Mahapatih Gajah Mada, Sang Pencetus Sumpah Palapa!

Mahapatih Gajah Mada, Sang Pencetus Sumpah Palapa!

Gajah Mada adalah mahapatih yang mengantarkan Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Mencari jejak sejarah kejayaan Majapahit tidaklah lengkap jika tidak membicarakan Patih Gajah Mada. Gajah Mada adalah sosok mahapatih paling berpengaruh dalam perjalanan panjang Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaaannya.

Dia dikenal sebagai sosok patih perkasa yang setia kepada pemangku takhta Majapahit untuk terus menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan. Salah satu peranan Gajah Mada pada masa kejayaan Majapahit adalah menyatukan wilayah Nusantara, seperti yang diucapkannya dalam Sumpah Palapa.

BACA JUGA:Begini Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami untuk Wajah Halus Berseri

Jasa-jasanya pun masih diagungkan oleh masyarakat Indonesia sampai sekarang. Bangsa Indonesia telah menganggapnya sebagai pahlawan, simbol patriotisme, dan persatuan nasional. Kisah hidup, perjalanan karier, dan perjuangannya didapatkan dari beberapa sumber, terutama dari Kitab Pararaton Pararaton,  Kakawin Nagarakretagama Nagarakretagama , dan prasasti yang berasal dari akhir abad ke-13.

Namun, catatan Nagarakretagama atau Prasasti Singhasari 1351 (Prasasti Gajah Mada), dua dari sumber utama kajian sejarah klasik, belum cukup menjelaskan Gajah Mada secara detail dan utuh. Demikian pula beberapa babad yang muncul belakangan, bahkan beberapa di antaranya menjelaskan sosok sang Mahapatih sebagai tokoh di awang-awang dan berasal dari negeri antah berantah.

Asal-Usul Gajah Mada
Tidak ada yang tahu dengan pasti Gajah Mada dilahirkan, kecuali ayah dan ibunya sendiri. Hal ini disebabkan tdak ada sumber-sumber tertulis yang menyebutnya dengan jelas, tegas, dan pasti. Beberapa babad mengungkap kelahiran Gajah Mada dengan ulasan yang jauh di atas logika.

BACA JUGA:Inilah Fakta di Balik Cara Menghilangkan Komedo dengan Pasta Gigi

Namun, Mohammad Yamin, tokoh pergerakan Indonesia, berani menyebut asal usul Gajah Mada. Pendapat Yamin itu kemudian diungkap kembali oleh Agus Aris Munandar, doktor dan pakar arkeologi dari Universitas Indonesia. Intinya, kedua tokoh ini menyebut Gajah Mada lahir di sekitar hulu Sungai Brantas serta kaki Gunung Kawi dan Gunung Arjuna. Agus Aris Munandar menyebutkan Gajah Mada lahir di Pandaan, sebuah kota kecil yang sedang berkembang di Lereng Gunung Welirang Arjuna.

Pandaan atau Pandakan (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur), pernah dicatat sebagai tempat istimewa oleh Pararaton, saat luluh lantaknya Singhasari dan tumbuhnya Majapahit. Ayah Gajah Mada kemungkinan bernama Gajah Pagon, yang mengiringi Raden Wijaya ketika berperang melawan pengikut Jayakatwang dari Kediri. Gajah Pagon tidak mungkin orang biasa, bahkan sangat mungkin anak dari salah satu selir Kertanagara karena dalam Kitab Pararaton, nama Gajah Pagon disebut secara khusus.

Saat itu, Raden Wijaya begitu mengkhawatirkan Gajah Pagon yang terluka dan dititipkan kepada seorang Kepala Desa Pandakan. Menurut Agus, Gajah Pagon kemungkinan selamat kemudian menikah dengan putri Kepala Desa Pandakan dan akhirnya memiliki anak, yaitu Gajah Mada yang mengabdi kepada Majapahit.

Gajah Mada kemungkinan juga memiliki eyang yang sama dengan Tribhuwana Tunggadewi. Bedanya, Gajah Mada cucu dari istri selir, sedangkan Tribhuwana Tunggadewi adalah cucu dari istri resmi Kertanagara. Dengan demikian, tidak mengherankan dan dapat dipahami Gajah Mada sangat menghormati Kertanagara.

BACA JUGA:Tips Jitu Merawat Kecantikan sebelum Tidur, Begini Caranya

Kertanegara adalah eyangnya sendiri. Hanya keturunan Kertanegara saja yang akan dengan senang hati membangun caitya (bangunan suci) berupa Candi Singasari untuk mengenang kebesaran leluhurnya itu. Konsep gagasan politik Dwipantra Mandala dari Kertanagara kemungkinan juga menginspirasi dan mendorong Gajah Mada dalam mencetuskan Sumpah Palapa.

Mayoritas sumber-sumber menyatakan jika Gajah Mada lahir pada 1299 dan memiliki nama lain Jirnnodhara. Dia merupakan seorang panglima perang dan mahapatih Kerajaan Majapahit yang sangat berpengaruh pada masa pimpinan Hayam Wuruk dan terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa.

Arti Nama Gajah Mada
Menurut mitologi Hindu, kata “gajah” dipercaya sebagai wahana (hewan tunggangan) dari Dewa Indra, sedangkan “mada” dalam bahasa Jawa Kuno artinya mabuk. Nama Gajah Mada ditafsirkan ke dalam dua sifat, yaitu sebagai wahana raja atau pelaksana perintah-perintah raja dan sebagai orang yang seakan-akan mabuk apabila menghadapi berbagai rintangan yang menghambatnya.

Prasasti Gajah Mada bertanggal 1273 Saka (1351 M), ditemukan di Singasari, Malang, Jawa Timur. Dalam Prasasti Gajah Mada dituliskan bahwa Gajah Mada memiliki julukan lain, yaitu Rakryan Mapatih Jirnnodhara yang mungkin hanya dianggap sebagai gelar saja. Namun, dapat pula dianggap sebagai nama aslinya. Adapun Jirnnodhara sendiri memiliki arti “pembangun sesuatu yang baru” atau “pemugar sesuatu yang telah rusak/runtuh”.

BACA JUGA:Begini Cara Mengatasi Kulit Kering pada Tangan

Dalam pengertian harfiah, Gajah Mada adalah pembangun bangunan suci bagi Kertanegara yang semula belum ada. Namun, dalam pengertian kiasan dia dapat dipandang sebagai pemugar dan penerus gagasan Kertanegara dalam konsep Dwipantara Mandala.

Karier Gajah Mada
Gajah Mada memulai karirnya di Majapahit dengan menjadi seorang bekel (kepala pasukan) bhayangkara (pengawal raja) pada masa pemerintahan Prabu Jayanegara tahun 1309–1328. Menurut Pararaton, saat menjadi komandan pasukan khusus Bhayangkara, Gajah Mada berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara dan membawanya lari ke Desa Badander, serta berhasil memadamkan pemberontakan Ra Kuti.

Sebagai balas jasa, Jayanegara mengangkat Gajah Mada menjadi seorang patih di Kahuripan pada 1319–1321 untuk mendampingi Tribhuwana Tunggadewi. Namun, dua tahun kemudian dia diangkat menjadi patih untuk menggantikan Arya Tilam yang mengundurkan diri sebagai patih di Daha/Kediri.

Setelah Jayanegara mangkat pada 1329, Aryo Tadah atau Mpu Kewes selaku patih Majapahit ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Dia mengajukan pengunduran diri kepada ibu suri Gayatri yang menggantikan kedudukan Jayanegara. Mpu Kewes mengundurkan diri karena dirinya yang sudah sepuh dan sakit-sakitan. Dia kemudian menunjuk Gajah Mada yang saat itu menjadi seorang patih di Kediri sebagai penggantinya. Namun, Gajah Mada tidak langsung menyetujuinya karena ingin memberikan sebuah jasa terlebih dahulu terhadap Majapahit dengan cara menaklukkan pemberontakan Keta dan Sadeng, yang saat itu sedang memberontak.

BACA JUGA:Ratusan Penumpang Lion Air Bengkulu - Jakarta Terlantar, Pihak Maskapai Berikan Kompensasi

Setelah Keta dan Sadeng dapat ditaklukkan oleh Gajah Mada pada 1334, dia diangkat menjadi Mahapatih Amangkubhumi (Perdana Menteri) secara resmi untuk menggantikan Mpu Kewes, yang menginginkan pensiun sejak 1329. Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa. Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan yang dikemukakan pada upacara pengangkatannya menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit tahun 1334. Saat itu, Majapahit diperintah oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Isi Sumpah Palapa tersebut ditemukan dalam teks Jawa Pertengahan Pararaton yang berbunyi:

“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa“.

Arti dari sumpah tersebut yaitu:
“Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, aku (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku (baru akan) melepaskan puasa“.

BACA JUGA:Pemkot Gandeng Polresta Bengkulu Tata Pasar Panorama

Pada saat sumpah itu diucapkan, banyak yang menertawakan dan meremehkan cita-cita Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara. Adapun arti dari nama-nama tempat yang disebutkan dalam Sumpah Palapa tersebut adalah sebagai berikut:
- Gurun: Pulau Lombok;
- Seram: Kerajaan Seram, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat;
- Tanjung Pura: Kerajaan Tanjungpura, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat;
- Haru: Kerajaan Aru, Kabupaten Karo, Sumatra Utara;
- Pahang: Pahang, Malaysia;
- Dompo: Kerajaan Dompo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat;
- Bali: Pulau Bali;
- Sunda: Kerajaan Sunda;
- Palembang: Palembang atau Sriwijaya;
- Tumasik: Singapura.

Meskipun banyak orang ragu akan sumpah yang dia ucapakan, tetapi dia hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Gajah Mada melaksanakan politik penyatuan Nusantara selama 21 tahun, yakni antara tahun 1336 sampai 1357. Gajah Mada memulai kampanye penaklukannya dibantu oleh Laksamana Nala dengan menggunakan pasukan laut ke daerah Swarnnabhumi (Sumatra) tahun 1339, Pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura), Semenanjung Malaya.

BACA JUGA:Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: