Bangga! Ini Dia Kerajaan Indonesia yang Konon Wilayahnya Mencapai Luar Negeri

Bangga! Ini Dia Kerajaan Indonesia yang Konon Wilayahnya Mencapai Luar Negeri

Pada puncak kejayaannya, wilayah Sriwijaya mencakup hampir seluruh Pulau Sumatera, sebagian Pulau Jawa, Semenanjung Malaka (Malaysia), serta Pattani (Thailand).--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Indonesia di masa lampau pernah dihuni oleh begitu banyak kerajaan. kerajaan di Indonesia merupakan bentuk sistem pemerintahan yang telah dikenal oleh masyarakat pada masa lampau, jauh sebelum kemerdekaan negara ini. Sejarahnya tak lepas dari periode kedatangan agama Hindu dan Buddha hingga Islam yang memengaruhi mereka.

Ada banyak sekali kerajaan di Nusantara, mulai dari yang kecil hingga sebesar Majapahit, baik yang biasa maupun melegenda seperti Sriwijaya dan Majapahit. Namun keberadaan beragam kerajaan yang saling mementingkan diri sendiri tersebut, seringkali menimbulkan peperangan di antara mereka.Berikut ini adalah nama dari kerajaan-kerajaan hebat yang wilayahnya bahkan sampai membentang hingga ke luar Indonesia. 

BACA JUGA:Ternyata Menu Sarapan Paling Sehat di Dunia Ada di Indonesia, Berikut Penjelasan dr Zaidul Akbar

1. Majapahit
Jika bicara soal salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia, maka Majapahit bakal menjadi nama yang bakal muncul di benak banyak orang. Wajar-wajar saja. Pasalnya wilayah kekuasaan Majapahit diyakini mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia.

Namun wilayah Majapahit bukan hanya terbatas di Indonesia. Menurut kitab Negarakertagama, wilayah Majapahit juga terbentang hingga Semenanjung Malaka (sekarang termasuk dalam wilayah Malaysia) serta Kepulauan Sulu (Filipina). Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Trowulan, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara selaku raja terakhir Kerajaan Singasari.

Singasari sendiri mengalami keruntuhan akibat pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan Kediri pimpinan Jayakatwang. Sadar kalau ia tidak bisa mengalahkan Jayakatwang dengan kekuatan yang dimilikinya pada waktu itu, Raden Wijaya kemudian berpura-pura menyerah dan bersedia menjadi bawahan Jayakatwang.

BACA JUGA:4 Manfaat Neroli Oil untuk Kecantikan Kulitmu

Sementara itu di tempat lain, pasukan Mongol baru saja mendarat di Pulau Jawa. Pasukan Mongol pada waktu itu bermaksud menaklukkan Singasari karena Kertanegara pernah mempermalukan utusan Mongol. Karena Singasari sudah runtuh dan wilayahnya sekarang berada di bawah kekuasaan Kediri, Raden Wijaya pun kemudian mengajak pasukan Mongol untuk bersama-sama memerangi Kediri. Usulan tersebut disetujui oleh pasukan Mongol.

Sesudah berhasil mengalahkan Kediri, pasukan Mongol dan anak buah Raden Wijaya kemudian menggelar pesta untuk merayakan kemenangan. Saat pasukan Mongol sedang lengah inilah, Raden Wijaya memerintahkan anak buahnya untuk menyerang pasukan Mongol.

Siasat tersebut berhasil dan pasukan Mongol terpaksa kabur kembali ke negaranya. Raden Wijaya kemudian memanfaatkan momen ini untuk mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Tahun 1350, Hayam Wuruk menjadi raja baru Majapahit. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Berkat ambisi sekaligus kelihaian patih Majapahit yang bernama Gajah Mada, Majapahit berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Malaysia dan Indonesia timur.Sesudah meninggalnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit secara berangsur-angsur mengalami kemunduran akibat konflik internal. Majapahit akhirnya mengalami keruntuhan usai ditaklukkan oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527.

BACA JUGA:Gak Usah Panik! Begini Cara Mengetahui Ciri-ciri Payudara Normal

2. Singasari
Sebelum Majapahit berdiri, pernah berdiri kerajaan lain di Jawa Timur yang bernama Singasari. Kerajaan ini memiliki pertalian sejarah yang erat dengan Majapahit. Pasalnya Majapahit didirikan oleh menantu raja terakhir Singasari tidak lama sesudah Singasari mengalami keruntuhan.

Singasari memiliki perjalanan sejarah yang penuh dengan intrik dan darah. Kerajaan ini pada awalnya bernama Tumapel dan berstatus sebagai kerajaan bawahan Kediri. Tumapel pada waktu itu dipimpin oleh Tunggul Ametung. Ia memiliki seorang pengawal yang bernama Ken Arok. Bak peribahasa "menggunting dalam lipatan", Ken Arok kemudian mengkhianati Tunggul Ametung dan membunuhnya supaya bisa menjadi pemimpin baru Tumapel.

Ken Arok kemudian memimpin rakyat Tumapel untuk memberontak melawan Kediri. Hasilnya, pasukan Tumapel berhasil mengalahkan pasukan Kediri di desa Ganter pada tahun 1222. Sejak itu, Tumapel pun menjadi kerajaan tersendiri yang bernama Singasari.

BACA JUGA:Cuci Muka Saja Tak Cukup! Begini Cara Merawat Kulit Berminyak

Namun Ken Arok tidak bisa menikmati kejayaan barunya ini dalam waktu lama. Pasalnya di tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh putra kandung Tunggul Ametung yang bernama Anuspati. Anuspati kemudian ganti dibunuh oleh putra kandung Ken Arok yang bernama Tohjaya. Nasib Tohjaya pada akhirnya juga tidak berbeda jauh setelah ia ganti dibunuh oleh putra Anuspati yang bernama Wisnuwardhana.

Tahun 1253, Wisnuwardhana menunjuk putranya yang bernama Kertanegara untuk menjadi raja baru Singasari. Di masa pemerintahan Kertanegara inilah, Singasari mencapai masa keemasaannya. Ia giat mengirimkan pasukan Singasari ke luar Jawa untuk memperluas wilayah kekuasaan Singasari.

Berkat kegigihannya tersebut, wilayah Singasari berhasil membentang hingga ke Sumatra, Maluku, serta Malaka (Malaysia). Namun terlalu fokus pada perluasan wilayah menyebabkan Kertanegara menjadi lalai dengan kondisi di Pulau Jawa. Tahun 1292, pasukan Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang melakukan pemberontakan. Dalam pemberontakan ini, pasukan Kediri berhasil menewaskan Kertanegara sekaligus menamatkan riwayat Kerajaan Singasari. Jayajatwang sesudah itu mendirikan kembali Kerajaan Kediri dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja.

BACA JUGA:Cara Pengobatan Alternatif Kanker Prostat Menggunakan Bahan Alami

3. Sriwijaya
Kerajaan Indonesia dengan wilayah yang luas bukan hanya berasal dari Pulau Jawa. Di Sumatra juga pernah berdiri kerajaan dengan wilayah yang luas. Sriwijaya adalah nama dari kerajaan tersebut. Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha yang pusat pemerintahannya berada di Palembang, Sumatra Selatan. Pulau Sumatra memiliki letak yang strategis karena berada di antara jalur dagang India dan China.

Posisi strategis tersebut lantas dimanfaatkan oleh Kerajaan Sriwijaya untuk menguasai kawasan perairan di sekitar Pulau Sumatra. Pada puncak kejayaannya, wilayah Sriwijaya mencakup hampir seluruh Pulau Sumatera, sebagian Pulau Jawa, Semenanjung Malaka (Malaysia), serta Pattani (Thailand).

Sriwijaya didirikan pada tahun 671 oleh Dapunta Hyang. Sejak itu, Sriwijaya secara berangsur-angsur terus mengalami pertumbuhan hingga menjadi negara adidaya di wilayahnya. Pada abad ke-10, Sriwijaya berperang melawan Kerajaan Medang yang terletak di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan sekutunya di Jawa yang bernama Wurawari, Sriwijaya berhasil menewaskan raja Dharmawangsa dan meruntuhkan Kerajaan Medang.

BACA JUGA:Cara Pengobatan Alternatif Kanker Prostat Menggunakan Bahan Alami

Namun ancaman yang sebenarnya dari Sriwijaya ternyata datang dari luar Nusantara. Pada abad ke-11, Kerajaan Chola yang berpusat di India melakukan invasi ke wilayah Sriwijaya karena Chola ingin menguasai jalur dagang di sekeliling Sumatera. Karena Chola memiliki angkatan laut yang jauh lebih kuat, Chola berhasil mengalahkan Sriwijaya dan bahkan menahan rajanya. Akibat invasi tersebut, Sriwijaya pun sejak itu menjadi negara bawahan Chola.

4. Aceh
Aceh merupakan provinsi Indonesia yang letaknya paling barat. Karena lokasinya tersebut, Aceh pun kerap dijuluki sebagai Serambi Mekkah. Di Aceh pulalah, pernah berdiri kerajaan yang terkenal sangat sulit ditaklukkan oleh bangsa asing. Kesultanan Aceh adalah nama dari kerajaan tersebut. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1496 oleh Ali Mughayat Syah. Karena lokasinya yang terletak di antara jalur dagang India dan China, Aceh pun memiliki peran yang strategis dalam mengatur jalur dagang setempat.

Tahun 1607, Sultan Iskandar Syah menjadi sultan baru Aceh. Di masa pemerintahannya, Aceh mengalami pertumbuhan pesat. Ia berhasil memperluas wilayah Aceh hingga mencakup sebagian Semenanjung Malaka di Malaysia. Masa keemasan tersebut sayangnya tidak berlanjut lebih lama. Adanya konflik perebutan tahta dan masuknya pengaruh Belanda ke Pulau Sumatra membuat pamor Aceh secara perlahan-lahan memudar.

BACA JUGA:Lembaga Adat Melayu Riau Provinsi Riau Keluarkan Warkah Petuah Amanah Tentang Pilkada se-Riau

Memasuki abad ke-19, perang antara Belanda melawan Aceh akhirnya benar-benar pecah. Aceh secara mengesankan berhasil mengalahkan Belanda, namun Belanda nyatanya masih belum mau menyerah. Pasukan Belanda kemudian membentuk pasukan khusus marsose yang terkenal sangat kejam dan mahir bertempur di kerimbunan hutan. Hasilnya, Belanda pun berhasil menaklukkan Aceh pada tahun 1903 dan menangkap sultan terakhirnya. Setelah berdiri selama lebih dari 4 abad, Kesultanan Aceh pun harus menemui akhir hayatnya.(bee)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: