayi yang lahir cukup bulan dan prematur, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penundaan pemotongan tali pusat selama beberapa saat dan salah satunya adalah membiarkan bayi menerima pasokan darah dan oksigen dari tali pusat.
BACA JUGA: Mengenal Manfaat Garam Epsom yang Jarang Diketahui
Hal ini memungkinkan bayi memiliki sel darah merah lebih tinggi pada 1–2 hari pertama serta zat besi yang lebih tinggi hingga usianya 6 bulan. Untuk bayi prematur, tindakan ini dapat mengurangi risiko infeksi dan kemungkinan tindakan transfusi darah. Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan manfaat dari metode lotus birth. Hal ini karena lotus birth juga dapat mendatangkan risiko yang dapat dialami ibu maupun janinnya.
Risiko Metode Lotus Birth
Di balik manfaatnya tersebut, nyatanya ada beberapa risiko yang dapat terjadi saat menggunakan metode persalinan dengan lotus birth. Berikut ini adalah beberapa risikonya:
BACA JUGA:Sambut HUT ke 79 Korps Brimob Polri, Sat Brimob Polda Bengkulu Gelar Bakti Sosial
Infeksi
Plasenta mengandung darah dan rentan terhadap infeksi yang dapat menyebar ke bayi. Sesaat setelah bayi lahir, plasenta berubah menjadi jaringan mati karena sudah tidak bisa lagi mengedarkan darah. Hal ini membuat bakteri lebih mudah berkembang biak di jaringan mati dan akhirnya membusuk. Oleh karena itu, plasenta biasanya dibuang sesaat setelah proses melahirkan. Bila Anda memutuskan untuk menggunakan metode lotus birth, dokter atau bidan biasanya akan memantau secara hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.
Penyakit kuning
Terlalu lama menunda pemotongan tali pusat juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kelebihan bilirubin sehingga bayi berwarna kuning (jaundice). Hal ini disebabkan pasokan darah berlebih yang diperoleh dari tali pusat. Bayi yang dilahirkan dengan metode lotus birth kemungkinan akan membutuhkan waktu perawatan lebih lama dan perhatian ekstra setelah lahir.
BACA JUGA:Dianggap Mengganggu Kesehatan! Padahal Makanan Sehat
Menunda pemotongan tali pusat selama beberapa saat diyakini dapat mendatangkan manfaat bagi ibu maupun janin. Namun, batas waktu penundaan pemotongan dan kondisi medis yang tepat untuk dilakukan metode lotus birth masih menjadi perdebatan. Sama halnya dengan tindakan medis lain, lotus birth juga bisa mendatangkan risiko. Oleh karena itu, konsultasikan lebih dulu kepada dokter atau bidan bila Anda memutuskan untuk menggunakan metode ini.(bee)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: