Keris Mpu Gandring! Pusaka Sakti Pencabut Maut di Tanah Jawa

Keris Mpu Gandring! Pusaka Sakti Pencabut Maut di Tanah Jawa

Disebutkan dalam Lontar Pararaton, seorang tokoh bernama Mpu Gandring merupakan ahli dalam membuat benda pusaka terutama yang bersifat benda tajam, yang populer adalah keris Mpu Gandring. --

BENGKULUEKSPRESS.COM - Legenda dari kutukan keris Mpu Gandring ini sudah menjadi warisan turun-temurun bagi masyarakat di tanah Jawa. keris Mpu Gandring ini juga tidak terlepas dari perebutan kekuaasan kerajaan di tanah Jawa yang dimulai dari zaman Ken Arok.

Disebutkan dalam Lontar Pararaton, seorang tokoh bernama Mpu Gandring merupakan ahli dalam membuat benda pusaka terutama yang bersifat benda tajam, yang populer adalah keris Mpu Gandring. Mpu Gandring merupakan teman dari Bango Samparan yang merupakan ayah angkat dari Ken Arok.

BACA JUGA:Wajib Tahu! Ketahui Isi Kotak P3K yang Wajib Dimiliki

Ken Arok, anak angkat dari Bango Samparan mendatangi Mpu Gandring untuk meminta dibuatkan sebuah keris dalam waktu 5 bulan. Awalnya Mpu Gandring menolak, namun karena terus didesak oleh Ken Arok, akhirnya Ia pun menyetujui waktu tersebut.Setelah 5 bulan berlalu, Ken Arok kembali mendatangi Mpu Gandring untuk mengambil keris yang sudah dipesannya.

Saat itu Mpu Gandring masih mengerjakan keris tersebut dan Ken Arok pun mengambil keris itu untuk dilihat, namun terkejut dengan bentuknya yang tidak layak disebut keris. Melihat hasil yang tidak sesuai keinginannya, Ken Arok marah kepada Mpu Gandring sampai menikamnya dengan keris tersebu.

Mpu Gandring yang sudah sangat dekat dengan akhir hidupnya mengutuk Ken Arok bahwa keturunannya nanti akan terbunuh oleh keris itu, dengan korban mencapai tujuh orang. Sejak saat itu kutukan Mpu Gandring dalam keris buatannya tersebut selalu menyertai perjalanan Kerajaan Singasari bahkan sampai runtuhnya kerajaan itu.

BACA JUGA:Begini Cara Mendeteksi dan Membasmi Kutu Kasur

Setelah membunuh Mpu Gandring, Ken Arok kembali ke Tumapel dan meminjamkan keris tersebut kepada temannya sekaligus panglima Tumapel, Kebo Ijo. Pada malam berikutnya, Ken Arok kembali mengambil keris tersebut dari Kebo Ijo dan menyusup ke kamar Tunggul Ametung, lalu langsung membunuhnya.

Kebo Ijo pun dieksekusi mati menggunakan keris Mpu Gandring karena keris tersebut dianggap miliknya dan masih menancap saat mayat Tunggul Ametung ditemukan. Tidak lama setelah itu Ken Arok akhirnya diangkat menjadi penguasa baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung.

BACA JUGA:Kenali Cara Menghilangkan Bau Badan pada Anak! Begini Caranya

Anak yang dikandung Ken Dedes pun lahir dan diberi nama Anusapati. Sebelum menikah dengan Ken Dedes, Ken Arok juga sudah pernah menikah dengan wanita bernama Ken Umang dan memiliki anak bernama Tohjaya. Setelah menjadi penguasa Tumapel, Ken Arok akhirnya mendirikan kerajaan Singasari pada 1222 dan menobatkan dirinya menjadi raja.

Ketika Anusapati sudah dewasa, Ia pun mengetahui kalau sang ayah dibunuh oleh Ken Arok saat Anusapati masih didalam kandungan. Anusapati mengirim Ki Pengalasan untuk membunuh Ken Arok menggunakan keris Mpu Gandring dan akhirnya menewaskan Ken Arok.

Untuk menghilangkan jejaknya, Anusapati juga membunuh Ki Pengalasan menggunakan keris yang sama. Sepeninggal Ken Arok, Anusapati kemudian naik tahta sebagai penguasa Singasari pada 1227. Namun anak dari Ken Arok & Ken Umang, Tohjaya yang mengetahui sang ayah dibunuh oleh Anusapati pun ingin membalas dendam.

BACA JUGA:Ini Dia Manfaat Menaruh Tanaman di Dalam Rumah

Tohjaya berhasil membunuh Anusapati dan mengambil alih kekuasaan Singasari pada 1248. Kemudian sayangnya, Tohjaya juga pada akhirnya dibunuh menggunakan keris Mpu Gandring oleh Ranggawuni, putri Anusapati. Ranggawuni yang menjadi penguasa Singasari dari 1248 sampai 1272, memerintahkan untuk memusnahkan keris Mpu Gandring dengan cara membuang ke kawah gunung Kelud.Ada tujuh korban dari keris Mpu Gandring seperti yang sudah dikatakan oleh sang pembuat keris ini, diantaranya Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Tohjaya.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: