Red Spider Lily, Bunga Kematian yang Kerap Muncul dalam Anime dan Manga

Red Spider Lily, Bunga Kematian yang Kerap Muncul dalam Anime dan Manga

Meski kerap diasosiasikan dengan kematian dan pertanda buruk, sejak dulu orang-orang Jepang sudah menggunakan bunga ini untuk kepentingan pribadi--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Bagi kamu penikmat anime, tentu tak akan asing lagi dengan sebuah bunga berwarna merah mencolok yang indah namun terlihat misterius. bunga bernama red spider lily ini memiliki nama latin Lycoris radiata.

Kemunculannya di anime biasanya menjadi pertanda bahwa hal buruk akan segera terjadi dan bisa juga menggambarkan kemalangan maupun kematian tokoh dalam anime tersebut. Adapun beberapa anime yang menggunakan bunga ini dalam visualisasi ceritanya adalah Tokyo Ghoul, Kimetsu no Yaiba (Demon Slayer), Dororo, Hell Girl hingga Inuyasha.

Di Jepang sendiri, bunga ini lebih dikenal dengan istilah higanbana. Di balik keindahannya yang mempesona, red spider lily menyimpan cerita tragis yang pada akhirnya membuat bunga ini selalu dikaitkan dengan kematian, perpisahan dan kemalangan.

BACA JUGA:Jhator: Ritual Pemakaman Ekstrim Tumbalkan Jasad Manusia pada Burung

Sejarah dan Legenda Penemuan Red Spider Lily
Menurut catatan sejarah, red spider lily pertama kali terlihat sekitar tahun 700 Masehi. Diketahui bahwa persebaran bunga ini berawal dari wilayah Nepal, Korea dan Cina. Seiring perkembangan waktu, bunga ini mulai diperkenalkan ke Jepang hingga Amerika Serikat.

Bunga ini tak hanya terkenal karena keindahannya saja, tapi juga beragam mitos yang menyelimutinya. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang cinta yang tak terbalas. Dalam kisah tersebut, disebutkan bahwa ada sesosok iblis jatuh cinta kepada seorang gadis manusia. Namun, tentu saja gadis tersebut takut padanya. Berusaha untuk memenangkan hati gadis tersebut, si iblis pun memenjarakannya.

Dengan harapan bahwa gadis itu lambat laun akan membalas perasaannya. Akan tetapi, perasaan gadis tersebut tak sedikit pun berubah. Si gadis pun pada akhirnya mampu terbebas dari cengkraman sang iblis dengan bantuan seorang tentara.

BACA JUGA:Bisa Dicoba! Begini Cara Menghilangkan Ngantuk dengan Jari Pijatan yang Alami

Si iblis pun tewas. Ketika raganya tewas, dia kembali ke neraka. Namun, darah yang mengucur dari raganya tertinggal di bumi. Di tempat si iblis meregang nyawa, bunga red spider lily bermekaran. Bunga ini kemudian dianggap sebagai portal yang menghubungkan bumi dan neraka.

Legenda di Balik Bunga dan Daun yang Tak Pernah Muncul Bersamaan
Bunga yang hanya mekar ketika musim gugur ini memiliki satu karakteristik yang unik, dimana bunga red spider lily akan terlebih dahulu mekar tanpa daunnya. Dengan disangga tangkai berwarna hijau yang ramping, red spider lily mekar merekah dengan dihiasi untaian benang sari panjang. Seiring berjalannya waktu, ketika kelopak bunga semakin mengkerut, pigmen merahnya akan ikut memudar.

Satu per satu kelopak bunganya pun gugur. Dan ketika tanamannya telah gundul tak berbunga, daun-daun akan mulai muncul, membawa kehidupan baru bagi tanaman tersebut. Mendekati akhir musim gugur, bunga ini biasanya akan mulai berubah menjadi coklat dan kemudian akan mati dengan sendirinya.

BACA JUGA:Tips Jitu Cara Menghilangkan Ketombe dan Rambut Rontok

Siklus hidup bunga ini diceritakan dalam sebuah legenda Tiongkok. Dalam legenda tersebut, disebutkan bahwa Dewi Matahari, Amaterasu, menugaskan dua peri untuk menjaga bunga dan daun tanaman ini secara terpisah. Peri yang bertugas menjaga bunga bernama Manju, sedangkan peri penjaga daun bernama Saka. Manju dan Saka saling mengetahui keberadaan satu sama lain, namun tak diizinkan untuk bertemu.

Rasa penasaran yang menggelayuti membuat mereka nekat menentang titah Amaterasu. Saat berhasil bertemu, mereka langsung jatuh cinta. Amaterasu yang mengetahui bahwa kedua peri tersebut telah melanggar perintahnya akhirnya menghukum Manju dan Saka dengan sebuah kutukan yang membuat mereka tak akan pernah lagi bisa bertemu.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan daun yang dijaga oleh Saka baru akan muncul setelah bunga yang dijaga Manju mati. Pada akhirnya, Manju dan Saka harus bertahan hidup dalam perpisahan yang abadi. Dari legenda ini, bunga red spider lily kemudian juga dikenal sebagai bunga ‘manjusaka’. Dimana dalam bahasa Jepang dilafalkan sebagai ‘majusyage’.

BACA JUGA:Efektifkah Menghilangkan Kutil dengan Pasta Gigi? Begini Caranya

Si Cantik yang Beracun
Meski kerap diasosiasikan dengan kematian dan pertanda buruk, sejak dulu orang-orang Jepang sudah menggunakan bunga ini untuk kepentingan pribadi. Dikutip dari florgeus.com, seluruh bagian red spider lily mengandung racun yang cukup berbahaya. Hal inilah yang kemudian membuat para petani di Jepang saat itu menanam bunga ini di tepi area persawahan. Mereka percaya bahwa bunga ini dapat mencegah tikus maupun hama lain untuk menghancurkan padi.

Tak hanya di sawah, bunga ini juga ditanam di sekitar rumah agar tak ada seekor tikus pun yang memasuki rumah. Selain di sawah dan rumah, orang-orang jepang juga sering menanam red spider lily di dekat makam. Pada masa itu proses kremasi masih belum lazim dilakukan. Oleh karena itu, banyak warga yang menanam bunga ini untuk mencegah hewan buas mengobrak-abrik makam dan memangsa jasad yang baru dikuburkan.

Tak hanya berefek pada hewan, racun bunga ini juga dapat membahayakan manusia apabila sampai tertelan. Dimana, racun bunga ini bisa menyebabkan mual, muntah, diare hingga kejang. Untuk menghindarkan anak-anak dari bunga ini, orang-orang Jepang zaman dulu sering menasihati anak-anak mereka dengan menyebut bunga ini sebagai bunga kematian.

BACA JUGA:Cadel Saat Usia Dewasa? Begini Cara Mengatasinya

Red Spider Lily dalam Berbagai Penafsiran

1. Hanakobata (Ilmu Bahasa Bunga Versi Jepang)
Hanakobata tak lain halnya dengan floriografi, sebuah cabang ilmu yang berfokus pada seni perlambangan bunga dengan mengklasifikasikan berdasarkan jenis, warna hingga jumlah bunga yang digunakan. Dengan menafsirkan satu persatu maknanya, bunga menjelma jadi salah satu bentuk komunikasi alternatif yang unik dan romantis.Dalam perspektif hanakobata, red spider lily memiliki arti pengabaian, tidak pernah bertemu kembali dan hilang ingatan.

2. Ajaran Buddha
Red spider lily biasanya mulai tumbuh di akhir September saat perayaan Ohigan berlangsung atau lebih tepatnya di sekitar waktu ekuinoks musim gugur. Dimana dalam periode waktu tersebut, dipercaya bahwa batas antara dunia manusia dan dunia arwah menjadi kabur. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa bunga ini sering dikaitkan dengan kematian dan arwah.

BACA JUGA:Tanda-tanda Penyakit Batu Ginjal yang Mungkin Tidak Kamu Sadari

Selain itu, dalam ajaran agama Buddha, red spider lily juga biasa digunakan untuk memberi penghormatan kepada leluhur mereka dengan meletakkan bunga ini di kuburan. Red spider lily juga disebut sebagai ‘flower of hell’ karena bunga ini digambarkan sebagai bunga yang tumbuh di neraka. Dalam tradisi Buddha Tiongkok dan Jepang tertentu, red spider lily dapat dipercaya menjadi pembimbing para roh melewati akhirat dan menuju reinkarnasi.

Dianggap sebagai Pertanda Buruk

Di Jepang sendiri, keberadaan red spider lily sering dianggap sebagai pertanda buruk. Mitos yang paling terkenal adalah red spider lily dipercaya membawa pertanda bahwa akan ada seseorang yang akan meninggal dunia. Selain itu, menurut kepercayaan setempat, barang siapa yang membawa bunga ini pulang dan meletakkannya di dalam rumah, maka kemalangan akan melanda penghuni rumah tersebut. Misalnya saja seperti terjadi kebakaran atau memberikan nasib buruk kepada anggota keluarga rumah tersebut.

Meski beracun dan sering dikaitkan dengan kematian maupun nasib buruk, bunga red spider lily tetap mampu menyihir orang-orang dengan keindahannya. Beberapa tempat di Jepang bahkan menawarkan wisata khusus untuk menikmati momen ketika red spider lily bermekaran.

BACA JUGA:Waspada Osteoporosis, Berikut Cara Mencegah Osteoporosis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: